Pagi yang cerah, aku melangkah meninggalkan ruang bermainku. Aku membawa sebingkah daging Ibu Tiri Kevin di dalam ember hitam, dan langsung berjalan menuju pintu belakang. Aku berencana untuk membuat steak manis pedas dari daging ini. Aku meraba saku bajuku.
“Obat apa ini?” Aku membaca keterangan di badan botol.
“Racun mematikan.” Aku meraba punggungku.
“Aiih, pistol ini, kenapa masih berada di sini.”
“tok, tok, tok.” Tiba- tiba, aku mendengar suara ketukan pintu dengan sangat keras.
“Haaah, aku benar-benar harus memeriksa bel.”
“Tok, tok, tok, tok.” Aku melangkah kearah pintu depan, dan langsung membuka pintu. Aku melihat 8 orang memakai jas hitam resmi tengah berbaris dua baris di depan pintu rumahku. Dari ujung barisan, seseorang
pria tua tampak berjalan dengan gaya congkak. Pria tua ini memakai jas berwarna putih, dengan dasi pita hitam di lehernya. Tak lupa, rambut yang di semir hitam, dengan gaya rapi. Wajahnya sangat sangar, dengan kumis tebal di bawah hidungnya. Aku melihat sebuah tongkat kayu klasik di tangannya, dan aku yakin hentakan tongkat itu mampu menghentakkan bumi ketika ia berjalan. Ia berjalan kearahku, dan berhenti tepat di hadapanku. Tanpa menerima responku, Pak tua ini menekan tubuhku dengan tongkatnya itu, dan membuatku mundur masuk ke dalam ruang tamu.
“Anda siapa?” Aku melemparnya dengan tatapan dingin.
“Hmmm, bau ganja.” Pak tua ini menghirup udara di dalam rumahku.
“Apa maksud anda?” Aku juga ikut menghirup dalam udara di dalam rumahku.
“Hei gadis kecil, dimana Scott?” Tanyanya dengan nada suara mengerikan. Matanya menatap tajam padaku.
“Dia sedang keluar negeri. Ada perlu apa dengan Papaku?”
“Ahahaha, jadi kau putrinya, manis juga. Lalu, kapan dia pulang?” Tanpa basa-basi Pria tua itu langsung duduk di kursi ruang tamuku.
“Katanya sih hari ini, tapi mungkin mereka sedang berliburan, kemungkinan terbesar mereka akan pulang besok atau besok lusa.” Jawabku dingin, pria tua itu berdiri dan langsung meremas wajahku dengan sangat kasar.
“Kau terlihat sangat polos, dan menyedihkan.” Bisiknya dengan menghempaskanku. Aku terjatuh ke lantai. Aku tersenyum dan kembali berdiri.
“Apa hakmu melakukan itu kepadaku?” Tanyaku dengan pelan.
“Cih, kedua orang tuamu adalah musuhku, berarti kau adalah musuhku. Aku akan memenggal kepalamu dan mengantungnya di depan pintu masuk, dan membuat keluargamu merasa terancam. Itulah hakku.”Bisiknya
dengan kembali berjalan kearahku. Aku mundur pelan lalu berlari ke dapur. Beberapa dari mereka mulai mengerjarku.
“Hey, mau lari kemana? Ke sini kau!” Teriak salah satu dari mereka.
“Dor, dor!” Suara tembakan menggema dari arah ruang keluarga. Aku sampai di dapur dan langsung mengangkat kedua tanganku sebagai tanda pasrah. Mereka berdelapan bersusun dengan arah pistol di tangannya yang mengarah kearahku.
“Beraninya kau berlari! Kau pikir kau siapa ha?” Teriak pak tua itu dengan menodongkan pistol di kepalaku.
“Maaf, aku bukan bermaksud untuk lari. Tadi, aku baru membeli daging ini, dari semalam aku belum makan, aku sangat lapar. Sebelum kalian membunuhku, tolong izinkan aku untuk memakan daging ini dulu.” Aku memelas memohon rasa iba dari Pak Tua ini. Mereka yang berpakaian formal itu saling menatap. Sementara Pak Tua ini, menatap mataku dengan sangat tajam.
“Apa kau pandai memasak?” Tanyanya padaku dengan pistol yang masih diatas kepalaku.
“Iya, jika memanggang daging aku jagoannya.” Jawabku dengan melirik daging tersebut.
“Apakah daging itu cukup untuk kami?” Tanya Pak tua itu lagi membuatku menatapnya heran.
“Apa bapak juga ingin daging panggang? Ya tentu, ini cukup untuk kita.” Ucapku dengan tersenyum.
“Baiklah, masaklah yang enak, jika tidak enak, aku akan langsung meledakkan kepalamu dengan pistolku ini. dengar, aku tidak macam-macam.” Pak tua ini duduk di meja makan.
“Baiklah, kalian bisa menunggu diluar. Aku tidak akan kabur, aku pastikan itu.” Aku tersenyum santai.
“Hey, kalian bisa menunggu diluar, aku akan mengawasinya disini.” Pak tua ini memberikan arahan pada bawahannya. Aku mulai mengambil beberapa bumbu masak di kulkas. Sesekali, aku menoleh kebelakang ,
aku melihat Pak Tua ini mengawasiku dengan sangat ketat.
“Kau tampak sangat tertekan, aku yakin hidupmu sangat berantakan.” Pak Tua ini memulai pembicaraan.
“Iya, aku sangat tertekan tinggal di rumah ini.” Aku berbalik dan mengiris paprika merah di hadapannya.
“Kenapa kau tidak pergi saja?” Tanyanya dengan menatapku tajam.
“Aku tidak punya pilihan. Aku baru saja lulus sekolah Pak, jika harus pergi dari rumah ini aku harus bisa menghidupi diriku, yang pasti, aku harus bekerja. Untuk kota yang besar ini, tamatan SMA tidak begitu diperdulikan.” Aku mengambil bawang bombai di dalam kulkas.
“Ckckckck.” Pak tua itu berdecih.
“Kenapa Pak? Semakin aku perhatikan, sepertinya bapak mengetahui keluargaku dengan baik.”
“Iya, aku juga tau jika kau seorang psikopat. Itu, adalah daging ibu tiri pemuda yang kau bunuh kemarinkan.”
“Deg.” Jantungku berdegup kencang, ucapannya membuatku menatapnya dengan tatapan tajam.
“Jangan cemas, aku tidak akan membunuhmu. Aku mengira, jika kau adalah Jimmy, ternyata kau adalah Mawar. Ini adalah pertemuan pertama kita. Perkenalkan, aku Zen. Aku tidak bisa menjelaskan siapa aku kepadamu. Tapi satu hal yang harus kau ketahui, aku tau semua seluk beluk yang berkisar tentang dirimu. Scott dan Vita telah melakukan kesalahan besar terhadap dirimu. Sekarang aku bertanya, apa kau yang membunuh 3 pencuri yang
mati terbakar dalam beberapa hari yang lalu?”
“Iya, itu aku.” Jawabku.
“Apa sekarang chip itu ada di tanganmu?” Tanyanya.
“Chip apa?” Tanyaku heran.
“Benda yang tertanam di kepala salah satu pencuri. Benda itu adalah benda paling berharga dan memiliki rahasia penting tentang kejahatan dunia.”
“Apa? kejahatan dunia.” Aku tercengang dengan pernyataan Pak tua ini. Astaga, ternyata pencuri itu benar-benar berbahaya..
“Kejahatan dunia yang paling jahat adalah kejahatan seorang psikopat. Psikopat tidak suka mencuri, tapi tiba-tiba dia bisa suka, hanya untuk mnakut-nakuti korbannya demi kesenangan batinnya. Melenyapkan nyawa, adalah makanannya.” Bisiknya padaku.
“Jadi maksud bapak chip itu adalah benda yang memiliki rahasia tentang seluruh psikopat di dunia ini.” Bisikku lagi. Pak tua itu mengangguk.
“Aku tau kau memasukkan racun ke dalam daging itu.” Pak Tua itu membuatku terdiam.
“Sudahlah, aku mengerti jika kau juga ingin melindungi dirimu Mawar.”
“Drap, drap, drap.” Suara derapan langkahmelangkah cepat kearah dapur.
“Pak, Arjun sudah hampir sampai.” Bisik salah satu dari mereka. Pak Tua itu melirikku.
“Siapa Arjun? Dan kenapa dia juga datang ke sini?” Tanyaku.
“Kau tau, jika psikopat di dunia terbagi atas 2 golongan. Yaitu golongan barat dan golongan timur. Golongan barat, adalah golongan yang mau menerima konsekuensi atas perbuatannya. Dalam artian, jika dia tertangkap atas perbuatannya maka dia akan menerimanya. Dan golongan timur sebaliknya, mereka lebih suka memanipulasi dan jika tertangkap dia akan menolak lalu memanipulasi perbuatannya..” Aku berusaha mencerna ucapan Pak Tua ini.
“ Apa? Lalu Bapak, dari golongan yang mana?” Tanyaku.
“Golongan Barat, aku suka yang menantang. Aku bukan manusia pengecut. Arjun berasal dari golongan timur, dia juga mengincar chip yang kau miliki” Pak Tua ini tersenyum hambar.
“Kenapa harus dibedakan jika keduanya sama-sama gila. Dan juga, kenapa dia juga menginginkan chip itu?”
“Tentu saja beda, golongan barat hanya memikirkan hal untuk bersenang-senang. Sementara, golongan timur menjadikannya lahan uang. Beberapa bulan yang lalu Arjun menghianati golongan timur dengan menolongku dalam sebuah pertemuan penting di golongan timur. Sebenarnya, aku berhutang nyawa padanya. Tapi, setelah ancaman yang ia terima pada waktu itu, mungkin kali ini, ia benar-benar akan membunuhku.”
“Apa kau takut dengan kematian?” Pak Tua itu memalingkan wajahnya.
“Pak, tidak ada waktu lagi.” Mereka membuat pertahanan di depan pintu dapur.
“Mawar, kau harus mempertahankan Chip itu. aku mempercayaimu.” Pak Tua ini berdiri lalu mengeluarkan pistolnya.
“Memangnya jika aku tidak mempertahankannya apa yang akan terjadi?”
“Golongan barat akan hancur. Golongan timur ingin menghapus golongan Barat yang semena-mena dan tidak tau aturan.” Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahku.
“Sudah terlambat, kita hadapi saja.” Salah satu dari mereka memasukkan peluru ke dalam pistolnya, ini pertanda jika manusia yang bernama Arjun benar-benar berbahaya.
“Tidak, ayo ikut denganku.” Aku memasukkan daging itu ke dalam pemanggang dan mengajak mereka keluar melalui jendela dapur.
“Kita mau kemana?” Tanya salah satu dari mereka.
“Ruang bermainku.”Jawabku.
“Kau membuang semua potongan tubuh hewan itu, menarik.” Pak tua ini tampak sangat mengenali ruangan ini.
“Apa Bapak tau dengan ruangan ini?”
“Iya, banyak kenangan yang tersimpan di dalam sini.” Ia menyentuh salah satu tabung.
“Tunggu, apa orang-orangmu ini benar-benar setia?” Tanyaku dengan menatap mereka.
“Tenang saja, mereka kanibal yang sudah aku latih sendari mereka remaja.”
“Cih, oh iya Pak, apa kau juga memakan korbanmu?”
“Iya, dan yang pasti aku lebih buas dari pada dirimu.”Pak Tua ini tersenyum.
“Aku baru melakukan ini sekitar sebulan yang lalu. Dan ternyata, ini sangat menyenangkan.” Aku berubah menjadi semangat.
“Hahaha, kau persis dengan Ibumu.” Aku menoleh pada Pak Tua ini.
“Ibuku? Tidak, bukan Ibu, aku memanggilnya Mama, Mama Vita. Ya kami memang sangat mirip.” Aku merunduk malu.
“Bukan Vita, siapa yang mengatakan jika dia ibumu? Dia hanya seorang Mama yang membesarkanmu.” Pak tua itu dengan mengeluarkan ponselnya. Aku menatap Pak tua itu dengan tajam, dan mendekat kearahnya.
“Apa maksud bapak?” Tanyaku.
“Kehidupanmu begitu penuh dengan misteri, Mawar. Suatu saat nanti, kau akan mengetahuinya, tetapi itu bukan dari mulutku, melainkan dari mulut Vita.” Pak Tua itu mengusap kepalaku dan tersenyum manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Teh lia
Makin seru kk
2020-05-03
3
Belfranss
keren bat dahh nihh cerita
2020-04-21
6