“Oh iya, apa kau sudah putuskan dimana kau akan berkuliah nantinya?” Tanya Mama.
“Mmmm, Universitas Deduke.” Jawabku dengan tersenyum manis. Mama tampak memperhatikan bajuku. Jangan sampai Mama memeriksa apa yang ada di balik bajuku ini.
“Kenapa disana? Papa tidak setuju.” Papa memalingkan wajahnya.
“Kan dekat dengan rumah Pa, ngak perlu kos, cuman 2 kali naik bus.” Papa duduk di meja makan, sembari berpura-pura tidak mendengarkanku.
“Hmmmm, ya sudah Mama setuju. tapi tenang, Mama akan tambah uang sakumu.” Mama mengedipkan mata kirinya, seraya mendekat kearahku. Aku tau maksud Mama, pasti Mama ingin memeriksa apa yang ada dibalik
bajuku.
“Oh iya Ma, Pa, aku ke kamar dulu.” Aku berlari secepat kilat naik dan masuk ke kamarku.
“Huuft, hampir saja.” Aku menutup pintu.
“Hampir saja apanya?” Aku berbalik dan melihat Jimmy keluar dari kamar mandiku.
“Kenapa kau keluar dari sana?” Aku melemparnya dengan tatapan kesal.
“Kenapa? Apa aku tidak boleh menggunakan kamar mandimu?” Jimmy berjalan pelan kearahku.
“Seharusnya kau sadar akan daerah privasiku.” Jawabku dengan pelan, namun bernada ancaman.
“Ahahaha, maaf, aku selalu kurang sadar.” Jimmy berbisik pelan, dengan nada dan ekspresi menjengkelkan. Aku terdiam, dan menatapnya dengan tatapan dingin. Aku sangat ingin meledakkan kepalanya dengan pistol yang ada di balik bajuku.
“Triit, triiit,triit,.” Ponselku yang berada diatas kasur berbuny. Jimmy mengangkat kedua alisnya untuk kode menyuruhku untuk menerima panggilan tersebut. Aku melangkah dan mengambil ponselko, lalu menerima panggilan tersebut.
“Ya, hallo.” Sapaku.
“Hai Mawarku.” Sapa baliknya. Suara seorang pria. Aku memeriksa nomor panggilan. Ini nomor baru, dan itu membuatku mengakhiri panggilan.
“Wow, cuek sekali.” Jimmy tersenyum manis.
“Apa yang kau inginkan?” Aku kembali meletakkan ponselku di atas kasur, dengan tangan kiri berusaha menahan pistol di balik bajuku.
“Ahahaha, kau seperti tau dengan maksudku.” Tawanya dengan gaya genit. Aku melangkah pelan kearahnya dan berdiri tepat dihadapannya.
“Apa kau ingin berakhir di sini?” Bisikku padanya. Dia menatapku dengan mengkerutkan dahinya, seperti berpikir keras. Jimmy menatap kearah tangan kiriku.
“Bukankah, tidak menyenangkan jika semua ini berakhir dengan begitu cepat.” Bisikku lagi.
“Apa maksudmu? Aku ke sini hanya untuk membuat kesepakatan dengan dirimu.” Bentaknya padaku dengan mundur 3 langkah.
“Cih,” Aku berdecih dan memalingkan wajah. Ponselku kembali berbunyi, dan dengan cepat aku menolaknya. Sebuah pesan masuk, tanpa sengaja aku membuka pesan tersebut.
“Masih ingat denganku. Aku, yang kau buru dengan 3 tembakan di area perut, lukaku sudah kering. Mau berkencan denganku.” Tulisnya membuatku terkejut. Bagaimana bisa dia menemukan nomor ponselku.
“Kau tampak sangat sibuk.” Aku menoleh pada Jimmy
“Kesepakatan apa lagi?”
“Aku dengar, Alin sudah meninggal.”Jimmy berjalan lalu duduk di kursi yang berada di depan meja belajarku.
“Lalu apa?”
“Kau pasti tau, jika sekarang, sekolah kita sedang sibuk mencari penggantinya. Aku ingin kau menggantikan posisi Alin di Universitas X.” Jimmy tersenyum dengan sangat manis. Aku menatapnya, dan menangkap maksud ucapannya.
“Kenapa? Apa kau takut dengan ancaman Papa tadi?” Aku menatapnya dengan wajah yang sedikit mencemoohnya.
“Ancaman Papa? Hahaha, aku tidak pernah takut dengan apapun ancaman Papa atau Mama. Tapi memang, jika kau menggantikan Alin, tentu akan ada keuntungannya untukku. Pasti, Mama dan Papa akan menyuruhmu
untuk membantuku. Mengerjakan tugasku, mengerjakan semua perintahku. Termaksud, mencuci pakaianku.” Dia begitu bangga dengan semua ucapannya itu. Aku berjalan ke hadapannya dan meletakkan wajahku tepat di depan wajahnya.
“Tolong letakkan semua keuntunganmu itu, di dalam mimpimu. Karena mungkin, keuntungan itu akan segera sirna dari kehidupan nyatamu. Kau pikir aku ini siapa? Mawar yang dulu sudah mati. Kau membully Mawar Scoot, Mawar Scott tetap diam. Kau membuat Mama dan Papa membenci Mawar Scott, Mawar Scott tetap diam. Dan dengan ucapanmu barusan, itu sangat-sangat. apa menurutmu, kali ini Mawar Scott akan diam. Dengar Jimmyku sayang, aku tidak tertarik dengan kesepakatanmu, pergilah sebelum hal buruk terjadi padamu.” Jimmy menatapku dengan wajah tidak percaya, lalu berdiri dan keluar dari kamarku sembari membanting pintu.
“Baaar!” Bantingan yang sangat keras.
“Keterlaluan. Aaaaaa!” Teriak kesal Jimmy dari kamarnya. Aku kembali melihat pesan di ponselku.
“Apa mungkin dia Arjun?”Aku melirik kearah jendela kamarku.
“Berkencan, berarti mati.” Aku berbaring di ranjangku dan mematikan ponselku. Aku sampai lupa, jika ada pistol dan jarum suntik di dalam bajuku. Aku meraihnya, dan melemparnya ke bawah kolong ranjang tempat tidurku.
“Kau aman di sana.” Aku mulai memejamkan mataku.
**
“Mawaaaar!! Mawaaaarr!!” Teriak Mama dari lantai bawah, membuatku duduk dan langsung turun.
“Ada apa Ma?”
“Bantu Mama beli ini ke pasar, cepat.” Mama memberikan kunci mobil, tas belanja, dan secarik kertas yang berisi daftar belanjaan.
“Kenapa harus aku?”
“Mama sedang sibuk mencuci baju, Papa sedang sibuk membersihkan kolam renang, Jimmy sudah menghilang entah kemana. Itulah kenapa harus kau yang pergi.”Mama melangkah ke ruang cuci di sudut dapur.
“Iiish, membosankan.” Aku melangkah keluar rumah, lalu menuju mobil yang terparkir di depan rumah. Aku masuk ke dalam mobil dan langsung melaju menuju pasar terdekat. Setelah selesai membeli semua yang ada di daftar belanja, aku melihat selembar kertas tertempel di dinding sebuah kafe. Aku membaca nama kafe tersebut.
“Kafe Oreano.” Aku menarik kertas tersebut, ternyata sebuah lowongan pekerjaan. Aku langsung melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku bajuku. Setelah itu, aku kembali pulang ke rumah.
Aku meletakkan tas belanja di dapur dan mengambil sebuah minuman kaleng dari dalam kulkas.
“Pesss.” Bunyi soda dari minuman kaleng ini. aku kembali mengambil kertas lowongan pekerjaan tadi.
“Ya, aku harus bisa mengisi waktuku, karena aku tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan Jimmy.” Tiba-tiba Mama muncul dan memerika tas belanja.
“Oh iya Ma, kapan Jimmy kembali ke Universitas X?”
“Sepertinya, awal bulan Juni.”Mama mengeluarkan semua belanjaanku dan menyusunnya di kulkas.
“Mama, aku mau bekerja.” Mama menoleh padaku.
“Bekerja dimana?”
“Di sini.” Aku menunjukkan kertas lowongan pekerjaan tadi. Mama mangambil dan langsung membacanya. Mama mengangguk lalu menatapku.
“Kamu yakin mau bekerja.”
“Mmmm.” Anggukku.
“Okelah, tidak masalah, pergilah lamar pekerjaan ini.” Mama mengembalikan kertas tersebut padaku. Aku tersenyum dan langsung naik ke atas kamarku untuk berganti baju. Jam menunjukkan pukul 2 siang, aku bergegas kembali ke kafe oreano. Sesampai di sana, aku langsung bertanya perihal kertas lamaran tadi pada kasir yang sedang bertugas, kasir tersebut menyuruhku untuk naik ke lantai 2. Aku langusng naik ke lantai 2, di lantai dua aku di sambut oleh seorang wanita berpakaian koki. Dia tersenyum sinis padaku, membuat langkahku terhenti.
“Kenapa kau berhenti di sana?” Sapanya dengan nada suara dingin.
“Senyumanmu itu.” Aku membalasnya dengan wajah datar.
“Itu adalah sambutan dariku, apa kau ingin melamar pekerjaan di sini? Ayo, pemilik kafe ini sudah menunggu, silakan, ikut denganku.”Aku mengikutinya naik ke lantai 3. Sesampai di lantai 3, dia menyuruhku masuk ke dalam ruangan yang ada di sudut jendela. Aku berjalan santai, dan masuk ke dalam ruangan.
“Permisi.” Aku melihat seorang pria duduk di kursi santai dengan pernak-pernik alat medis di mejanya.
“Ya, ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya dengan tersenyum manis padaku.
“Kau.” Kami berdua secara serempak dan saling menunjuk. Dia adalah dokter pencabul mayat, yang bernama Dodi septian, dia penadah organ tubuh, dan aku juga pernah menjual organ ibu tiri Kevin padanya.
“Wah, kebetulan sekali.” Senyum bahagiaku menggambang di bibirku, karena dokter ini akan memudahkanku.
“Ya, kebetulan sekali. Apa yang kau inginkan dariku?” Dokter pencabul mayat ini melirik map coklat yang ada di tanganku.
“Pekerjaan.” Aku berjalan dengan santai, lalu duduk di kursi yang ada di hadapannya.
“Kenapa? kenapa? kenapa? Kenapa kau menginginkan pekerjaan, bukankah uangmu sudah banyak.”
“Iya memang, uangku sudah banyak. Tapi, bukankah aku juga butuh pekerjaan untuk mengelabui semua orang.” Dokter pencabul mayat ini mengangguk sembari tersenyum.
“Selain kau bekerja di sini, apa keuntungan lain yang aku dapatkan selain dengan jasamu?” Si cabul ini ternyata serakah juga.
“Kau benar-benar tamak. Memangnya apa yang kau inginkan dariku?”
“Daging.” Bisiknya padaku.
“Daging?” Aku mengkerutkan dahiku.
“Iya, daging manusia. Aku tau jika kau pasti memiliki banyak di rumahmu. Daging manusia adalah menu utama di kefe ini, aku butuh banyak pemasok.”
“Iiish, lalu berapa bayaranku?” Aku menatap kesal padanya. Beraninya dia menjadikanku pemasok.
“Bayaran Daging dan jasamau tentu berbeda. Jika hanya Jasamu, aku hanya akan membayar 3 juta dalam satu bulan. Tetapi jika kau membawa daging itu, maka aku akan menambah dua nolnya lagi.” Wah, ini menguntungkanku.
“300 juta, oke, jika aku punya aku akan membawanya. Lalu, kapan aku bisa bekerja?” Aku menjadi lebih bersemangat.
“Besok, namun teknisnya akan dijelaskan oleh Pita. Pita, masuklah.” Koki sinis tadi langsung masuk dan menunduk hormat. Aku menoleh padanya, dia masih menatap tajam padaku.
“Pita, dia, eh siapa namamu?” Karena melihat wajahnya yang tamak itu, aku sampai lupa memperkenalkan diri.
“Mawar Scott.” Aku memalingkan wajahku darinya.
“Ah iya, Mawar Scott, dia Pita. Pita adalah ketua koki kita, dia juga seorang kanibal.”Koki ini menghentakkan kakinya, aku yakin jika dia menjadi terkejut ketika identitasnya disebutkan.
“Tenang saja, dia psikopat, berbaik hatilah padanya jika kau ingin mendapatkan banyak daging yang lezat.” Aku melirik kesal pada Pita, sementara dia menatapku dengan tersenyum manis.
“Penjilat.” Aku menyeringai padanya.
“Ayo Mawar, aku akan menjelaskan perihal teknis pekerjaanmu.” Koki ini berubah menjadi ramah. Aku berdiri dan keluar bersamanya. Ia membawaku keluar dari ruangan, lalu turun ke lantai 2.
“Lantai 3 adalah ruangan pribadi bos, sementara lantai 2 adalah tempat khusus tamu yang dekat dengan bos, dan juga di sudut sana ada ruanganku. Karena kita sama, jadi aku akan berbagi ruanganku denganmu.” Pita membawaku ke ruangannya. Kami masuk ke dalam ruangannya.
“Ini hanya sebuah kamar.” Aku menatap ke sekeliling ruangan.
“Iya, dan kau juga bisa menyimpan barang rahasiamu di sini. Dan dipastikan tidak akan ada yang mengetahuinya.”Pita memberikanku sebuah kunci lemari.
“Di dalamnya sudah ada seragammu, kau akan mulai bekerja besok sebagai kasir.”
“Oh iya, hanya kita berdua dan tamu tertentu yang boleh naik ke sini, selain dari itu dia akan mati, kau mengerti.” Bisik kejamnya padaku.
“Iya, iya.” Aku keluar dari ruangan Pita, lalu melangkah turun ke lantai satu kafe.
“Tunggu, tamu khusus itu seperti apa? bagaimana aku bisa mengenalinya nanti?” Aku menoleh padanya yang berjalan di belakangku.
“Tenang saja, seiring berjalannya waktu, kau akan mengenalinya.” Pita tersenyum dengan manis.
“Baiklah, kalau begitu, aku pulang dulu.”
“Jangan lupa, besok jam 8 pagi.” Pita berbelok masuk kearah dapur.
“Menarik.” Aku memperhatikan sekeliling Kafe dan pelanggan dengan antrian yang sangat panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Purnama Sari
di kasih makan daging manusia😅
2021-02-24
0