Aku mulai melangkah keluar dengan membawa semua peralatan yang dibutuhkan. Aku melirik garasi mobil yang terbuka. Mobil sedan berwarna hitam yang tidak pernah aku sentuh karena Jimmy. Sekarang, aku akan menyentuhnya dan menjadikannya milikku. Aku berlari masuk kedalam rumah untuk mengambil kunci mobil.
“Hyuuuuu, berangkaaat!” Teriakku seperti orang gila. Aku menggendarai mobil dengan kecepatan penuh. Dalam waktu 15 menit, aku sampai di sekolah. Aku memarkirkan mobilku tepat di gerbang sekolah. Sebelumnya
ada satu hal yang harus aku lakukan. Aku melihat CCTV yang terpaku indah di sudut gerbang. Aku berjalan santai menuju ruang security. Sesampai di sana aku mulai memeriksa para security. Sepertinya, mereka semua sedang pergi ke suatu tempat. Aku mulai menjamah dan memeriksa hasil rekaman CCTV. Aku tidak menemukan rekaman Jimmy dan si Dekan muda itu kecuali rekaman dimana dia duduk santai di ruangannya.
“Aku yakin, jika Dekan itu sudah menghapusnya.” Aku langsung mematikan semua sistem CCTV.
“Joni, aku datang.” Aku melirik sebuah pel basah yang berada di sudut ruangan security.
“Sepertinya, ini berguna.” Aku langsung meluncur menuju ruangan dekan tersebut. Aku mulai menuruni anak tangga, berbelok kearah kiri, lalu sampai. Aku masuk ke dalam ruangan si dekan muda. Tapi, nasib sial bersamaku, Si Dekan sedang ikut rapat di sekolah lain. Dan berkemungkinan akan kembali besok.
“Tidak, dia pasti akan kembali ke sekolah.” Aku melihat kunci mobilnya yang berada diatas meja. Aku mulai mengeluarkan peledak yang berada di dalam tasku. Ternyata, tombol merah di sebelah kiri bom bisa di cabut.
“Waah, ini akan mengasyikkan.”Aku memasukkan peledak tersebut ke dalam tasnya yang berada di dalam laci meja. Aku mulai menunggu si Dekan muda dengan tenang. Jam menunjukkan pukul 6 sore. Lampu lorong mulai menyala, sementara ruangan ini tetap gelap.
“Draaaak.” Pintu ruangan terbuka. Dia tampak sedikit terkejut melihatku yang duduk tenang di kursinya.
“Si-si-siapa ka-mu?” Tanyanya.
“Ini aku.” Jawabku dengan berdiri. Dia langsung menghidupkan lampu, senyum dinginku membuatnya sedikit takut.
“Ma-ma-war? Aaah, kau membuat bapak takut. Apa yang sedang kau lakukan disini?” Dia mulai bernafas lega.
“Iya, kenapa kau takut? Aaah, kau pasti merasakan dosamu padakukan.”
“Dosa apa Mawar? Apa maksudmu?”
“Jangan belagak lupa. Jimmy, bukankah kau yang memuluskan jalannya.” Aku melangkah kearahnya.
“Hahahaha, biar aku jelaskan. Sepertinya kau salah paham. Duduklah dulu, mari kita bicarakan dengan kepala dingin.”
“Mari, kepalaku juga sudah terlalu dingin untuk ini.”
“Mawar, sepertinya kau kurang sehat. Aku akan menghubungi orang tuamu. Dan kita bisa membicarakannya besok. Sekarang sudah malam.”
“Orang tuaku? Kau juga memiliki koneksi dengan mereka. Jadi, siapa yang benar? Mereka tampak tidak tau sama sekali perihal Universitas X.”
“Ahahahaha, bukan itu maksudku Mawar. Universitas X, jadi itu alasanmu datang menemuiku. Seperti ini, kau itu sangat pintar. Tanpa tespun, kau bisa mendapatkan universitas manapun di dunia ini. Universitas X, itu hanya kuku untukmu. Kemarilah, akan aku perlihatkan Universitas yang lebih bergengsi.” Dia melangkah cepat ke mejanya, dan mengambil beberapa brosur dari dalam lacinya.
“Ini, Universitas S, memiliki akreditasi A, dengan masuk ke dalam universitas ini, kau akan sangat beruntung dengan sejumlah fasilitasnya yang sangat menggiurkan. Dengan begitu, tidak hanya kau saja yang akan diuntungkan, tapi juga sekolah kita ini juga bisa naik pamor.”
“Striiingg!” Aku menancapkan pisau yang aku bawa tadi diatas brosur yang tengah ia perlihatkan. Kilauan ketajaman pisau tersebut membuatnya terkejut.
“Mawar! Apa maksudnya ini? Apa kau berusaha untuk mengancamku?” Teriaknya.
“Kau mungkin bisa mengatakan Universitas X adalah kuku bagiku. Tapi, asal kau tau, Universitas X adalah nyawa untukku. Karena kau, nyawaku sudah terbang bersama Jimmy. Karena kau, sekarang aku sudah kehilangan nyawaku. Kau pikir, kedatanganku kesini untuk mengancammu. Tidak, aku tidak berani untuk itu. Tapi aku kesini, untuk menagih nyawaku padamu!” Bisikku padanya membuatnya sangat ketakutan. Aku langsung mencabut pisau tersebut dari atas mejanya dan menusukkannya tepat kearah lambungnya. Si Dekan muda berusaha menahan pisau tersebut dengan kedua tangannya, tapi aku dengan sekuat tenaga, menekannya lebih dalam.
“Aaaaaahhhh, tolooooong!!!!” Teriakknya dengan keras. Darah segar mulai bercucuran dan membasahi kilauan pisau tersebut. Baju kemejanya yang berwarna biru terang, mulai berubah menjadi kemerahan.
“Berteriaklah, karena tak ada satu orangpun di sekolah ini, kecuali kita berdua. Hanya karena nafsu, kau mau mencurangi muridmu sendiri.” Teriakku dengan sangat keras. Si Dekan muda, mendorongku dengan keras, lalu memukul kepalaku dengan sebuah pajangan kayu yang ada diatas meja. Aku terjatuh ke lantai. Darah mulai menetes di kepalaku. Tapi ini aneh, tak ada rasa sakit yang aku rasakan. Si Dekan muda tampak ingin kabur, dengan membawa tasnya yang berada di dalam laci mejanya tadi.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!!!” Ia berteriak keras ketika mencabut pisau tersebut, dan menjatuhkannya ke lantai. Darah segarnya kembali bercucuran. Dengan tangan gemetar menahan kesakitan, si Dekan muda menahannya dengan tangan kanannya.
“Bukankah itu sangat menggelikan. Ahahahaha.” Tawaku dengan berlari kearahnya dan langsung menyuntikkan suntikan bius tadi tepat di lehernya.
“Apa lagi ini? Kau benar-benar sudah gila. Kau ingin membunuhku!” Teriakknya.
“Kau pikir, aku akan membiarkanmu mati dengan mudah.” Bisikku. Si Dekan muda, meraih pisau di lantai, dan menusukkannya ke bahu kananku.
“Oooops.” Aku tersenyum manis melihat tancapan pisau tersebut di bahuku. Darah segar, mulai mengalir dari pisau yang menancap indah di bahuku. Si Dekan muda langsung berjalan keluar ruangan dengan tertatih-tatih. Aku mencabut pisau tersebut dari bahuku.
“Ahahaha, ini sangat menggelikan.” Aku memasukkan pisau tersebut ke dalam tasku dan membersihan darah yang berceceran dengan sapu pel basah yang aku bawa. Hanya 3 menit, aku sudah membersihkan semuanya, tak ada satu nodapun yang tertinggal di ruangan ini. Aku melangkah keluar, dan menutup pintu tersebut dengan sangat pelan. Di ujung lorong, aku melihat si dekan muda sedang jalan dengan sangat pelan. Aku mengikuti seluruk
jejak darahnya dengan sapu pel yang berada di belakangku. Aku melihatnya, begitu berusaha untuk menyelamatkan diri. sementara aku, tetap berjalan santai dengan membawa sapu pel. Ia berhasil sampai di parkiran mobil. Aku tetap mengikutinya. Ia bergegas masuk ke dalam mobilnya.
“Piwwwit.” Aku bersiul dengan menunjuk tas yang ada di samping kemudinya. Ia melirik tas tersebut, lalu melirikku. Aku mengeluarkan tombol peledak dari saku bajuku. Ia sangat terkejut, dan mulai memeriksa tasnya. Ia tampak memegang peledak tersebut dengan tangan kirinya.
“Aaaaaaaaaa!” Si Dekan muda berteriak, maka inilah saatnya.
“Drruaaakkkkkkk dooorrrrbblkkkkkk!” Si Dekan muda meledak di di atas mobilnya. Api yang sangat besar, mulai berkobar dengan asap pekat hitam menggulung keatas langit.
“Waaah, ini sangat indah.”Aku tidak percaya ini, ini semua membuktikan keampuhan barang-barang yang ada di ruang bawah tanah tersebut. Aku melirik seseorang masih sempat keluar dari mobilnya. Kaki kanannya dan kedua tangannya tampak putus, sebagian tubuhnya hangus, tapi bersyukur wajahnya tidak begitu hancur, masih lengkap walau tanpa batang hidung. Aku berjalan pelan kearahnya.
“Wah-wah-wah, lihat siapa yang berhasil keluar? Lihatlah ini, kedua tanganmu dan satu kakimu tidak mau berpihak padamu. Ahahahaha, bukankah aku sudah mengatakannya padamu, jika aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah. Ternyata, bius dan peledak ini benar-benar berguna, padahal tadi aku hanya ingin bermain-main. Oh iya, kita masih punya percobaan lain.” Aku memasukkannya ke dalam karung, lalu menyeretnya ke tempat parkiran mobilku. Aku bergegas memasukkannya ke dalam mobilku, dan langsung tancap gas. Ketika aku berbelok di persimpangan sekolah, polisi dan pemadam kebakaran datang dengan kecepatan tinggi.
“Siapa yang menghubungi mereka?” Aku melirik kaca spion.
“Aku tidak peduli.” Aku membawa Si Dekan muda menuju rumahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
AdaRos
keren gila 😲😲
2020-09-03
2
belva_3106
ini derita paling beda yg pernah aku liat..
Dan ceritanya keren
lanjutkan thor
2020-08-06
2
Batara Citrayuda
ni cerita bgus' lanjut ah. gk bkin bosen kyk yg lain.' bkin lbih full horor Thor
2020-04-30
3