Viera menatap sang Nyonya yang tampak menyeret dua koper pakaiannya dari dalam kamar.
Wajah perempuan cantik itu terlihat gelisah.
"Nyonya, kenapa begitu mendadak?"
Tanya Viera bingung.
Karlita menggeleng.
"Entahlah Viera, aku bahkan tidak tahu sampai kapan hidupku akan seperti ini."
Lirihnya dengan suara parau.
Rasa iba menelisik dalam dada Viera.
Sungguh malang nasibnya. Terkurung dalam sangkar emas, dan kapanpun akan selalu disuruh pindah tanpa meminta pendapatnya lebih dulu.
Sudah macam barang yang kapan saja bisa dipindahkan sang pemilik sesuka hati.
Karlita memeluk Viera. Berkali-kali ia meminta maaf dan mengucap terimakasih.
"Semoga kelak kita akan bertemu lagi Viera. Kamu gadis yang sangat baik. Satu bulan ini aku merasa jauh lebih baik karena ada kamu."
Bisik Karlita.
Viera mengangguk.
"Jaga diri Nyonya."
Kata Viera mencoba tak ikut menangis.
Karlita mengangguk seraya melepaskan pelukannya.
Tampak seorang laki-laki berperawakan kekar masuk ke dalam rumah, ia kemudian tanpa basa-basi langsung mengusung dua koper pakaian milik Karlita.
"Vier, tinggalkan rumah ini secepatnya. Hati-hati."
Karlita menggenggam tangan Viera erat sebelum kemudian akhirnya beranjak pergi.
Viera sejenak mengatur nafasnya, baru kemudian tergesa masuk ke dalam kamar untuk berkemas.
Viera tahu, bahwa jika sang Nyonya tiba-tiba dipindahkan, itu berarti orang yang mengancam jiwanya telah mengendus keberadaannya.
Sepupu Viera sudah empat kali ikut Nyonya Karlita berpindah-pindah, dan biasanya saat baru pindah Nyonya Karlita akan bagai hilang seperti ditelan bumi, baru nanti setelah dirasanya aman, ia akan menghubungi sepupu Viera lagi.
Yah kali ini, dengan Viera juga pasti sama. Suatu hari Nyonya Karlita akan menghubungi Viera lagi, dan saat itu Viera ingin pastikan ia juga selamat.
Viera buru-buru berkemas, lalu saat ia akan keluar, tanpa sengaja ia melihat bingkai foto anak Nyonya Karlita yang semalam habis dipeluk sang Nyonya.
Viera tanpa berpikir dua kali langsung menyambar foto itu dan memasukkannya ke dalam tas ransel.
Ia berusaha untuk tidak meninggalkan jejak apapun tentang sang Nyonya.
Tepat saat Viera baru membawa motornya sekitar tiga meter dari rumah Karlita, ia berpapasan dengan dua buah mobil hitam yang kemudian berhenti di depan rumah majikannya.
Viera sejenak menghentikan laju motornya. Diparkirkan nya motor itu di depan sebuah pagar besi rumah orang.
Tampak beberapa laki-laki turun dari dua mobil itu, mereka meringsek masuk ke dalam rumah.
Seolah tak takut aksi mereka diketahui penduduk, mereka begitu percaya diri mendobrak rumah orang lain lalu mengacak-acak isinya.
Viera segera naik ke atas motor, ia tak mau berurusan dengan sekelompok orang itu.
Jelas saja, jika ia telat sebentar saja, entah bagaimana nasibnya sekarang.
Gila!
Rutuk Viera dalam hati.
Viera melajukan motornya menuju kawasan Senen di mana rumah tinggal aslinya berada.
Ia terus berpikir keras, bagaimana lagi caranya sekarang ia menyambung hidup sampai nanti dihubungi lagi oleh Nyonya Karlita.
Selain itu, Viera juga memikirkan bagaimana cara menemukan sang Kakak.
Ia ingin segera mengetahui nasib Kakaknya.
Viera membawa motornya masuk gang kecil, melewati warung kopi yang tepat berada di dekat rumahnya.
"Hei Vier."
Sapa beberapa pemuda yang sedang asik kumpul di depan warung.
Viera memarkirkan motornya, lalu turun dan menghampiri mereka.
"Lihat apa sih?"
Tanya Viera pada mereka yang seperti sedang melihat video di hp.
"Nih lagi viral, baru tadi pagi di depan mall daerah Bogor."
Kata salah seorang dari mereka.
Viera yang penasaran melongok.
Si pemilik hp memutar ulang video aksi seorang pemuda menghajar sekelompok anak-anak berandalan.
"Kirain cuma Viera saja yang berani hajar orang pake tangan kosong."
Celetuk salah satu dari mereka.
Viera tersenyum kecut sambil menabok cowok berkaca mata yang barusan bicara.
"Pala lu."
Kata Viera sambil masuk warung kopi dan minta dibuatkan segelas kopi instan.
**-------**
Leo dengan santai melempar beberapa kemeja yang ia pilih di salah satu butik di dalam mall kepada Kevin yang mengikutinya.
Kevin kemudian memberikan kepada dua pelayan yang mengekor di belakangnya.
Setelah sekitar dua belas kemeja untuk dirinya sendiri, kini Leo mengambil tiga kemeja lain untuk Kevin.
"Ini untukmu."
Kata Leo lalu melenggang ke kasir.
Leo mengeluarkan kartu dari dompet, lalu menyodorkannya pada kasir.
Sambil menunggu Leo sejenak menyapukan pandangan ke sepenjuru mall.
Tanpa sengaja ia melihat seorang gadis yang mengendap-ngendap di dekat rak yang berisi tumpukan kemeja laki-laki.
Ia menutupi sebagian wajahnya dengan tas dompet.
Leo memicingkan matanya, gadis itu yang diam-diam memandangi Leo jadi salah tingkah begitu tahu Leo menatap ke arahnya.
Gadis itu baru akan melarikan diri saat ia terlalu cepat berbalik tanpa melihat sekitar hingga menabrak manekin yang jadi bergoyang-goyang hampir jatuh.
Dengan konyolnya dia kemudian mengomeli si manekin.
"Berdiri saja di situ, ngga usah minta ikut."
Katanya sambil cepat-cepat kabur.
Para pelayan yang melihat tampak menggeleng-gelengkan kepalanya.
Leo tanpa ekspresi tampak tak peduli, ia kemudian beralih pada Kevin lagi di dekatnya.
"Vin, kamu pernah ke rumah Ayah?"
Tanya Leo.
"Maksudnya rumah utama Tuan Besar?"
Tanya Kevin.
Leo mengangguk.
"Belum Tuan, selama ini saya hanya ditugaskan di rumah peristirahatan."
Kata Kevin.
"Di mana?"
"Di Lembang."
"Ayah kadang di sana?"
Tanya Leo.
"Yah, jika akan bermalam dengan Ibu Karlita beberapa hari mereka akan tidur di sana."
Leo menghela nafas.
Mendengar nama Ibunya rasanya dadanya tiba-tiba jadi sesak.
Lalu tampak Kevin menabok mulutnya sendiri.
Ia kelepasan mengatakan tentang Isteri kedua Tuan Besarnya.
"Kapan terakhir kamu melihatnya?"
Cecar Leo akhirnya.
Tampaknya Leo tak mau menyia-nyiakan kesempatan.
"Maksud Tuan Bu Karlita?"
Tanya Kevin.
Leo mengangguk.
Kevin terdiam sejenak, mencoba mengingat.
"Sudah cukup lama."
Kata Kevin.
Leo menghela nafas lagi.
"Aku tahu saat Ayah menyuruhku untuk menghubungi Ibu lebih dulu hanyalah basa-basi. Ia hanya mencoba mencari tahu apakah aku biasa menghubunginya atau tidak."
Kata Leo.
"Anda sama sekali tak pernah berkomunikasi dengan nya?"
Tanya Kevin.
Leo hanya melengos.
Kasir sudah selesai menghitung jumlah total belanja Leo.
Leo menekan beberapa angka pada alat yang disodorkan kasir, setelah transaksi berhasil, kasir memberikan kembali kartu milik Leo.
Kevin menerima kantong-kantong berisi kemeja Leo dan miliknya pula.
"Tuan, terimakasih."
Kata Kevin senang.
Belum ada satu hari bekerja dengan Leo, tapi bos mudanya sudah membelikannya kemeja baru.
"Tak usah berterimakasih, akan ada banyak tugas untukmu nanti. Maka kamu cari saja orang untuk mengurus rumah."
Kata Leo pada Kevin.
Mereka kemudian turun menggunakan lift, yang di dalam lift tersebut mereka bertemu dengan Rose dan Luna yang langsung menyembunyikan wajahnya di balik punggung sang Kakak begitu Leo masuk ke dalam lift.
**------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2024-05-18
0
mochamad ribut
lanjut
2024-05-18
0
Yu Gina
mangatse
2022-03-23
2