Mawar Psikopat
Aku Mawar Scott. Hari ini adalah pesta ulang tahunku yang ke 17 tahun. Aku mengundang semua teman-temanku. Aku begitu bahagia dengan dress berwarna merah, karena itu sangat cocok denganku. Semua teman-temanku mulai bernyanyi.
“Happy birthday to you, happy birthday to you happy birthday, happy birthday, happy birthday to you.”Aku tersenyum dan ikut bertepuk tangan dengan riuhan nyanyi para teman-temanku. “Bruak!!” Seseorang mengempaskan pintu dengan sangat kencang. Seketika, semua mata tertuju padanya. Dia adalah seorang gadis
gila yang sangat aku benci. Ia memiliki mata besar, hidung mancung, rambut pirang asli dengan kulit bintik-bintik bule.
“Jimmy!” Teriakku dengan sangat emosi. Ya, dia Jimmy. Dia adalah masalah paling besar di dalam hidupku.
“Ha ha ha ha. Lelucon apa ini Mawar?” Jimmy berjalan kearahku.
“Ini adalah pestaku. Kau bisa membuat pestamu sendiri.” Aku menatapnya dengan tatapan mengiba.
“Sling druaaak!!” Jimmy melempar kue ulang tahunku. Jimmy melempar kue itu tepat di depan semua teman-temanku. Secara tidak langsung, Jimmy telah membunuhku tepat di semua teman-temanku.
“Apa kau sudah gila? Kitakan sudah sepakat. Malam ini, aku yang akan mengadakan pesta. Dan kemarin kau juga sudah setuju.” Teriakku dengan sangat emosi. Semua teman-temanku menatap kami berdua.
“Ooops, aku lupa. Haduuuh, Mawar yang malang, apa kau pikir aku benar-benar setuju?” Jimmy berteriak dengan keras memancing kericuhan. Aku langsung terdiam. Seharusnya, ini adalah saat dimana aku merasa sangat bahagia. Tapi, gadis gila ini malah mengacaukannya.
“Jimmy, apa pestanya sudah dimulai?” Sorak seseorang dari luar.
“Ya, masuklah, dan bawa minumannya!” Sahut Jimmy dengan ramah.
“Apa maksudnya ini? Tidak jimmy, tidak. Apa kau tidak melihat semua teman-temanku ada disini.” Bisikku padanya.
“Oh iya, aku lupa. Hoi kalian semua. Pesta kalian sudah berakhir. Pulanglah! Hush, huuuush!” Teriak Jimmy mengusir semua teman-temanku. Dengan wajah kecewa, semua teman-temanku mulai meninggalkan rumahku. Perlakuannya padaku, membuat air mataku mulai berlinang.
“Jimmy, akan aku pastikan, kau akan mendapatkan hal yang lebih dariku!” Teriakku dengan menangis sedih, lalu
berlari kencang ke kamarku.
“Aiiih, dasar cengeng. Iiish.”
“Apa kita perlu mendekor ulang rumahmu ini?” Tanya Kevin.
“Ya, kita harus membereskan sedikit sampah sampah menjijikkan ini.” Jawab Jimmy dengan mencabut beberapa untaian dekorasi yang tertempel di dinding ruangan.
Sementara aku, aku dan diriku ini kembali berlari ke kamarku, dan mulai menangis dengan sekeras-kerasnya. Hanya ruangan ini yang mampu menampungku. Aku benar-benar membenci Jimmy, walau dia adalah kembaranku. Apa? kalian sepertinya terkejut. Kalian tidak perlu terkejut, karena kami berdua adalah saudara kembar yang berbeda dan sangat amat berbeda dari segi apapun. Itu semua bermula dari sepasang manusia yang saling jatuh
cinta. Namun, mereka berdua memiliki latar belakang yang berbeda. Sang wanita, berasal dari Indonesia. Sementara sang pria, berasal dari Amerika. Mereka berdua menikah, lalu lahirlah aku dan juga Jimmy. Aku mewarisi gen wanita itu, dengan kulit coklat, rambut hitam, hidung mungil dan bibir tipis. Berbanding
terbalik dengan Jimmy yang mewarisi gen pria itu. Dan perbedaan inilah yang membuat semua perlakuan berbeda terjadi padaku. Aku diperlakukan seperti seorang anak tiri. Sementara Jimmy diperlakukan seperti seorang Putri.
Itu semua berlanjut hingga kami masuk dalam sekolah dasar. Jimmy memiliki jadwal les privat yang padat, baik itu dalam mata pelajaran sekolah, ataupun kepribadian. Sementara aku, sama sekali tidak pernah merasakan les. Aku pernah berusaha untuk menyamakan keadaan. Aku ingin duduk di dalam sana bersama Jimmy. Walau kami berbeda, tapi kami berdua tetaplah saudara kembar. Oleh sebab itu, aku akan mencuri perhatian Mama dan Papa. Aku belajar melalui celah jendela, dan harus cermat mendengarkan suara guru les Jimmy. Dan akhirnya, aku mendapatkan rangking satu di kelas. Sementara Jimmy mendapatkan rangking 5. Tapi apa? Papa dan Mama tetap membanggakan Jimmy. Pengakuan untuk diriku, tidak pernah aku dapatkan.
Semua itu kembali berlanjut hingga kami lulus dari sekolah dasar. Karena kami dibesarkan dengan cara yang berbeda, itu membuat Jimmy memperlakukanku layaknya seekor binatang. Di saat waktu senggang, ia selalu menghardikku, bahkan melakukan hal-hal kasar padaku. Pernah sekali, ia ingin membuktikan teori gaya grafitasi. Ia menyuruhku naik ke atas atap, lalu mendorongku. Aku menderita patah kaki. Tapi apa? Papa dan Mama tetap
menyalahkanku. Intinya, aku ini salah, salah dan apapun yang aku lakukan itu salah.
Tapi semua itu tidak membuat diriku kalah. Aku tetap berjuang dan belajar sebaik mungkin. Aku menjadi murid yang sangat teladan, dan amat disegani. Aku selalu berdiri di puncak pertama. Aku mengalahkan Jimmy sejauh-jauhnya. Itu semua aku buktikan dengan menjadi siswa yanglulus secara undangan di sekolah menengah atas intenasional. Sekolah elit, yang selalu meluluskan muridnya untuk kuliah di luar negeri. Tentu saja, itu membuat
Jimmy marah, dia sudah berusaha les mati-matian tapi tetap tidak bisa lulus. Dan pada saat inilah, siasat licik
Mamaku, yang mengatasnamakan kembaranku, dan mengatasnamakan uang, membuat dia lulus di sekolahku. Sejak kejadian itu, dia membuat hidupku semakin, semakin dan semakin menderita.
Begitu pula, pada hari ini. Hari ulang tahunku. Aku berjalan kearah meja belajarku dan mengambil sebuah pematik, lalu menghidupkannya.
“Mawar, selamat ulang tahun. Huuuft.” Lagi, Aku meniup sebuah pematik di hari ulang tahunku. Apakah di ulang tahunku yang berikutnya aku akan tetap seperti ini? Inilah pertanyaanku pada diriku sendiri. Aku juga ingin bahagia. Bahagia, dengan hidupku. Walau hanya ada aku dengan diriku.
**
Papa dan Mama memiliki bisnis besar di Singapura. Itu membuat mereka berdua selalu bolak-balik Indonesia-Singapura. Pagi ini, aku bangun dengan mata sembab. Aku benar-benar tidak berani untuk menampakkan wajahku di sekolah. Aku harus bagaimana? Aku langsung berdiri dan berjalan turun ke bawah. Aku tercengang ketika melihat sisa pesta Jimmy dengan teman-temannya. Botol minuman keras berserakan di lantai. Remahan ciki dimana-mana. Dekorasi menjijikkan tertempel ramai di dinding. Bekas krim kue bertebaran dimana-mana.
“Selamat pagi. Mama pulang.” Mama yang tiba-tiba pulang, membuat jantungku berdegup kencang.
“Astagaaaa. Apa yang telah terjadi di sini?” Teriak Mama dengan wajah syok.
“Ada apa sayang? Papa yang muncul belakangan lalu melirik leretan botol minuman keras yang berserakan di lantai.
“Mawar, apa maksudnya ini? Apa semalam kau bersenang-senang? Ya, kau benar-benar terlihat bersenang-senang dengan mata sembabmu itu!” Teriak Papa emosi. Aku sudah biasa mendengar ini. Tuduhan yang tidak pernah aku lakukan.
“Iya Pa, aku sudah melarangnya. Tapi dia tetap membawa teman-teman anehnya, lalu berpesta semalaman.” Sahut Jimmy dari belakangku. Aku menoleh, dia sudah berpakaian sekolah. Jimmy mengkedipkan mata kirinya padaku.
“Mampus.” Bisiknya padaku.
“Aku berangkat dulu ya Pa, Ma.” Jimmy memberikan kesan lembut sembari memeluk Papa dan Mama.
“Ya, sayang hati-hati.” Papa mencium dahi Jimmy, sementara Mama berjalan dengan sangat emosi ke arahku, lalu menjambak rambutku dengan sangat kasar.
“Sini kau anak nakal. Beraninya kau minum-minum dengan teman-temanmu. Sekarang apa alasanmu haaa?” Mama berteriak dengan emosi lalu menarik jambakan rambutku, yang membuatku benar-benar kesakitan.
Mama menarikku kearah kolam renang, lalu melemparku ke air yang sangat dingin ini.
“Buarrkkkk.” Aku merasakan dingin air kolam renang menusuk pori-pori tubuhku.
“Mati saja, anak tak tau malu! Sudah berulang kali aku bilang, jangan minum-minum. Tetap saja!” Mama kembali berteriak.
“Hrrrr, di-di-dingin.”Aku berusaha naik. Ketika aku naik, Mama kembali mendekat.
“Apa? mau kemana kau ha?” Mama meraih kerah bajuku.
“Plak!” Mama menampar pipiku dengan sangat keras, membuatku kembali terlempar ke dalam air ini.
“ Hukkkh, aaaakh.” Aku berusaha bernafas, karena, air kolam masuk ke dalam hidungku dan nyaris tertelan. Aku berusaha mengapung.
“Mama! Itu bukan aku! aku tidak minum!” Teriakku sembari menepi. Mama kembali meraih kerah bajuku.
“Plak!” Mama kembali menampar pipiku dengan sangat keras, hingga pipiku seakan-akan menebal seperti mati rasa. “Beraninya kau melawan perkataanku. Diam! Kau itu pantas di hukum!” Mendengar itu, sesuatu hal yang menggelegar di hatiku, membuat tubuhku berenergi. Aku mendorong Mama dan naik dengan cepat.
“Apa aku ini hanya anak angkatmu?” Aku menatapnya dengan tatapan tajam. Mama bangkit dan kembali melayangkan tangannya ke wajahku.
“Plak!”
“Beraninya kau mengatakan hal rendahan seperti itu!” Mama semakin emosi, karena itu terlihat dari ekspresi wajahnya. Aku menantang matanya, dan berjalan pelan kearahnya. Mama mundur pelan, namun aku tetap menatapnya dengan tatapan tajam.
“Apa kau tau? Jika aku mau, aku bisa saja membalas semua perbuatanmu padaku.” Bisikku pada Mama. Mama kembali mengayunkan tangannya. Dan aku langsung menahannya.
“Maka dari itu, berhati-hatilah padaku. Karena mulai detik ini, aku tidak akan tinggal diam.” Aku menghempaskan tangan Mama dengan kasar, membuat Mama terdiam.
“Aku tidak main-main.” Aku berbalik dan melangkah naik ke kamarku.
“Ada apa dengannya? Apa kau sudah menghukumnya?” Aku melirik Papa dengan tatapan mata berkaca-kaca penuh emosi.
“Sudah, dia mengatakan jika dia tidak akan mengulanginya lagi.” Mama meremas tangan kanannya. Aku melihat sorot matanya yang tampak sedikit takut. Aku kembali melangkah ke kamarku. Aku berjalan kearah meja riasku. Aku berdiri dan menatap wajahku yang memar akan bekas tamparan.
“Apa salahku?” Aku menatap wajahku secara penuh. Aku menatap wajah polos yang selalu mengalah.
“Aku, harus berubah. Ya, aku terlalu baik untuk mereka.”Aku menggambil sebuah gunting, dan menggunting pendek rambut panjangku.
“Sreek, sreek, sreek.” Aku membuang helaian rambutku.
“Mulai detik ini, aku dengan diriku ini akan membalas perbuatan mereka semua.” Aku menyeringai lalu terdiam. Aku baru sadar, jika aku menyeringai itu terlihat sangat mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
bad grils and phsicho
awlnya udah bagus kok monga makin bagus ya thor
2020-11-24
1
Avdev Chan
baru baca episode 1 sdh bagus...kerennnn👍👍👍
2020-10-04
2
Fatmawaty Nugroho
wow...awal cerita yg menarik
saran ku...ceritanya..jangan ada penindasan...tamparan di balas..sakit di balas...sucses yaa
2020-06-04
5