Viera bangun pagi sekali saat rumah majikannya itu masih hening. Viera membuka semua tirai jendela rumah itu hingga membuat suasana rumah kini jauh lebih baik.
Apalagi, saat Viera membuka tirai yang ada di jendela kaca ruang makan, di mana jendela kaca itu setinggi dinding dan juga bisa digeser sebagai pintu menuju halaman samping rumah yang terhubung dengan halaman belakang, rasanya sejuk mata memandang karena langsung bisa melihat rumput yang terhampar seperti karpet berwarna hijau dan juga hutan buatan yang cukup lebat.
Viera menggeser kaca jendela itu, merasakan angin pagi berlarian memasuki rumah, menghirup aroma basah rerumputan oleh embun semalam.
Viera melangkah keluar dengan kakinya yang telanjang. Dibiarkannya kedua kaki putihnya menginjak rerumputan, merasakan kelembapan yang begitu menyenangkan.
Viera berjingkat pelan seperti gadis kecil, apalagi kemudian saat ia melihat dua ekor rusa muncul dari dalam hutan buatan.
Mata Viera membulat, dan langsung ia berlari ke arah dua ekor rusa yang jinak itu.
"Wah, luar biasa rumah ini."
Viera begitu takjub.
Ia mendekati rusa betina dan mengelusnya dengan lembut.
Benar-benar seperti mimpi.
Bagaimana bisa rusa menjadi hewan peliharaan sebuah rumah, bukan kucing atau anjing.
Viera masih menikmati kekagumannya akan rumah Leo saat pemuda tampan itu terbangun dari tidur dan membuka jendela kaca balkon kamarnya.
Pemuda itu berjalan keluar menuju balkon sambil merentangkan tangan dan menggeliat lalu menghirup udara pagi yang segar sebanyak-banyaknya.
Ah semalam ia begitu gelisah hingga tertidur nyaris jam tiga pagi, tapi anehnya ia bangun sepagi ini dan badannya terasa segar.
Leo baru akan melakukan push up sebentar di balkon saat matanya tanpa sengaja melihat Viera di dekat hutan buatan sedang bermain bersama rusa.
Leo sejenak menatap Viera dari tempatnya. Menatap Viera yang terus saja tersenyum sambil mengusap kedua rusa di dekatnya.
Leo membeku, matanya seolah tak mau beralih dari Viera di sana, dan melupakan keinginannya untuk melakukan aktifitas seperti biasa.
"Aleena."
Bisik Leo pada angin.
Yang entah apa angin itu sungguh menyampaikan, hingga tiba-tina Viera menoleh ke arah balkon kamar Tuan mudanya dan mendapati Leo tengah menatapnya lagi seperti tadi malam.
Leo tanpa sadar tampak tersenyum pada Viera. Senyumnya begitu menawan menghias wajah tampannya.
Senyuman yang sekian tahun seolah ikut terkubur dengan tubuh Aleena, yang kemudian tak pernah tampak ada diwajahnya hingga kemudian hari ini bisa kembali muncul tanpa ia sadari.
Viera jantungnya kembali berdegup kencang, sungguh ia belum pernah bertemu pemuda setampan Leo.
Seolah maha karya yang sungguh menawan, yang seolah tanpa cela.
Yah, Leo, Tuan Muda itu, sungguh tak akan ada gadis yang kuasa menolak pesonanya. Viera yang biasanya dingin pada laki-laki saja kini tak mampu bertahan. Bagai batu es yang mencair, Viera merasakan dunianya teralihkan.
Namun, Viera tiba-tiba saja tersadar akan posisinya yang hanya sebagai apa di rumah itu.
Ah, jangan mimpi ketinggian Vier! Kesal Viera mengingatkan dirinya sendiri.
Ia pun segera membungkukkan badan memberi salam pada sang Tuan Muda.
Leo di tempatnya begitu melihat Viera membungkuk langsung sadar jika yang ada di sana bukanlah Aleena.
Ya Tuhan, aku kenapa?
Batin Leo.
Pemuda itu segera berbalik, lalu masuk ke dalam kamar dan bergegas ke kamar mandi.
**--------**
Di sebuah ruang bawah tanah, seorang pemuda yang dirantai terlihat tak sadarkan diri setelah lebih dari tiga hari berturut-turut menerima siksaan demi siksaan.
"Lepaskan rantainya, dan seret kembali ke dalam sel. Kalau sampai mati, mampuslah kita."
Kata Baron pada anak buahnya.
Anak buah Baron sigap melaksanakan perintah Baron.
Sementara itu hp Baron terdengar ada panggilan masuk.
"Yah."
Baron mengangkat panggilan masuk itu.
"Kemarin bagaimana anak buah mu? Tak berhasil?"
Tanya suara di seberang sana.
"Kemarin target sudah lari entah ke mana, kami hanya mendapatkan rumahnya yang kosong."
Kata Baron.
"Hrggh!"
Suara di seberang sana menggeram.
"Mencari adik Roy tak becus, mencari Karlita juga tak becus!"
Maki si pemilik suara yang tak lain adalah Ricky.
Dan setiap kali Ricky bersuara tinggi, rasanya darah Baron menjadi seketika mendidih.
Ricky sebetulnya hanyalah orang baru di kelompoknya, tapi kemampuannya menjilat dan merayu atasan membuat posisinya melesat di atas Baron.
Sesungguhnya ini sangat membuat Baron marah. Ia merasa atasannya jelas tidak adil, karena selama ini Baron lah yang sebetulnya sudah melakukan banyak hal di lapangan.
Tapi...
Hah, bajingan kecil itu, dia hanya menggunakan wajah tampannya dan kelihaian bicara saja. Hampir tak ada yang bisa ia lakukan selain banyak bicara.
Di lapangan juga ia bukan tipe yang pandai bela diri. Ia akan selalu menghindari tugas yang memerlukan kekuatan fisik, dan andai tugas itu tak bisa dihindari, maka ia akan sengaja datang paling akhir setelah tinggal eksekusi.
Seperti bulan lalu, di mana mereka harus berebut tempat dengan kelompok Bloody389, ketara sekali Ricky berusaha datang terlambat setelan mereka hampir memenangkan pertempuran.
Dan yang paling membuat Baron kesal, atasannya justeru mengira Ricky lah yang paling banyak andil atas kemenangan mereka merebut tempat transaksi narkoba dengan kelompok dari segitiga emas.
Kini Ricki pun sudah mulai bersikap seolah bos besar yang bisa kapan saja memaki dan menyuruh Baron serta anak buah yang lain. Itu sangat memuakkan.
Anak buah Baron sudah selesai melepaskan ikatan rantai pada tawanan mereka, Baron menatap tubuh tak berdaya yang kini diseret anak buahnya untuk dimasukkan ke dalam sel itu.
Setelah tubuh itu digeletakkan begitu saja, anak buah Baron keluar dari ruangan sel itu dan kemudian menggemboknya dari luar.
"Kita cari lagi gadis itu, sekalian cari Karlita sampai dapat dan habisi saja di tempat."
Kata Baron pada anak buahnya itu.
Mereka kemudian meninggalkan ruangan bawah tanah, menutup ruangan itu dengan pintu kayu tebal hingga ruangan tersebut kini hanya tersisa lampu yang menyala redup.
Tangan pemuda yang tak lain adalah Roy itu bergerak-gerak pelahan. Matanya terbuka dengan susah payah.
Sungguh ia seperti antara hidup dan mati.
Ia melihat satu wadah dari seng berisi air dan nasi seperti bubur, Roy merangkak pelahan, ia haus luar biasa.
Roy meneguk air itu langsung dari wadah tanpa mengangkatnya persis binatang.
Tegukan pertama membuatnya muntah darah segar, namun ia melanjutkan minum lagi, semangatnya untuk bertahan hidup luar biasa.
Yah, tentu, ia tak mau mati konyol begitu saja di sana.
Setidaknya ia harus melihat matahari lagi sekalipun itu yang sebentar. Ia harus bertemu adiknya lagi meski itu hanya sebentar. Dan ia ingin datang ke makam kedua orangtuanya sekali lagi untuk mengucapkan maaf karena tak mampu menjadi kakak yang baik bagi Saviera.
Roy terbaring lemah di lantai sel yang lembab.
Sekujur tubuhnya perih dan sakit. Ia benar-benar merasa sekarat sekarang.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kustri
malaikat hitam musuh bisnis ayah'a leo
2024-03-27
1
Lucyna
makin lama makin seru ceritanya 👍👍👍
2022-03-07
1
Hadiyanto Ajja
suka
2022-02-05
1