Viera diantar Kevin menuju kamarnya, sementara Leo sejak menyelesaikan makannya sudah meninggalkan mereka.
Viera celingak-celinguk melihat sekeliling ruangan kamar di mana ia akan mulai tempati.
Kamar itu, bahkan jauh lebih luas dari kontarakannya. Viera berdecak kagum.
Viera meletakkan ransel miliknya yang siang tadi sempat menjadi salah satu korban amukan orang-orang Malaikat Hitam yang memburunya ke rumah dan mengacak-acak seluruh isinya.
Bingai foto anak Nyonya Karlita juga tak selamat, kacanya remuk, dan bingkainya tak berbentuk, untuknya tak ditambah dibakar pula, hingga Viera masih bisa memungutnya lagi.
Hp Viera juga tak tertolong. Remuk karena pasti dibanting atau bahkan di injak.
Viera menghela nafas.
Ia harus menunggu sampai ia gajian setelah bekerja satu bulan untuk bisa beli hp lagi.
Menyedihkan. Batin Viera.
Setelah mengantar Viera ke kamar dan meninggalkan gadis itu agar bisa istirahat, Kevin mengantar Doni yang pamit pulang.
"Kenapa buru-buru, tidak minum-minum dulu barang satu gelas."
Kata Kevin menunjuk mini bar di dalam rumah itu.
Doni tertawa.
"Lain kali saja, aku harus bicara dengan anak-anak buah ku malam ini."
Kata Doni.
"Soal kelompok Malaikat Hitam?"
Tanya Kevin serius menatap Doni yang mengangguk mengiyakan.
"Aku sungguh-sungguh minta tolong padamu Vin, aku titip Viera sampai aku menemukan kakaknya."
Kata Doni lagi, Kevin mengangguk sambil menepuk bahu temannya itu.
"Tenanglah, dia aman di sini."
Kata Kevin.
"Ah, ada berapa orang anak buah mu?"
"Dua puluh orang, tapi yang berada di sekitarku ada tiga."
"Berikan mereka padaku, mereka pasti tidak ada pekerjaan juga."
Doni mengangguk.
"Benar, sejak Roy menghilang, aku terlalu sibuk mencarinya, hingga lupa dengan nasib anak buah ku. Mereka hanya mengandalkan jadi tukang parkir saja belakangan ini."
Ujar Doni.
"Kamu bilang siapa tadi? Roy?"
Kevin bertanya.
Doni mengangguk.
"Yah Roy, dia sepupu isteriku, kakak Viera."
Kevin terbelalak tak percaya.
"Apa dia dulu anggota laba-laba hitam?"
Tanya Kevin antusias, yang malah membuat Doni menatapnya curiga.
"Bagaimana kamu tahu? Padahal kelompok itu sudah lama bubar sejak pemimpinnya pergi."
Kevin merangkul Doni keluar dari rumah.
"Kau gila, Tuan Leo, dialah pemimpin laba-laba hitam."
Kevin setengah berbisik.
"Kau bercanda kan?"
Doni mendorong tubuh Kevin.
"Bagaimana bisa aku bercanda, kau tahu betul aku tak sepandai itu dalam bercanda."
Kevin mendengus.
"Bagaimana bisa."
Doni bergumam.
"Siapa saja anggota laba-laba hitam yang masih tersisa?"
Tanya Kevin.
Doni menggeleng.
"Aku rasa mereka sudah benar-benar hancur."
Kevin mengangguk.
"Pantas jika malaikat hitam sekarang merasa lebih unggul."
"Tentu saja, mereka berada di bawah ketiak salah seorang konglomerat."
Kata Doni sinis.
Kevin mengangguk setuju.
"Yah, sebuah kelompok akan hidup karena ada yang menghidupi, itu sudah jelas."
Doni mendengus.
"Yah, nasib kelompokku tak pernah ada yang melirik."
Kevin menepuk bahu Doni.
Temannya sejak sekolah itu tampak mendengus lagi.
"Aku akan sampaikan pada Tuan Leo untuk menggunakan kalian."
"Benarkah?"
Doni tampak senang mendengarnya.
Kevin mengangguk.
"Tuan Leo juga sedang mencari Roy, carilah dia untuknya sampai ketemu."
Kata Kevin.
"Tapi..."
Doni kali ini gantian merangkul bahu Kevin.
"Jangan katakan apapun lada Viera, ia tak tahu menahu soal Roy terlibat dalam kelompok laba-laba hitam. Bahkan hari ini ia menjadi sasaran Malaikat Hitam, aku hanya mengatakan bahwa kakaknya terlibat hutang besar."
Ujar Doni berpesan.
Kevin diam sejenak, lalu akhirnya mengangguk setuju.
"Baiklah."
Putusnya.
**----------**
Viera di dalam kamar sibuk mengeluarkan isi ranselnya, hanya beberapa potong kaos dan celana saja, selebihnya hanya peralatan mandi.
Ia kemudian memasukkan baju dan ransel yang kosong ke dalam lemari, sementara peralatan mandi ia masukkan ke kemar mandi yang ada di kamarnya.
Kamar itu sudah macam tempat kos seharga 600rb/bulan, bonus kasur busa tebal dan TV kecil serta AC.
Ah bukan! Ini semacam ruangan kamar hotel. Batin Viera.
Selesai bebenah sebentar, Viera rebahan di atas kasur, nyaman sekali. Ia menatap langit-langit. Ia ingat Roy kakaknya. Lalu ia ingat Tuan Muda majikannya.
Tuan Muda tampan itu, yang menatapnya dengan mata elangnya, membuat degup jantung Viera seperti dipaksa berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ah...
Viera bangkit dan duduk di atas kasurnya. Ia menepuk kedua pipinya dengan tangannya.
"Sadar Vier, sadar!"
Kata Viera pada dirinya sendiri, ia tak mau berpikir aneh-aneh tentang majikannya, apalagi ini baru hari pertama baginya.
Kevin menutup pintu rumah lalu menguncinya begitu Doni akhirnya pergi.
Roy. Ternyata dia masih saudara isteri Doni. Sungguh kebetulan yang sempurna.
Kevin merasa tugasnya akan sedikit lebih ringan, dan ia tak perlu merasa terlalu takut gagal.
Yah, besok... Kevin akan bicara pada Tuan Leo, jika akan lebih baik mereka merekrut beberapa anak buah Doni saja agar bisa sekaligus nantinya diminta mencari informasi soal keberadaan Roy.
Kevin masuk ke kamarnya dengan perasaan senang, karena merasa keberuntungan sungguh bernaung di atas kepalanya.
Yah keberuntungan yang seharusnya juga dirasakan Leo karena hari ini ia bisa melihat wajah Aleena dalam bentuk manusia meskipun pada sosok yang berbeda.
Aleena, gadis itu, seolah hidup kembali.
Wajahnya, senyumannya, entah kenapa Viera begitu persis dengan Aleena. Hal yang membedakan keduanya hanyalah penampilan Viera yang cenderung tomboi dengan rambut pendek dan jeans belel serta kaos oblong, sementara Aleena adalah sosok gadis yang selalu tampil cantik dan menarik.
Leo terbaring di tempat tidurnya, tangannya ia letakkan tepat di dadanya.
Sekian lama jantung itu seolah berhenti berdetak, dan kini tiba-tiba terasa berdetak sangat cepat begitu melihat Viera.
Rasa rindu yang selama ini begitu menggunung seolah luruh begitu melihat senyuman Viera yang mewakili kehadiran Aleena untuk Leo.
Sayang sekali, Leo tak mungkin tiba-tiba meraih tubuh Viera sebagaimana yang akan ia lakukan jika itu adalah asli Aleena.
Leo tak bisa memeluknya, Leo tak bisa mencumbunya hingga rindu itu sungguh-sungguh bisa menguap dan tak lagi menyiksanya.
"Aleena..."
Leo menyebut nama sang kekasih lirih dan dalam.
Teringat lagi saat-saat akhir gadis itu menutup matanya dan tak pernah terbuka lagi.
Satu titik bening mengalir di sudut mata Leo, mewakili lukanya yang begitu dalam.
Hening malam mengungkung gelisah dalam batin Leo. Seorang cowok yang sepuluh tahun lalu begitu dikenal keras dan merajai jalanan, memiliki banyak pengikut hingga begitu ditakuti, kini justeru seperti tak berdaya karena disiksa rindu atas seorang gadis yang menariknya dalam dunia yang baru.
Dunia yang sebetulnya ia butuhkan sejak lama, yang jika saja ia menemukannya lebih cepat, pasti Leo tak akan pernah ada laba-laba hitam dalam sejarah hidupnya.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Musuh ayahnya Leo, yg menyebarkan anak buahnya utk menghabisi ibu Leo...Curiga sama ibu tiri Leo yg ingin menghabisi Ibu Leo..
2023-05-08
1
Ida Lailamajenun
rapuh karena wanita judulnya si Leo
2022-03-16
1
Hadiyanto Ajja
joss
2022-02-05
1