Hari kepulangan Leo akhirnya tiba, Edi mengantar Leo hingga Bandara.
Penerbangan yang akan memakan waktu lebih dari delapan belas jam itu akan sangat melelahkan, tapi untuk Leo, jelas tak ada yang lebih melelahkan dari menjalani hidup sebagai dirinya.
Leo memeluk Edi dengan segenap perasaan. Bagaimanapun ia sangat berhutang banyak pada Edi selama ini.
"Pastikan anda selalu sehat Tuan."
Pesan Edi dengan mata berkaca-kaca.
Leo mengangguk.
"Jangan khawatir Paman, suatu hari pasti aku akan berkunjung lagi."
Kata Leo.
Edi tersenyum sambil menepuk lengan Leo.
Leo memeluk Edi lagi, sebelum akhirnya menghilang dari hadapan Edi.
Pesawat berangkat sekitar pukul empat sore waktu setempat, Leo menatap langit Hamburg sekali lagi, langit yang sekian tahun berada di atas kepalanya saat menyusuri jalanan kota Hamburg yang nyaman.
Yah nyaman, kota itu seharusnya memang salah satu kota paling nyaman di dunia. Andai Leo bisa tinggal lebih lama bersama Aleena, tentu kota itu bukan hanya nyaman, namun juga akan menjadi satu-satunya tempat yang terasa syurga di atas bumi untuknya.
Leo menyandarkan tubuhnya di kursi pesawat yang kapan saja bisa menjadi kasur untuknya tidur.
Para staf mondar mandir menanyakan apakah ada yang diperlukan atau Leo menginginkan makanan dan minuman tertentu.
"Terimakasih, aku hanya ingin melihat langit."
Kata Leo malas.
Membuat gadis cantik berseragam itu tersenyum keki.
Berbeda dengan Leo yang tak terlalu peduli dengan pelayanan para staf yang sangat memanjakan, penumpang satunya justeru bolak balik meminta ini dan itu pada para staf.
Hari itu memang hanya ada dua penumpang di dalam first class pesawat yang Leo tumpangi, yang satu Leo dan yang satunya lagi adalah seorang gadis cantik yang cukup seksi namun manja luar biasa.
Hampir sejak keberangkatan, gadis itu terus saja mengerjai para staf untuk melayaninya. Sudah macam puteri Cinderella saja.
Leo melirik sebal gadis yang satu kelas dengannya itu, yang kebetulan ia juga melihat ke arah Leo lalu tersenyum cantik.
Leo tak membalas.
Ia membuang pandangannya ke luar jendela, melihat awan saja, rasanya jauh lebih menyenangkan.
Ish... Gadis cantik itu mendesis.
Tampan tapi sombong. Batinnya kesal.
Leo memasang earphone lalu tak mau tahu lagi dengan apa yang terjadi dengan sekitarnya.
Malas.
Ia terlalu malas dengan semua orang yang terlalu banyak drama dalam hidupnya.
Hampir satu hari perjalanan itupun dilewati dengan bosan.
Leo turun dari pesawat tanpa menyapa gadis yang bersamanya dalam pesawat itu.
Gadis itu bahkan sampai mengomel di belakang Leo dan membuat semua staf yang melayani mereka kasak kusuk sambil tertawa cekikikan.
"Bayangkan, gadis secantik dan sekaya itupun sama sekali tak dilirik, luar biasa mister super dingin itu."
Celetuk salah satu pramugari, membuat yang lain mengangguk setuju.
Leo di Bandara dijemput oleh Kevin orang kepercayaan Ayahnya yang akan bertugas sebagaimana Edi di sisi Leo.
"Kita akan langsung ke kediaman Tuan, semua sudah disiapkan."
Kata Kevin menyambut Leo.
Gadis cantik yang tadi satu kelas dengannya di pesawat tampak melewati Leo dan mendengus ke arahnya sambil mengikuti langkah orang yang menjemputnya juga.
Gadis manja. Batin Leo kesal.
Leo bersama Kevin keluar dari bandara dan langsung menuju mobil mewah warna hitam yang sudah menunggu mereka.
Leo masuk ke dalam mobil, sementara Kevin mengawasi orang yang bertugas membawakan barang-barang Leo hingga semua selesai dimasukkan ke dalam bagasi.
**-------**
Mobil melaju membelah jalanan Jakarta.
Jakarta, lama sekali Leo tak melihatnya, dan kini ia kembali.
Serasa mimpi.
Meski sebetulnya langit yang ada di atas sana sama saja dengan langit di atas kota Hamburg, namun rasanya tetap saja berbeda.
Leo duduk di kursi belakang driver sambil memandangi setiap jengkal tanah Jakarta yang mereka lalui.
Kevin duduk di sebelah driver sambil sibuk dengan ponselnya.
Hingga tiba-tiba, saat mobil akan memasuki kawasan Senen, mobil yang Leo tumpangi berhenti mendadak.
Leo yang tak siap, kepalanya terbentur ke kursi di depannya.
"Ada apa?"
Tanya Leo sambil melihat ke depan mobil di mana di sana tampak seorang gadis yang baru turun dari sepeda motor menghajar seorang pemuda yang lari membawa tas perempuan.
Gadis itu melompat dengan gesit, gerakannya jelas seorang yang terlatih dan sangat menguasai bela diri.
Ia bahkan mampu membuat gerakan oi zuki chudan dengan sangat apik, hingga lawan terkapar tak berkutik.
Semua orang terkagum melihatnya, termasuk Leo, Kevin dan driver yang seolah mendapat tontonan gratis di sore yang cukup padat.
Gadis itu mengambil tas perempuan dari tangan pemuda yang kini di gotong beberapa orang untuk diserahkan ke kantor polisi.
Gadis berambut sebahu dengan topi hitam yang hampir menutupi separuh wajahnya itu kemudian menyerahkan tas yang ia ambil pada seorang wanita hamil yang baru saja datang dan menangis sambil mengucap terimakasih.
Lalu lintas yang sempat macet karena aksi heroik gadis itu pelahan mulai kembali berjalan setelah beberapa petugas membubarkan kerumunan.
Mobil Leo melaju, sementara Leo masih sempat melihat gadis yang berdiri menghadap trotoar dan membelakangi jalan raya karena sibuk bicara dengan wanita hamil yang ditolongnya.
"Luar biasa, aku baru melihat seorang gadis berkelahi dengan gerakan secepat itu."
Kata Kevin.
"Aku pikir itu hanya ada di film action saja."
Tambah Kevin lagi yang disambut gelak tawa driver.
Leo di tempatnya tersenyum.
Ia membenarkan pernyataan Kevin dalam hati.
Yah, gerakan gadis itu jelas bukan gerakan orang yang tak menguasai ilmu bela diri.
Setahu Leo, jurus itu ia kuasai dulu saat masih SMA, saat ia meraih ban hitam di kelas karate yang ia ikuti.
Sudah cukup lama ia tak menggunakannya, ia juga sudah lama sekali tidak melihat orang berkelahi dalam dunia nyata, apalagi dirinya yang memang sudah lama sekali vakum dan memutuskan berhenti sejak di buang di Hamburg lalu mengenal Aleena yang lembut.
Leo menghela nafas.
Tampaknya kehidupan di Indonesia masih belum berubah banyak.
Meskipun kotanya sudah maju pesat dibandingkan sepuluh tahun lalu saat ia meninggalkan semuanya.
Leo menatap jalanan lagi, di mana kini mulai tampak semburat senja terlukis di garis langit Jakarta.
Leo diberikan tempat tinggal di area puncak oleh sang Ayah.
Kediaman yang jauh dari hingar bingar, dan sedikit tersembunyi dari orang yang bisa saja akan mengenali Leo dengan mudah.
Maghrib telah turun, ketika akhirnya mobil yang ditumbangi Leo masuk ke halaman rumah super besar.
Leo turun dengan tubuh yang sudah begitu lelah, diikuti Kevin yang siap memberikan pelayanan sejak hari ini pada sang Tuan Muda.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2024-05-18
0
mochamad ribut
lanjut
2024-05-18
0
Mr. Singh
ini novel apa bku cerita?? taik
2024-01-24
1