5. Pantang Melanggar Sumpah

Bukgh!

Bukgh!

Bukgh!

Berkali-kali pukulan seorang laki-laki tinggi besar mendarat di perut dan wajah seorang pemuda yang berdiri dengan tangan dan kaki di rantai.

Pemuda itu memuntahkan darah, wajahnya tampak babak belur dan tubuhnya dipenuhi luka yang sudah tak terhitung banyaknya.

"Apa kau masih memilih bungkam?"

Laki-laki tinggi besar itu akhirnya mengakhiri pukulannya, lalu duduk di kursi yang ada di hadapan si pemuda yang kini tampak tak berdaya.

Laki-laki tinggi besar itu mendorong piring seng berisi nasi yang mirip bubur dengan kakinya.

Pemuda itu tampak mendongakkan wajahnya, menatap tajam laki-laki tinggi besar yang menyeringai ke arahnya.

"Kenapa? Mau marah?"

Tanya laki-laki itu dengan senyuman menghina.

"Kau sudah bagus tak langsung dihabisi, tinggal bilang siapa yang menyuruhmu menyusup ke daerah kami, maka kau akan dibebaskan."

Kata laki-laki tinggi besar itu.

"Jangan harap, pantang bagi kami melanggar sumpah pada orang yang mempercayai kami."

Kata si pemuda tanpa rasa gentar, seolah sengaja memancing amarah si laki-laki tinggi besar itu.

Laki-laki itupun bangkit dari duduknya, lalu menghampiri si pemuda itu lagi.

Pemuda itu kemudian dengan berani meludahi wajah laki-laki tinggi besar yang ada di hadapannya, ludah yang bercampur darah itu diusap si laki-laki itu dengan kasar.

Tangan laki-laki tinggi besar itupun seketika mengepal, dan menghantam pemuda yang masih di rantai itu dengan membabi buta.

DARR!!

Sebuah tembakan menghajar dinding.

Mengagetkan laki-laki tinggi besar yang sedang mengamuk dan pemuda yang tengah dihajarnya habis-habisan.

"Baron, hentikan itu bodoh!"

Seseorang tiba-tiba berteriak.

Laki-laki tinggi besar yang sedang kesetanan itupun menyeringai.

Seorang laki-laki lain yang tampak rapih dengan kemeja memasuki ruangan yang mirip penjara itu.

Ruangan yang cukup pengap karena berada di bawah tanah.

"Kau ingin membuatnya mati sebelum mendapatkan informasi apapun hah?"

Laki-laki berpenampilan rapih itu mendekat. Di tangannya tampak sebuah senjata api tergenggam.

Laki-laki tinggi besar bernama Baron itu menciut. Ia menghentikkan amukannya lagi.

"Pergilah! Kau memang selalu tidak becus!"

Kata laki-laki berpenampilan rapih, yang sepertinya ia ada di tingkat yang jauh lebih tinggi dari Baron.

Baron mendengus, tapi tak berani membantah.

Dengan langkah kasar, ia kemudian meninggalkan ruangan mirip penjara itu.

Laki-laki berpenampilan rapih itu mendekati si pemuda.

Ia menatap sekujur tubuh si pemuda yang terikat rantai itu sambil berdecak.

"Kau bisa mati jika bertahan seperti ini, sementara kau menjaga kesetiaan pada orang yang mungkin saja tak peduli."

Sinis si laki-laki berpenampilan rapih itu.

Pemuda yang sudah babak belur itu diam, nafasnya tersengal-sengal. Buatnya pilihannya jelas hanya mati sebagai penghianat atau tetap menjaga rahasia. Hanya itu yang ia pikirkan.

Laki-laki yang berpenampilan rapih itu kemudian membidikkan pistolnya.

"Jika aku harus menembak mu, mana yang lebih bagus?"

Lirihnya sambil kemudian meletakkan ujung pistolnya ke dahi si pemuda.

"Di sini?"

Lalu bergeser ke mulut.

"Di sini?"

Lalu digeser lagi ke leher.

"Di sini?"

Dan di geser lagi ke dada sebelah kiri si pemuda yang terdapat sebuah tatto Laba-Laba Hitam.

"Ah, di sini pasti jauh lebih bagus."

Laki-laki berpenampilan rapih itu tertawa.

"Ah tidak! Aku rasa, jauh lebih bagus lagi jika yang merasakan timah panas ku adalah adikmu yang cantik bukan?"

Laki-laki berpenampilan rapih itu tertawa keras.

Pemuda yang di rantai menatapnya dengan sengit.

"Coba saja, jika aku bisa bebas, kau akan kubunuh dengan tanganku sendiri."

Geram si pemuda yang membuat laki-laki berpenampilan rapih itu malah semakin tertawa.

**-------**

"Kak Rose, kau akan ke Bogor? Aku ikut."

Luna merajuk mengikuti sang Kakak yang akan keluar rumah menuju mobil.

"Aku bukan untuk jalan-jalan."

Kata Rose.

"Terserah, aku hanya akan ikut. Aku bosan di rumah, tak ada satupun orang di sini."

Luna mulai kumat mengomel.

Rose mendengus.

"Baiklah, tapi jangan buat masalah."

Kata Rose.

Luna mengangguk.

Ia mengikuti Rose masuk ke dalam mobil.

Rose sebetulnya akan ke sebuah mall di mana ia akan melihat perkembangan usaha baru food court miliknya.

Setelah itu, ia akan berkunjung ke Gudang di mana beberapa produk makanan yang dibuat pabriknya dikirim ke sana.

Ia butuh bertemu petinggi PT yang bertanggungjawab atas gudang tersebut, karena beberapa kali ia dengar ada masalah di sana.

"No shopping, kau akan aku tinggal."

Ketus Rose.

"Iya laaaaaah..."

Luna mengerucutkan bibirnya.

Di rumah Leo, si tuan muda itu masih berada di halaman belakang rumah.

Tubuhnya sudah penuh oleh keringat yang mengucur deras karena sejak pagi ia terus menghajar samsak yang sengaja ia minta pindahkan pada Kevin di sana.

Kedua tangannya yang terbungkus sparring Gloves tampak masih terus ingin menghajar samsak, saat kemudian Kevin mengingatkannya bahwa jam sudah hampir mendekati jam sembilan pagi, di mana Leo sudah harus datang ke cafe untuk meninjau tempat usahanya.

"Baiklah, aku akan mandi, kau siapkan mobilnya."

Kata Leo.

"Sarapan?"

Tanya Kevin, menunjuk sandwich yang sudah ia siapkan di meja yang ada di halaman belakang itu.

Leo menggeleng.

"Kau makan saja, aku ngga lapar."

Kata Leo sambil melepas sarung tangan tinjunya lalu melemparnya ke arah Kevin.

Fiuuuh...

Kevin mengelus dada.

Leo pergi ke kamarnya.

Mandi lalu berganti pakaian yang cukup rapih.

Celana jeans hitam, kemeja hitam, dan semi jas berwarna abu-abu, serta jam tangan mewah yang melingkar di tangannya.

Leo keluar dari kamar, lalu langsung menuju keluar rumah di mana Kevin sudah siap di dekat mobil.

"Kita mampir mall dulu, ada yang ingin aku beli."

Kata Leo.

Kevin mengangguk.

Driver yang kemarin bertugas menjemput sudah kembali ke markas. Kini Kevin lah yang bertugas melakukan semuanya untuk Leo.

"Kau harusnya tak mengurus rumah, cari saja Bibi-bibi untuk mengurusi rumah itu."

Kata Leo dari tempat duduknya di belakang Kevin mengemudi.

Hmm... Ternyata di balik sikap dinginnya, Leo sebetulnya perhatian juga pada karyawan.

"Ya Tuan, nanti saya akan cari."

Kata Kevin.

Leo mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke jalanan.

Mobil meluncur menuju mall yang tak jauh dari kawasan cafe yang akan menjadi tempat usaha Leo.

Leo turun dari mobil, saat kemudian ia melihat seorang tukang parkir di seberang mall seperti sedang ribut dengan sekelompok orang.

Leo menatap mereka, hingga kemudian ia melihat tukang parkir yang sudah cukup tua itu di dorong dan terpental jatuh, Leo akhirnya dengan cepat berlari menyebrang ke arah keributan.

Kevin berteriak memanggil Leo.

Bersamaan dengan itu sebuah mobil mewah masuk ke parkiran.

Dua perempuan cantik keluar dari mobil itu, lalu ikut melihat ke arah keributan.

Tukang parkir yang jatuh tersungkur ke trotoar di bantu Leo berdiri.

"Siapa kau? Mau jadi pahlawan kesiangan rupanya."

Kata pemuda yang rambutnya warna warni dan telinganya penuh anting.

Leo menyuruh si tukang parkir menepi, seorang dari warga yang berkerumun menolong si tukang parkir yang terluka.

"Ngga malu masih muda main keroyokan ke orang tua?"

Sinis Leo.

"Halah, banyak cincong."

Sekelompok anak muda urakan itu kemudian menghambur ke arah Leo, di antara mereka ada yang membawa parang, dan ada juga yang membawa celurit.

Leo dengan gerakan cepat menendang perut salah seorang anak muda urakan itu, sementara tangannya dalam satu ayunan menghantam wajah anak muda yang lain.

Saat salah seorang dari mereka yang membawa parang mengayunkan senjatanya, dengan sigap Leo melepas jasnya, dan dengan satu gerakan yang sangat cepat menangkis parang itu sekaligus mengikat tangan si anak muda.

Satu putaran saja membuat tangan itu terkilir dan parang jatuh dari tangannya.

Leo tak berhenti sampai di situ, ia melompat dengan bertumpu pada badan si anak muda itu untuk kemudian melakukan tendangan ke dada tiga anak muda yang akan menyerangnya lagi.

Semua orang bertepuk tangan melihat aksi Leo.

Anak-anak muda yang akhirnya terkapar di jalan itu tampak pasrah begitu beberapa petugas datang.

"Urus mereka pak, jangan biarkan mereka membuat kerusuhan lagi."

Kata Leo.

Si tukang parkir yang ditolong Leo langsung berlari menghambur ke arah Leo untuk mengucapkan terimakasih.

"Mereka selalu minta jatah, hari ini saya tidak mau kasih karena isteri saya sedang sakit."

Kata si tukang parkir.

Leo mengangguk lalu menepuk bahu si tukang parkir.

"Cowok itu, bukankah dia yang kemarin bersamaku dari Hamburg?"

Gumam Luna membuat Rose yang begitu terkagum-kagum akan aksi Leo menoleh ke arah sang adik.

"Apa kamu bilang?"

Tanya Rose pada Luna yang kemudian menggeleng.

"Ah lupakan, lupakan saja."

Kata Luna.

**--------**

Terpopuler

Comments

szwarc

szwarc

bolee

2025-03-24

0

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-05-18

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2024-05-18

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Musim Panas Terakhir
3 2. Gadis Karate
4 3. Saviera Dan Luna
5 4. Anakku, Di Mana Kau?
6 5. Pantang Melanggar Sumpah
7 6. Nasib Perempuan Kedua
8 7. Siapa Mencari Siapa
9 8. Sekelompok Pemburu
10 9. Wajah Itu
11 11. Gelisah Semalaman
12 12. Senyuman Pertama
13 13. Target Pemburu
14 14. Harimau Itu Kembali
15 15. Terendus
16 16. Gagal Menguping
17 17. Malam Naas
18 18. Kabar Kematian Karlita
19 19. Mengamuk
20 20. Aku Bukan Aleena
21 21. Luluh
22 22. Perguruan Mawar Hitam
23 23. Sosok
24 24. Terasa Aneh
25 25. Tanda Tanya
26 26. Apa Kau Gila
27 27. Takdir
28 28. Reuni Bad Boy
29 29. I'm Back
30 30. Gelisah
31 31. Terbakar
32 32. Kembali Ke Jalan Hitam
33 33. Tentang Rasa
34 34. Apa Maunya?
35 35. Bayang Masa Lalu
36 36. Menghilang Lagi
37 37. Keberadaan Roy
38 38. Semaunya Sendiri
39 39. Bos Besar
40 40. Sebuah Kejutan Tentang Viera
41 41. Kasih Ayah
42 42. Tak Ada Yang Bisa Menghalangi
43 43. Berusaha Mengerti
44 44. Serangan Tak Terduga
45 45. Amarah
46 46. Harimau VS Musang
47 47. Jangan Seperti Roy
48 48. Kacau
49 49. Terasa Berbeda
50 50. Kakak Laki-Laki
51 51. Tragis
52 52. Dendam Dari Masa Lalu
53 53. Terror Kematian
54 54. Tahan Boss
55 55. Sebuah Tanda
56 56. Masih Gelap
57 57. Goresan Tangan Aleena
58 58. Mega Mendung
59 59. Sialan, sial!
60 60. Jangan Bilang Kamu Hantu
61 61. Teka Teki Tentang Ped
62 62. Kebenaran Pahit
63 63. Siapa Kau Ped?
64 64. Terbukanya Kunci Pertama
65 65. Satu Demi Satu
66 66. Sekelam Malam
67 67. Terhempas
68 68. Rasa Yang Berbeda
69 69. Pertemuan Saudara Tiri
70 70. Terlalu Rumit
71 71. Abelard Belindo
72 72. Kunci Kedua
73 73. Bad Boy's
74 74. Buku Harian Aleena
75 75. Tanda Tanya Besar
76 76. Kesal Salah Paham
77 77. Titik Temu
78 78. Badai Kecil
79 79. Hilangnya Tuan William
80 80. Leo
81 81. Mendekati Target
82 82. Rosario Dawson
83 83. Gerak Cepat
84 84. Saatnya Menjadi Pemburu
85 85. Pemburu Yang Diburu
86 86. Fight Fight Fight...
87 87. Saatnya Berhenti
88 88. Akhirnya
89 89. Sebuah kebenaran
90 90. Berkumpul Lagi
91 91. Menatap Senja
92 92. Akhir Sebuah Kisah
93 93. Othor Menyapa
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
1. Musim Panas Terakhir
3
2. Gadis Karate
4
3. Saviera Dan Luna
5
4. Anakku, Di Mana Kau?
6
5. Pantang Melanggar Sumpah
7
6. Nasib Perempuan Kedua
8
7. Siapa Mencari Siapa
9
8. Sekelompok Pemburu
10
9. Wajah Itu
11
11. Gelisah Semalaman
12
12. Senyuman Pertama
13
13. Target Pemburu
14
14. Harimau Itu Kembali
15
15. Terendus
16
16. Gagal Menguping
17
17. Malam Naas
18
18. Kabar Kematian Karlita
19
19. Mengamuk
20
20. Aku Bukan Aleena
21
21. Luluh
22
22. Perguruan Mawar Hitam
23
23. Sosok
24
24. Terasa Aneh
25
25. Tanda Tanya
26
26. Apa Kau Gila
27
27. Takdir
28
28. Reuni Bad Boy
29
29. I'm Back
30
30. Gelisah
31
31. Terbakar
32
32. Kembali Ke Jalan Hitam
33
33. Tentang Rasa
34
34. Apa Maunya?
35
35. Bayang Masa Lalu
36
36. Menghilang Lagi
37
37. Keberadaan Roy
38
38. Semaunya Sendiri
39
39. Bos Besar
40
40. Sebuah Kejutan Tentang Viera
41
41. Kasih Ayah
42
42. Tak Ada Yang Bisa Menghalangi
43
43. Berusaha Mengerti
44
44. Serangan Tak Terduga
45
45. Amarah
46
46. Harimau VS Musang
47
47. Jangan Seperti Roy
48
48. Kacau
49
49. Terasa Berbeda
50
50. Kakak Laki-Laki
51
51. Tragis
52
52. Dendam Dari Masa Lalu
53
53. Terror Kematian
54
54. Tahan Boss
55
55. Sebuah Tanda
56
56. Masih Gelap
57
57. Goresan Tangan Aleena
58
58. Mega Mendung
59
59. Sialan, sial!
60
60. Jangan Bilang Kamu Hantu
61
61. Teka Teki Tentang Ped
62
62. Kebenaran Pahit
63
63. Siapa Kau Ped?
64
64. Terbukanya Kunci Pertama
65
65. Satu Demi Satu
66
66. Sekelam Malam
67
67. Terhempas
68
68. Rasa Yang Berbeda
69
69. Pertemuan Saudara Tiri
70
70. Terlalu Rumit
71
71. Abelard Belindo
72
72. Kunci Kedua
73
73. Bad Boy's
74
74. Buku Harian Aleena
75
75. Tanda Tanya Besar
76
76. Kesal Salah Paham
77
77. Titik Temu
78
78. Badai Kecil
79
79. Hilangnya Tuan William
80
80. Leo
81
81. Mendekati Target
82
82. Rosario Dawson
83
83. Gerak Cepat
84
84. Saatnya Menjadi Pemburu
85
85. Pemburu Yang Diburu
86
86. Fight Fight Fight...
87
87. Saatnya Berhenti
88
88. Akhirnya
89
89. Sebuah kebenaran
90
90. Berkumpul Lagi
91
91. Menatap Senja
92
92. Akhir Sebuah Kisah
93
93. Othor Menyapa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!