Viera memarkirkan motornya di depan sebuah rumah bergaya minimalis di pinggiran kota Jakarta Selatan.
Ia membawa satu kantong berisi satu bungkus nasi goreng kambing pesanan si pemilik rumah yang tak lain adalah majikannya.
Viera masuk ke dalam rumah melewati pintu samping seperti biasa, yang langsung masuk ke dapur.
Ia mengambil piring dan sendok, lalu meletakkannya di atas meja ruang makan.
Seorang wanita tampak keluar dari kamar, ia tersenyum menyambut kedatangan Viera.
"Maaf Bu, terlambat."
Kata Viera.
Wanita itu mengangguk sambil tersenyum.
Ia berjalan menuju ruang makan, mengambil tempat duduk menghadapi sajian nasi goreng yang dibelikan Viera di lapak depan Bank Mandiri sekitar warung buncit.
"Sudah lama aku ingin makan makanan kaki lima, jika tak ada kamu mana bisa aku makan begini."
Kata wanita itu.
Viera tertawa renyah.
"Katakan saja apa yang Bu Karlita ingin makan, nanti saya carikan."
Kata Viera pada majikannya yang seolah terpenjara dalam sangkar emasnya sekian tahun itu.
Karlita tersenyum, ia membuka bungkus nasi gorengnya, untuk kemudian menikmati sesuap demi sesuap.
"Kamu nggak makan?"
Tanya Karlita.
Viera menggeleng.
"Tadi sore sudah makan mie ayam Bu, masih kenyang."
Kata Viera.
Karlita mengangguk lagi.
Viera kemudian mengambil satu gelas kosong dari tempa gelas, lalu menuang air putih dan memberikannya pada sang Nyonya.
Ini adalah persis satu bulan ia bekerja di sana, menggantikan sepupunya yang tak bisa bekerja lagi karena sakit.
"Bagaimana kabar Iva?"
Tanya Karlita menanyakan kabar mantan asistennya yang sudah cukup lama bekerja padanya sejak menempati rumah itu.
"Sehat Bu, titipan Bu Karlita untuknya sudah aku sampaikan. Dia tinggal dekat stasiun Senen sekarang dengan mertua."
Kata Viera.
Karlita tersenyum.
Mertua, senang sekali jika menikah lalu bisa mengenal siapa mertuanya, iparnya, keluarga besarnya.
Sayang sekali, Karlita tak bisa merasakan semua itu.
Dinikahi hanya karena bisa melahirkan anak laki-laki, namun pada akhirnya tak bisa hidup bersama-sama seperti keluarga yang lain.
Keberadaannya bahkan seolah harus hilang bagai ditelan bumi.
Terkurung dengan semua fasilitas namun tak membuatnya bahagia sama sekali.
Ia tak bisa keluar rumah untuk bertegur sapa dengan tetangga, tak bisa memperkenalkan diri isteri siapa dan memiliki putra bernama siapa.
Sungguh hidup yang begitu menyedihkan.
Entah apa yang membuatnya harus memilih jalan hidup seperti ini.
Karlita menyuapkan satu sendok nasi goreng terakhirnya.
Tampak ia tersenyum puas.
Viera tampaknya berbeda dengan sepupunya yang selalu takut melanggar peraturan, yang selalu takut jika disuruh Karlita meski hanya membeli makanan di luar.
"Bajumu kotor kenapa Vier?"
Tanya Karlita setelah mengunyah habis seluruh makanan dalam mulutnya dan didapatinya baju Viera yang kotor.
Viera melihat ke arah bajunya yang terlihat sedikit kotor.
Ah yah, ia ingat saat tadi menghajar penjambret Ibu muda di kawasan senen, penjambret itu sempat memuntahkan darah begitu ia pukul, dan darahnya mengenai baju Viera.
Viera nyengir sambil menepuk bajunya yang terkena noda itu.
"Hehe ngga apa Bu, hanya noda biasa saja. Saya permisi mandi dulu Bu."
Kata Viera akhirnya.
Karlita pun mengangguk.
Viera membereskan bekas makanan sang Nyonya, membawanya ke dapur, mencuci sendok dan piring sebentar, lalu baru ia menuju kamarnya untuk mengambil handuk.
Di kamar ia melihat kalender yang ia tempel di dinding, diambilnya satu buah sepidol warna merah, lalu mencoret tanggal untuk hari ini.
Viera menghela nafas.
"Tunggu Kak, aku pasti akan menemukanmu, hidup ataupun mati."
Kata Viera.
**------**
Di sebuah rumah mewah seorang gadis cantik tampak bersungut-sungut tak henti-henti.
Para pelayan yang melayaninya hanya bingung memperhatikan putri bungsu majikannya yang terus saja mengomel tak karuan sejak kepulangannya dari Hamburg.
"Kenapa dia?"
Tanya seorang perempuan cantik lain yang baru pulang dari kantor dengan penampilan yang elegan.
Para pelayan menggeleng.
"Kak Rose."
Gadis cantik yang kemudian menyadari kehadiran kakaknya itu langsung menghampiri perempuan bernama Rose itu.
"Kamu tidak pulang bersama Daddy?"
Tanya Rose.
Gadis cantik itu menggeleng.
Bersamaan dengan itu, seorang perempuan lain melewati kamar si gadis cantik.
"Tuan putri manja sudah pulang rupanya, pantas semua pelayan berkumpul di sini."
Kata perempuan yang baru muncul itu.
"Ah Kak Hana, diamlah, Luna sedang kesal."
Gadis cantik bernama Luna itu merengut.
Perempuan bernama Hana itu melengos sambil tertawa.
"Memangnya kapan kamu tak kesal? Kamu kan bisanya hanya mengomel saja setiap hari."
Kata hana sambil menyibakkan rambutnya lalu melenggok meninggalkan mereka semua.
"Pasti dia pergi party lagi."
Kata Rose.
"Yah lah, kapan dia bisa berhenti? Pasti sampai mati dia akan tetap begitu."
Kata Luna kesal.
"Kenapa kamu ngga pulang dengan Daddy?"
Rose mengulang pertanyaannya.
"Memangnya Daddy ke Hamburg?"
Tanya Luna yang malah tidak tahu.
Rose mendengus.
"Kamu dan Mami sama saja, Ngga pernah tahu Daddy sedang apa dan di mana."
Kata Rose kesal.
"Lha makanya aku tanya."
Luna tak mau disalahkan.
"Daddy di Belanda, harusnya kalian dekat, kenapa tidak saling mengabari."
Rose jadi heran.
Aneh memang, mereka satu keluarga yang tinggal di atap yang sama, tapi tak setiap hari bisa saling bertemu, bahkan sedang apa, di mana itu juga masing-masing seperti sudah hidup sendiri-sendiri.
"Mana aku tahu, Daddy saja ngga ngasih tahu dia ada di sana."
Kata Luna.
"Yah yah... teruslah kita hidup seperti ini, aku bahkan sudah muak."
Kata Rose yang kemudian keluar dari kamar Luna.
"Kak, aku belum curhat."
Luna merajuk.
"Curhat apa, urusanku jauh lebih banyak daripada urusanmu yang pasti selalu tidak penting."
Kata Rose yang menjauhi kamar Luna.
"Haaaiiish..."
Luna cemberut.
"Pelayan, aku mau berendam saja."
"Aku mau dipijat."
"Jangan lupa buatkan aku salad buah."
"Kau mau jus."
Kata Luna akhirnya yang masih menambah sederet permintaannya.
Suasana hatinya yang kacau sejak di pesawat gara-gara untuk pertama kalinya diabaikan seorang cowok, semakin kacau gara-gara Kak Rose mengomelinya.
"Memangnya cuma aku satu-satunya yang aneh? Semua yang tinggal di rumah ini bukankah aneh? Kak Hana yang cuma tahunya party, Kak Rose yang hanya bekerja saja dan hidup terlalu serius hingga lupa menikah, lalu Kak Cindy yang tak pernah pulang karena sibuk keliling dunia, Mami yang juga selalu bersama geng sosialita tak jelasnya."
Luna masuk ke kamar mandi kamarnya yang luas dan mewah.
Aroma parfum mahal dari Perancis tercium di sepenjuru ruangan.
Ia melangkahkan kaki jenjangnya menuju bathub yang sudah disiapkan oleh pelayan.
"Aku di rumah yang paling kecil, kalau aku aneh karena yang tua-tua mencontohkanku berperilaku aneh."
Luna ngedumel tak jelas.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Inonk_ordinary
orang² yg aneh
2025-03-20
0
mochamad ribut
up
2024-05-18
0
mochamad ribut
lanjut
2024-05-18
0