“Tok. Tok. Tok.” Tawaku terhenti ketika aku mendengar suara ketukan pintu dari arah depan.
“Kenapa dia mengetuk pintu? Apa belnya sudah rusak?” Aku berdiri dan berjalan ke depan, lalu membuka pintu.
“Kevin.” Ia tersenyum manis padaku. Kenapa dia datang kesini? Sementara dia tau jika Jimmy sudah berangkat ke Jerman. Aku mulai curiga dengan senyumannya itu.
“Hai Mawar, apa aku boleh masuk?”
“Ya, tentu, silakan. Tapi tunggu, kau ada perlu apa hingga datang kemari. Apa kau belum tau jika Jimmy sudah pergi ke Jerman?” Aku melemparnya dengan tatapan curiga.
“Aaah itulah masalahnya. Ada berkas pentingku yang tertinggal di kamar Jimmy. Aku membutuhkannya. Jimmy bilang, aku bisa mengambilnya sendiri.” Aneh Kevin berbicara sangat lembut padaku. Apa dia sedang merencanakan sesuatu?
“ Ooh seperti itu, masuklah.” Aku mempersilahkan Kevin masuk. Ketika Kevin masuk, ia sedikit menoleh kearah belakangnya, dan tampak seperti mengawasi sesuatu.
“Kau kenapa?” Sekarang aku benar-benar mencurigainya.
“Aaah, apa kau bisa mengambilkanku segelas air putih. Aku sangat haus, aku menoleh ke belakang untuk melihat apa gerobak es langgananku lewat? Biasanya pada jam ini, ia lewat di sini.”Aku menaikkan alis kananku. Tanpa memberikan respon lebih, aku berjalan lebih dulu ke dapur untuk memberikan tamu si Ratu Jimmy segelas air putih.
“Klik.” Ketika aku berada di depan pintu ruang makan, aku mendengar suara pintu yang di kunci. Aku mundur dan menoleh pada Kevin yang masih berada di depan pintu.
“Kenapa kau menguncinya?” Aku menatap heran pada Kevin.
“Aaah itu, aku takut jika ada sesesuatu yang mengganggu.” Dia kembali mengeluarkan nada suara lembut.
“Menganggu?” Aku menggerenyitkan dahiku.
“Hahahaha, kau itu polos atau bodoh sih?” Tanyanya padaku dengan nada suaranya yang nyata.
“Bodoh.” Jawabku dengan dingin.
“Cih. Mawar, apa kau tau apa maksud kedatanganku ke sini?” Kevin berjalan dengan pelan kearahku.
“Ya, aku tau, ambillah berkas pentingmu itu, lalu pergi dengan damai dari pintu itu. Dan dengar, tidak ada segelas air putih untukmu.” Aku melangkah menuju tangga.
“Mawar yang bodoh. Sebenarnya bukan itu yang aku ambil. Sejak dulu, ada sesuatu yang selalu aku incar. Tapi Jimmy, selalu menghalangiku. Jimmy selalu membicarakan hal buruk tentang dirimu. Kadang aku percaya, dan kadang aku tidak percaya. Sekarang sebelum aku pergi untuk sekolah militerku, tolong jawab pertanyaanku. Apa benar jika kau selalu menggunakan tubuhmu untuk mendapatkan sebuah keuntungan?” Ucapan Kevin membuatku
menghentikan langkahku, dan langsung berbalik.
“Apa maksudmu? Apa kau sedang bertanya apa aku ini seorang *******?” Aku menatapnya dengan penuh amarah.
“Ya, aku pernah melihatmu keluar di malam hari. Bahkan tadi pagi, aku melihatmu baru pulang entah dari mana.” Aku terdiam. Kenapa Kevin bisa mengetahui jika aku masuk ke dalam rumah ini pada pagi tadi. Apa dia sedang memata-mataiku? Rumah Kevin juga jauh dari rumahku.
“Kenapa kau terdiam? Jadi semua yang dikatakan Jimmy itu benar.” Teriak Kevin dengan penuh emosi. Dia tampak sangat kesal.
“Ada apa denganmu? Kenapa kau begitu marah?” Tanyaku heran.
“Kenapa aku marah? Apa kau benar-benar buta atau tidak peka?” Teriaknya padaku dengan berjalan kearahku.
“Kevin, apa kau punya masalah dengan Jimmy?” Kevin mendekat lebih dekat kearahku, hingga wajahnya tepat berada di depan wajahku.
“Bukan dengan Jimmy, tapi denganmu. Kau cinta pertamaku, kau adalah semangat hidupku.” Teriaknya membuatku terkejut. Bagaimana mungkin aku ini adalah cinta pertamanya. Aku mundur perlahan, dan mulai menerka-nerka apa rencana Kevin.
“ Apa kau ingat kali pertama kita bertemu? Tepatnya, 3 tahun yang lalu. Pada saat itu, aku baru pindah ke rumahku yang sekarang. Aku bertengkar hebat dengan Ayahku yang pada saat itu ingin menceraikan ibuku demi pacarnya. Kami bertengkar di dalam mobil. Karena begitu emosi, Ayah melemparku dari mobilnya, dan membuatku tersungkur ke aspal. Pada saat itu, kau berada tepat dihadapanku. Kau bertanya, apa aku baik-baik saja? dan kau membantuku untuk berdiri. Aku masih ingat tangan hangatmu ini, menggenggam tanganku, lalu meraih sebuah batu dan melempar batu tersebut kearah mobil Ayahku, hingga tepat mengenai kaca belakang mobilnya. Kau membawaku ke rumahmu, dan memperkenalkanku pada keluargamu, lalu meninggalkanku dengan Jimmy.” Kevin menunduk sedih dengan air mata yang membasahi pipinya. Ya, sekarang aku ingat dengan awal pertemuan kami. Tapi, aku tidak pernah bermaksud meninggalkannya dengan Jimmy.
“Aku tidak pernah meninggalkanmu dengan Jimmy, tapi kaulah yang memposisikan dirimu untuk selalu berada di sisinya.”
“Itu semua karena dirimu yang tidak pernah mengacuhkanku! Makanya aku, lebih dekat dengan Jimmy yang selalu
mengacuhkanku!” Teriaknya.
“Sudahlah Kevin, kau tidak usah mengungkit tentang pertemuan kita. Kau itu sudah menjadi milik Jimmy. Aku tidak ingin masalah baru muncul di dalam hidupku.” Aku kembali mundur dari hadapannya.
“Mawar, kau itu picik, egois, bahkan sangat bodoh! Aku ini adalah milik Jimmy. Tidak Mawar, hanya Jimmy yang mengakuinya, aku tidak akan pernah mengakuinya. Karena bagi hatiku, hanya ada kau, Mawar. Sampai aku mati, hanya ada seorang Mawar di hati ini.” Kevin menepuk-nepuk dadanya. Aku hanya terdiam melihat aksinya yang tampak sangat kecewa kepadaku. Apa sekarang aku benar-benar sudah membuat kesalahan?
“Mungkin kau merasa jika aku sangat membencimu. Tidak Mawar, aku tidak pernah membencimu, aku hanya kesal karena perlakuanmu pada Jimmy. Terlebih ucapan Jimmy mengenai dirimu yang sebenarnya.” Kevin tertunduk sedih.
“Apa? Jika aku *******. Kevin, dari awal dan sampai akhir. Aku tidak mempercayai ucapanmu, baik itu hanya satu katapun.” Kevin mengangkat kepalanya dan menatapku dengan sorot mata tajam sembari kembalimendekat ke arahku, dan memegang leherku.
“Apa? Apa kau tidak percaya dengan ucapanku? Kau harus tau satu hal, jika air mata seorang pria jauh lebih tulus dari pada air mata seorang wanita.” Kevin menekan leherku, lalu mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan wajahku.
“Aku tidak berbohong. Aku sudah lama jatuh cinta padamu.” Bisiknya lalu mencium bibirku, dan ********** dengan penuh nafsu, Kevin tampak memejamkan matanya, dan menikmati permainannya. Aku berusaha lepas dari cengkramannya, tapi Kevin malah menyudutkanku pada dinding ruang tamu. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada diriku, aku meraih jarum suntik yang ada di dalam saku bajuku, lalu menyuntikannya dengan cepat
kearah punggung Kevin.
“Srttb.”Kevin mulai membuka matanya, dan melepaskan bibirnya.
“Apa yang kau lakukan?” Bisiknya ketika merasakan sebuah suntikan di punggungnya.
“Bukankah aku sudah memperingatkanmu.” Bisikku balik padanya.
“Cih, Mawar, setelah apa yang aku lakukan padamu ini. Aku percaya padamu, jika kau bukan seorang *******. Aku percaya padamu Mawar. Maafkan aku, aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” Kevin tersenyum menatap wajahku. Tangannya gemetar dan perlahan ia melepaskan leherku.
“Mawar cantikku, cinta pertama dan terakhirku.” Kevin mundur satu langkah. Ia tetap tersenyum dengan kakinya yang tampak goyah, dan membuatnya jatuh ke pangkuanku. Aku menahan tubuhnya dan duduk di lantai.
“Hoeek.” Kevin memuntahkan darah segar.
“Terima kasih Mawar, aku mencintaimu.”Kevin pergi dengan tenang, lalu memejamkan matanya. Aku memeriksa detak jantungnya. Kevin telah meninggal akibat suntik racun pembunuh. Aku terdiam lama, dan menatap wajah kakunya yang ada di pangkuanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Teh lia
Mawar benar2 kejam...
2020-05-03
5
Anjelo,,JJ
nah,,bneran mati si kevin
2020-04-21
5