Episode 8. Mereka Juga Ikut Memakannya

Aku memasak daging Si Dekan muda dengan melihat resep di google.

“Aku tidak sabar untuk mencobanya.” Aku  memakan daging Si Dekan muda, rasanya sangat luar biasa. Jauh lebih gurih dari yang aku kira. Aku memakan dengan lahap semua daging yang aku masak.

“Aaaakkk.” Aku bersendawa. Astaga, aku menghabiskan lebih dari 3 piring daging tumis si Dekan muda.

Tanpa aku sadari jam menunjukkan pukul 8 malam.

“Mungkin tadi, aku terlalu lama sewaktu mengurus kepala Si Dekan muda. Aaaah, aku sangat lelah.” Aku  berjalan naik ke lantai atas dan masuk ke kamarku. Hidup ini, mulai terasa menyenangkan.

**

“Tok,tok,tok.” Gedoran pintu di pagi hari.

“Mawar! Bangun!” Sayup-sayup terdengar suara seorang perempuan dari balik pintu kamarku. Aku mulai membuka kedua mataku secara perlahan.

“Mawar! Kau tidur atau mati sih!” Teriaknya lagi dengan menggedor-gedor pintu.

“Jimmy?” aku langsung duduk dan membuka pintu kamarku.

“Kau sudah pulang.” Aku melihat penampilan barunya. Ia menggunting rambutnya sama pendek dengan rambutku.

“Bagaimana dengan gaya rambut baruku?” Tanyanya dengan berpose gaya foto model.

“Kenapa kau memotong rambutmu?” .

“Supaya bisa mirip denganmu. Ayo turun, Mama sudah membuat sarapan.” Ajaknya dengan ramah padaku. Aku mengikutinya dari belakang. Aku melihat gaya bajunya, persis sama denganku. Biasanya dia selalu menggunakan

celana pendek seksi, tapi sekarang menggunakan dress pendek milikku. Apa lagi ini? pikirku dengan menelan ludah, dan tersenyum kecut.

“Pagi sayang, duduklah mama sudah buatkan sarapan yang enak.”Mama menyapaku dengan ramah. Aku melihat menu pagi ini, daging, apa mungkin?

“Mama, Apa Mama memasak daging yang ada di kulkas?” Jimmy dan Papa melirikku.

“Iya, memangnya kenapa?” Mama menoleh padaku.

“Aaah, tidak. Aku hanya bertanya.” Aku duduk di sebelah Jimmy. Mama duduk di samping Papa, dan langsung mencicipi masakannya.

“Mmmm, daging empuk penuh citarasa gurih. Dimana kau membeli daging ini?” Mama tampak sangat menyukai daging manusia ini.

“Di supermarket depan.” Aku mengambil piring, dan mengambil 2 sendok nasi. Kami berempat mulai menyantap daging Si Dekan muda. Aku memperhatikan Jimmy yang begitu lahap memakan daging kekasih gelapnya. Sementara Papa makan sambil membaca Koran.

“Jimmy, bukankah Joni Mahendra itu adalah Dekan di sekolahmu. Menyedihkan sekali.” Papa membaca lebih rinci berita yang ada di Koran.

“ Iya, Pa. Ada apa memangnya Pa? Apanya yang menyedihkan?”Jimmy melirik heran pada Papa.

“Mobilnya meledak di lapangan parkir sekolahmu. Apa kau tau itu Mawar?” Papa menatapku.

“Mmmm.” Anggukku, Sementara Jimmy langsung merebut Koran tersebut dari tangan Papa dan mulai membacanya.

“Ini tidak mungkin. Aku tidak percaya ini.” Jimmy membaca berita wajah sedikit syok.

“Itu benar, menurut berita tubuhnya hancur dan hanya menyisakan 2 tangan dan 1 kaki.” Aku mengunyah makananku, dan meminum air putih yang ada di gelas biru di samping tangan kiriku.

“Aku harus pergi melayatnya.” Jimmy meletakkan Koran tersebut, lalu bangun dari tempat duduknya, dan berlari ke kamarnya untuk berganti baju.

“Mawar, apa kau tidak ikut?” Tanya Mama.

“Tidak, aku tidak tertarik.” Jawabku dengan tersenyum manis, lalu memakan makananku dengan lahap. Papa dan Mama sepertinya sudah tau maksud ucapanku, dan kembali melanjutkan sarapannya.

**

Malampun tiba. Aku, Mama, dan Papa asyik menikmati drama sore di televisi.

“Ini sudah jam 9, kenapa Jimmy masih belum pulang?” Papa mengambil beberapa chiki di tangannya.

“Sebentar lagi mungkin.” Mama mengambil ponselnya yang ada di atas meja.

“Aku pulang.” Jimmy tiba-tiba muncul di samping televisi.

“Sejak kapan kau berdiri di sana?” Aku menatap heran padanya.

“Barusan.”

“Kenapa lama sekali?” Papa menatap tegas pada Jimmy. Jimmy duduk di depanku, lalu meletakkan tasnya diatas meja.

“Aku berbincang lama dengan keluarganya. Oh ya Pa, ada sesuatu yang janggal dengan kematian Pak Joni. Jika itu kecelakaan, kenapa potongan kepala dan bagian tubuhnya tidak ditemukan? Dan juga, tidak ada yang bisa dijadikan bukti jika itu adalah kasus kecelakaan.” Jimmy begitu menikmati ceritanya, hingga membuatku menatapnya.

“Jadi maksudmu itu adalah kasus pembunuhan. Bisa saja bagian tubuhnya hangus terbakar. Itu hanya cerita keluarganya yang butuh keadilan. Sudah jelas itu kecelakaan, karena menurut saksi, sehari sebelum kecelakaan, mobilnya sempat bermasalah. Jelas-jelas yang tinggal hanya kerangka mobil dan cairan minyak tubuhnya.” Mama yang merasa tau, mengganti siaran televisi ke berita hari ini. Memang benar, semua warga negara sedang sibuk membicarakan kecelakaan tersebut.

“Aaaah, kenapa yang diberita berbeda dengan yang diceritakan keluarganya.” Umpat Jimmy dengan mengepalkan tangannya.

“Lihatkan, kasus ini sudah ditutup dengan kasus kecelakaan.” Mama menunjuk siaran telivisi, itu membuatku tersenyum bahagia.

“Kenapa kau begitu peduli ha? lihat Mawar, dia santai saja.” Papa melirik Jimmy dengan sorot mata curiga.

“Sudahlah Pa.” Sahutku dengan tersenyum sinis pada Jimmy.

“Mawar, ada apa dengan senyumanmu itu?” Jimmy menatap tajam padaku.

“Ini adalah senyumanku, apa kau lupa?” Aku melebarkan senyum mengerikanku.

“Aaah, aku tidak ingin berdebat dengan dirimu. Oh iya, sepertinya dengan kasus yang terjadi pada sekolah kita ini, akan sulit bagimu untuk mendapatkan hak istimewa di Universitas lokal.” Jimmy memangku kedua tangannya lalu menaikkan sedikit dagunya.

“Khawatirkan saja dirimu. Mawar bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan kepalanya sendiri.” Mama membuat Jimmy mengentakkan kakinya, lalu  berdiri kesal.

“Setidaknya, kuliahlah dengan baik. Mawar akan mendaftar di Universitas yang ada di LA. Papa sudah memasukkan berkasnya.” Aku menatap Papa dengan wajah tidak percaya.

“Apa? Ahahaha itu tidak mungkin.” Jimmy menunjuk Papa.

“Aku ini Papamu, apa yang tidak mungkin untuk anakku.” Papa sedikit melirik Jimmy lalu kembali fokus pada televisi.

“Aku tidak mau Pa. Aku ingin di sini.” Papa menoleh padaku.

“Mawar,” Mama menaikkan nada suaranya.

“Tak apa Ma. Aku suka berada di rumah ini.” Aku tersenyum manis.

“Apa tidak akan ada kata sesal nantinya?”Papa menatapku dengan tatapan tegas.

“Mmm, aku tidak akan menyesal.” Aku balik menatap Papa dengan tatapan tegas, lalu berdiri.

“Aku tidur dulu.” Aku berjalan ke kamarku.

“ Jika aku tau Papa bisa membantu, aku pasti akan masuk Universitas di LA.” Jimmy berjalan dibelakangku. Aku langsung menghentikan langkahku, dan berbalik.

“Kalau begitu, kau bisa menggantikanku untuk itu.”

“Apa maksudmu? Mawar, kau ini benar-benar aneh. Semua orang sangat ingin kuliah di luar negeri. Sementara kau, Papa sudah memberimu kesempatan dan kau dengan sombongnya menolak semua itu secara mentah-mentah.” Aku berjalan dua langkah ke hadapannya.

“Kesempatan? Menolak mentah-mentah? Sombongnya? Hehey, lihat gaya bicaramu ini. Seharusnya, kau berhati-hati padaku. Aku bisa saja menuntutmu karena ini, tapi itu terlalu mudah untukmu mengingat si Joni sudah mati, jadi tidak asyik lagi jika aku mengeluarkan bukti-bukti yang sudah kalian hilangkan.” Bisikku padanya membuatnya mundur satu langkah. Ia tampak ketakutan dengan kakinya yang gemetar. Aku kembali melangkah  selangkah maju ke depannya. Aku meletakkan wajahku tepat di depan wajahnya.

“Aku harap kau bisa bertahan di sana, mengingat sistem drop out yang mematikan.” Aku tersenyum licik bahagia.

“Mawaaar!” Teriaknya.

“Apaa?” Teriak balikku.

“Beraninya kau mengeluarkan kata-kata seperti itu padaku!” Teriaknya lagi.

“Tentu saja berani. Aku inikan adikmu, aku bisa mengalah untukmu.” Bisikku dengan tertawa tanpa suara.

“Aiiih.” Jimmy tampak kesal lalu berlari masuk ke dalam kamarnya.

**

Paginya aku bangun dan melirik hanphoneku.

“Hari ini, hari perpisahan.” Aku melirik jam yang ada di dinding kamarku. Jam menunjukkan pukul 8 pagi.

“Aaahhm, aku harus bersiap-siap.” Aku langsung melangkah bangun dan mulai bersiap. Setelah seselai bersiap-siap, aku langsung turun ke bawah.

“Mawar, sarapan dulu.” Sorak Mama.

“Tidak usah Ma, aku sudah terlambat.” Sahutku, aku melirik Jimmy yang tampak anggun dengan kebaya berwarna biru tua.

“Kenapa kau memakai seragam sekolah? Cih, dasar.” Jimmy melemparku dengan wajah cemooh.

“Kenapa memangnya?” Jimmy memberikanku selembar pengumuman, ternyata perpisahannya menggunakan kebaya modern.

“Ya sudah, aku tidak jadi pergi.” Aku bebelok ke ruang makan dan  duduk di meja makan, lalu mulai menikmati sarapanku.

“Kenapa? bajumu ada di sana. Gantilah, acaranyakan 20 menit lagi.” Papa  menunjuk sebuah tas padaku, aku meliriknya dan langsung memeriksanya. Aku terpana ketika melihat kebaya modern dengan payet di sekeliling bagian tubuh dan lengannya. Dan juga, warna merah mewah membuatnya sangat istemewa.

“Woaaah, bukankah itu kebaya yang paling mahal yang di pajang di patung paling depan di butik ternama yang kita kunjungi waktu itu. Papa! Ini tidak adil!” Rengek Jimmy dengan wajah mengesalkan.

“Bukankah Papa sudah memintamu untuk memilih, dan kau malah memilik kebaya yang ini. jadi salah siapa? Karena Mawar tidak ikut, makanya Papa memilih yang itu untuknya. Jangan berbicara jika Papa tidak adil. Kau sendiri yang membuat keputusan.” Papa dengan cuek kembali menikmati sarapannya, itu membuat Jimmy tercengang.

“Awalnya aku menginginkan ini, tapi aku kira Papa tidak akan mau membelikannya, dari pada aku malu, lebih baik aku memilih yang ini.” Jelas Jimmy dengan wajah penuh amarah.

“Apa kau mau berganti denganku?” Aku menoleh pada Jimmy, membuat Jimmy memancarkan mata penuh harapannya padaku.

“Tidak Mawar, jika kau memberikan ini pada Jimmy, itu berarti kau tidak menghargai Papa!” Aku menatap tatapan tegas Papa, dan langsung melangkah berbalik ke kamarku untuk berganti pakaian.

“Woaaah, kau benar-benar indah.” Aku memuji kebaya merah ini, dan mengenakannya. Aku berdiri di depan meja riasku.

“Waaahh, apakah ini benar-benar diriku?” Tiba-tiba Jimmy datang menerobos kamarku.

“Waaah, benar-benar cantik. Kenapa? Kenapa kau begitu lebih dariku?” Teriaknya padaku.

“Itulah diriku. Pemisi, aku harus pergi.” Aku keluar  melangkah melewatinya.

Episodes
1 Episode 1. Aku Dengan Diriku
2 Episode 2. Luka Yang Geli
3 Episode 3. Gadis Jahanam
4 Episode 4. Mengalah Untuk Menang
5 Episode 5. Pembalasan Dimulai
6 Episode 6. Nyawa Si Dekan Muda
7 Episode 7. Polwan Kanibal
8 Episode 8. Mereka Juga Ikut Memakannya
9 Episode 9. Seseorang Mengetahuinya
10 Episode 10. Tak Akan Ada Bedanya
11 Episode 11. Membunuh Itu Menyenangkan
12 Episode 12. 4 Kepala Manusia
13 Episode 13. Kevin Dengan Hatinya
14 Episode 14. Tolong Bunuh Ayah Dan Ibu Tiriku
15 Episode 15. Dokter Pencabul Mayat
16 Episode 16. Pak Tua Zen
17 Episode 17. Aku Hanya Butuh Kepala
18 Episode 18. Mawar Scott Sudah Mati!
19 Episode 19. Pekerjaan
20 Episode 20. Tusukan Pisau Yang Geli
21 Episode 21. Tidak Sesuai Rencana
22 Episode 22. Takku Sangka Paman
23 Episode 23. Bar Oreano
24 Episode 24. Jalika, Kakak
25 Episode 25. Gelagat Mencurigakan Luci
26 Episode 26. Arjun dengan Cintanya
27 Episode 27. Bisnis Marko Dan Anita
28 Episode 28. Kepala Segar Pacarmu
29 Episode 29. Jimmy, dan Lemari Rahasianya.
30 Episode 30. Kau Yang Mengakhirinya
31 Episode 31. Jangan Tinggalkan Aku Luci
32 Episode 32. Hancurkan Universitas Deduke
33 Episode 33. Kau Pelakunya Mawar
34 Episode 34. Pembantaian Golongan Timur
35 Episode 35. Stabita Eden, Ibuku
36 Episode 36. Panggil Si Louis, Ayah
37 Last
38 Pengumuman
39 (2) Episode 1. Aku Kembali
40 (2) Episode 2. Brun, Anjing Ibuku
41 (2) Episode 3. Aku Menyayangimu Ibu
42 (2) Episode 4. Berkas, untuk merayumu
43 (2) Episode 5. Aku Tidak Akan Mati
44 (2) Episode 6. Bom UG71
45 (2) Episode 7. Masa Laluku yang Buruk
46 (2) Episode 8. Berpura-pura
47 (2) Episode 9. Pria Tampan, Makanan Lezatku.
48 (2) Episode 10. Penyusup
49 (2) Episode 11. Vero, Jaliska Eden
50 (2) Episode 12. Korban Anita
51 (2) Episode 13. Sisi Lain Arjun
52 (2) Episode 14. Kebenaran Yang Sebenarnya
53 (2) Episode 15. Ibuku, Ingin Membunuhku
54 (2) Episode 16. Akulah Bosnya
55 (2) Episode 17. Mau Bermain Denganku.
56 (2) Episode 18. William Seorang Kacung
57 (2) Episode 19. Rencana Kematian Jalika
58 (2) Episode 20. Rencana Pertama Dimulai
59 (2) Episode 21. Pemakaman Jalika
60 (2) Episode 22. Jati Diri Marko
61 (2) Episode 23. Markas Luar Biasa
62 (2) Episode 24. Gang Kematian
63 (2) Episode 25. Lingkaran Gang Jonsu
64 (2) Episode 26. Perkampungan Mafia
65 (2) Episode 27. Rencana Cadanganku.
66 (2) Episode. 28. Paketku
67 (2) Episode 29. Aku Diculik
68 (2) Episode 30. Nyawa Kedua Vero
69 (2) Episode 31. Rencana Mereka
70 (2) Episode 32. Perang Itu
71 (2) Episode 33. Perang Dimulai
72 (2) Last
73 (3) Episode 1. Karena Aku Mawar
74 (3) Episode 2. Selamat Malam Sayang
75 (3) Episode 3. Polisi Tampan
76 (3) Episode 4. Aku Malas Untuk Membahasnya
77 (3) Episode 5. Bawahan Wiko
78 (3) Episode 6. Brun Kembali
79 (3) Episode 7. Sembunyikan Rahasia Kita
80 (3) Episode 8. Kau Terlalu Gegabah
81 (3) Episode 9. Aku penasaran
82 (3) Episode 10. Semua Impas
83 (3) Episode 11. Peraturan Yang Tidak Boleh Di Langgar
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Episode 1. Aku Dengan Diriku
2
Episode 2. Luka Yang Geli
3
Episode 3. Gadis Jahanam
4
Episode 4. Mengalah Untuk Menang
5
Episode 5. Pembalasan Dimulai
6
Episode 6. Nyawa Si Dekan Muda
7
Episode 7. Polwan Kanibal
8
Episode 8. Mereka Juga Ikut Memakannya
9
Episode 9. Seseorang Mengetahuinya
10
Episode 10. Tak Akan Ada Bedanya
11
Episode 11. Membunuh Itu Menyenangkan
12
Episode 12. 4 Kepala Manusia
13
Episode 13. Kevin Dengan Hatinya
14
Episode 14. Tolong Bunuh Ayah Dan Ibu Tiriku
15
Episode 15. Dokter Pencabul Mayat
16
Episode 16. Pak Tua Zen
17
Episode 17. Aku Hanya Butuh Kepala
18
Episode 18. Mawar Scott Sudah Mati!
19
Episode 19. Pekerjaan
20
Episode 20. Tusukan Pisau Yang Geli
21
Episode 21. Tidak Sesuai Rencana
22
Episode 22. Takku Sangka Paman
23
Episode 23. Bar Oreano
24
Episode 24. Jalika, Kakak
25
Episode 25. Gelagat Mencurigakan Luci
26
Episode 26. Arjun dengan Cintanya
27
Episode 27. Bisnis Marko Dan Anita
28
Episode 28. Kepala Segar Pacarmu
29
Episode 29. Jimmy, dan Lemari Rahasianya.
30
Episode 30. Kau Yang Mengakhirinya
31
Episode 31. Jangan Tinggalkan Aku Luci
32
Episode 32. Hancurkan Universitas Deduke
33
Episode 33. Kau Pelakunya Mawar
34
Episode 34. Pembantaian Golongan Timur
35
Episode 35. Stabita Eden, Ibuku
36
Episode 36. Panggil Si Louis, Ayah
37
Last
38
Pengumuman
39
(2) Episode 1. Aku Kembali
40
(2) Episode 2. Brun, Anjing Ibuku
41
(2) Episode 3. Aku Menyayangimu Ibu
42
(2) Episode 4. Berkas, untuk merayumu
43
(2) Episode 5. Aku Tidak Akan Mati
44
(2) Episode 6. Bom UG71
45
(2) Episode 7. Masa Laluku yang Buruk
46
(2) Episode 8. Berpura-pura
47
(2) Episode 9. Pria Tampan, Makanan Lezatku.
48
(2) Episode 10. Penyusup
49
(2) Episode 11. Vero, Jaliska Eden
50
(2) Episode 12. Korban Anita
51
(2) Episode 13. Sisi Lain Arjun
52
(2) Episode 14. Kebenaran Yang Sebenarnya
53
(2) Episode 15. Ibuku, Ingin Membunuhku
54
(2) Episode 16. Akulah Bosnya
55
(2) Episode 17. Mau Bermain Denganku.
56
(2) Episode 18. William Seorang Kacung
57
(2) Episode 19. Rencana Kematian Jalika
58
(2) Episode 20. Rencana Pertama Dimulai
59
(2) Episode 21. Pemakaman Jalika
60
(2) Episode 22. Jati Diri Marko
61
(2) Episode 23. Markas Luar Biasa
62
(2) Episode 24. Gang Kematian
63
(2) Episode 25. Lingkaran Gang Jonsu
64
(2) Episode 26. Perkampungan Mafia
65
(2) Episode 27. Rencana Cadanganku.
66
(2) Episode. 28. Paketku
67
(2) Episode 29. Aku Diculik
68
(2) Episode 30. Nyawa Kedua Vero
69
(2) Episode 31. Rencana Mereka
70
(2) Episode 32. Perang Itu
71
(2) Episode 33. Perang Dimulai
72
(2) Last
73
(3) Episode 1. Karena Aku Mawar
74
(3) Episode 2. Selamat Malam Sayang
75
(3) Episode 3. Polisi Tampan
76
(3) Episode 4. Aku Malas Untuk Membahasnya
77
(3) Episode 5. Bawahan Wiko
78
(3) Episode 6. Brun Kembali
79
(3) Episode 7. Sembunyikan Rahasia Kita
80
(3) Episode 8. Kau Terlalu Gegabah
81
(3) Episode 9. Aku penasaran
82
(3) Episode 10. Semua Impas
83
(3) Episode 11. Peraturan Yang Tidak Boleh Di Langgar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!