Hari ini adalah hari terakhir ujian. Aku benar-benar risih dengan perubahan iklim yang khususnya berada di rumahku. Awalnya, rumahku memiliki iklim mendung, dengan kepala yang berpetir. Sekarang, semua berubah
menjadi iklim tropis, langit biru dengan matahari cerah. Jimmy berperilaku sangat baik padaku. Mama dan Papa pun jauh lebih perhatian padaku. Apa yang sedang mereka rencanakan? Aku memiliki firasat buruk tentang hal ini. Tapi apa? Pagi ini, Papa mengantar aku dan Jimmy ke sekolah. Sesampai di sekolah, Jimmy dengan ramahnya masih merangkul tanganku.
“Jimmy hentikan! Kau membuatku semakin risih.”Aku menghempaskan rangkulannya, lalu melangkah pergi meninggalkannya. Ujian berlangsung begitu menyenangkan. Aku yakin, jika aku bisa lulus dengan murni pada jurusan bisnis, di Universitas X yang berada di Negara Jerman. Aku akan meninggalkan rumah, dan tidak akan pernah kembali. Aku akan mencari pekerjaan paruh waktu, dan mulai hidup mandiri. Lalu selepas lulus, aku akan mencari pekerjaan tetap di sana. Waaah, ini pasti sangat menyenangkan. Hidup jauh dari Jimmy, Mama, dan Papa. Ujian selesai, sebuah pengumuman mulai menggema di sekeliling sekolah.
“Pengumuman tentang kelulusan Universitas X, telah keluar dan bisa di lihat di papan pengumuman lorong B.” Aku langsung berlari kencang menuju papan pengumuman itu. Dari kejauhan, aku melihat Jimmy sibuk memeluk teman-temannya. Tampak, rasa bahagia di wajahnya. Aku mulai berjalan pelan, dan menghampirinya.
“Hai Mawar, apa kau tidak ingin mengucapkan selamat pada kakakmu ini?” Jimmy tersenyum manis, dan menaikkan satu alis kanannya, seperti memberi sebuah kode. Aku baru tau, jika dia juga mendaftar di Universitas X.
“Apa kau juga mendaftar di Universitas X?” Jimmy melangkah pelan kearahku dan mulai mendekatkan bibirnya kearah telingaku.
“Iya, Jurusan Bisnis.” Bisiknya.
“Deg, deg, deg.” Jantungku langsung berdegup dengan kencang. Aku melirik papan pengumuman, dan melangkah ke sana. Aku mulai mencari namaku. Aku tidak menemukan namaku. Ada apa ini? Apa aku tidak terdaftar? Jika
aku tidak terdaftar, lalu kenapa namaku ada pada daftar nama siswa yang mengikuti ujian masuk?
“Mawar, Bagaimana? Pasti kau lulus.” Seseorang menyentuh pundakku. Aku menoleh, Luci menatapku dengan penuh semangat. Aku hanya menatapnya.
“Mawar, ada apa?” Luci mengerti arti tatapanku. Luci berbalik ke papan pengumuman.
“Mawar, apa kau juga mendaftar di universitas X? dan jurusan Bisnis juga?” Jimmy mendekat dan berusaha mencari namaku.
“Aneh, kenapa namamu tidak ada? Bukankah siapapun yang mendaftar pasti namanya ada di sini, walau ia tidak lulus.” Luci terus mencari namaku. Aku berpikir jika ada sesuatu yang tidak beres. Aku langsung melangkah menuju kantor penanggung jawab kelulusan di universitas. Aku berdiri di depan pintu masuk. Buk Anggi langsung menyambutku dengan sangat ramah.
“Hai Mawar, ada apa? Masuklah.” Aku melangkah ke hadapannya. Ia duduk di depan sebuah meja di sudut ruangan.
“Duduklah, ada apa? Apa ada sesuatu yang bisa Ibuk bantu?” Aku duduk dan menatapnya dengan sorot mata tajam.
“Aku ingin meminta penjelasan. Kenapa namaku tidak muncul pada daftar nama kelulusan di Universitas X?”
“Heee, tentu saja namamu tidak ada di sana. Bukankah kau sendiri yang membuat permohonan untuk penggantian namamu atas nama Jimmy. Apa nama Jimmy keluar?” Buk Anggi tampak berpikir lama.
“Deg, deg, deg.” Jantungku kembali berdegup kencang. Ternyata firasatku benar, inilah yang terjadi.
“Apa maksud Ibuk?” Buk Anggi langsung memeriksa komputernya.
“Wah, mengagumkan, ternyata kau lulus. Tapi sayang, Jimmy sudah menggantikanmu. Ibu harap pengobatanmu bisa berjalan lancar ya Mawar.”Buk Anggi berubah menjadi simpati padaku.
“Apa maksud Ibuk? Jimmy, kenapa Jimmy bisa menggantikanku?” Aku berdiri seraya meminta penjelasan.
“Mawar, apa ini? bukankah kau sendiri yang membuat pernyatan untuk mundur dalam tes masuk Universitas X.” Buk Anggi menantangku balik.
“Apa? Pernyataan untuk mundur dalam tes masuk universitas X? Itu tidak mungkin Buk. Aku sangat amat sangat menginginkannya. Bagaimana mungkin aku melakukan hal sebodoh itu?” Aku menatapnya dengan wajah emosi.
“Jadi sekarang kamu menyalahkan sekolah?”Buk Anggi berdiri dan berjalan ke sebuah lemari berkas di sudut ruangan, lalu mengambil sebuah map.
“Ini, ini adalah bukti dimana kau menyatakan diri untuk mundur dalam seleksi Universitas X. Kau taukan, jika sekolah kita ini adalah Sekolah Internasional. Jika salah satu murid ingin mundur dari ujian masuk sebuah universitas ternama di dunia, apalagi itu Universitas X, itu bisa berdampak besar pada nama baik sekolah. Maka solusi yang ditawarkan adalah, mencari penggantinya. Walau kau yang mengikuti tes tapi namamu akan diganti dengan nama pengganti. Dan kau beruntung, saudarimu mau membantumu mengingat penyakitmu yang sangat parah.”Buk Anggi memperlihatkan isi berkas. Aku mulai melihat isi berkas itu, satu persatu. Surat pernyataan memiliki kelainan jantung. Surat pernyataan untuk mundur. Surat persetujuan orang tua. Dan surat pemohonan orang tua. Aku kembali ingat materai ini. Kertas ini adalah kertas yang dipegang Jimmy waktu itu.
“Lalu dengan berkas ini, namaku hilang begitu saja. Dan semua ini adalah ulah anjing itu.” Aku membalik semua kertas berupaya mencerna semua yang terjadi, sementara Buk Anggi menatapku tajam.
“Tunggu, ekspresimu yang tampak kecewa menjelaskan jika kamu tidak tau menahu tentang ini.” Aku meletakkan semua berkas tersebut dan menunduk kecewa. Semua sudah terjadi, ini sudah bersifat final. Aku tidak bisa berbuat apapun untuk Universitas X.
“Iya, aku tidak tau. Tapi tidak masalah, aku akan meyelesaikannya sendiri. Permisi Buk, aku harus pulang.” Aku berjalan pelan keluar ruangan. Jimmy, kau telah berbuat terlalu jauh. Kau memanipulasi semuanya, mempengaruhi Mama dan Papa. Kalian semua, sudah membuat kesalahan besar. Kalian semua, tidak akan lolos dengan begitu saja.
“Mawar, sepertinya kau sudah tau.”Jimmy yang tiba-tiba muncul dibelakangku. Aku tetap berjalan, semua terasa sangat hampa. Tak ada yang aku pikirkan selain emosi yang begitu menggebu-gebu, tapi aku juga tidak sanggup untuk melampiaskannya. Aku terus berjalan, dan melangkah menuju halte bus. Aku tetap terdiam, dan menatap kosong ke depan. Ya, aku akan membalas mereka semua. Membalas mereka semua dengan sangat kejam.
Sesampai di rumah, aku melihat Papa dan Mama yang sedang asyik menonton televisi.
“Mawar, kau sudah pulang nak.” Papa menyapaku dengan senyuman hangat.
“Iya Pa.” Sahutku dengan senyuman lebih manis.
“Papa, Mama, aku lulus!” Teriak Jimmy yang sampai dibelakangku. Aku menoleh padanya. Tatapan dinginku, membuatnya sedikit terkejut.
“Selamat, itu sangat mengagumkan. Kapan kau akan berangkat? Besok pagi bukan. Aku akan memberikan sesuatu padamu sebelum kau pergi.” Aku tersenyum manis padanya, dan itu membuatnya sedikit kaku.
“A a a aa,yaaa. Mawar, bukankah kau sudah tau jika aku sudah mencurangimu. Kenapa kau malah bersikap seperti ini padaku?” Jimmy berteriak lantang.
“Jimmy, apa maksud pembicaraanmu? Apa kau memalsukan tanda tangan Papa dan Mama untuk merebut kelulusan Mawar?” Papa berdiri dengan emosi, membuatku menatap Papa dan Mama.
“Jimmy, apa kau sudah gila?” Teriak Mama lebih emosi.
“Iya, habis kalian tidak mau berkerjasama denganku. Semua begitu mudah untukku.” Jimmy menjawab santai lalu tersenyum manis. Papa berjalan kearah Jimmy.
“Plak!” Papa menampar Jimmy dengan sangat keras.
“Anak kurang ajar! Mawar itu saudara kembarm. Kalian bagaikan satu jiwa! Beraninya kau bertindak sejahat itu padanya. Universitas X, adalah impian lamanya! Kau pantas di hukum!” Teriak Mama dengan menjambak rambut Jimmy dengan sangat keras.
“Aaaaaaa sakiiit! Aaaaa! Mamaaaa hentikan!” Teriak Jimmy dengan menghempaskan tangan Mama.
“Aku, aku tidak ingin tikus ini merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Jika aku bisa memohon kepada tuhan, aku tidak ingin dilahirkan kembar dengannya! Semua kebaikan jatuh padanya. Rambutnya yang hitam, kulitnya yang indah! Aku menginginkanya! Dia, memiliki otak yang pintar dan selalu kalian banggakan. Dimanapun dan kapanpun. Sementara aku, aku tidak pernah dibanggakan! Mawar, jika kau merasa aku ini saudaramu, setidaknya relakan yang satu ini saja aku mohoon.” Jimmy memohon padaku.
“Tidak, aku tidak akan membiarkannya. Aku akan mengurusnya kembali. Itu mudah, aku akan menemui seorang professor di sana. Mawar yang akan pergi ke Universitas X.” Mama melangkah ke kamarnya dan mengambil tasnya.
“Tidak Mama, aku sangat menginginkannya! Semua yang di inginkan oleh Mawar! Aku sangat menginginkannya! Oleh sebab itu, aku selalu berbuat jahat padanya. Aku, mengakui dosaku Ma. Aku mohon. Mawaaar!!!!” Teriaknya menangis histeris.
“Scott, pesan tiketnya. Kita akan pergi ke Jerman, dan mengubah nama Jimmy yang seharusnya nama Mawar.” Mama, membuatku tersentuh.
“Tidaaak Mawaaaar, hentikan Mama. Aku janji, aku akan berbuat baik padamu. Apapun yang kau inginkan akan aku penuhi. Aku mohooon, hanya kali ini.” Jimmy bersujud di kakiku. Aku tau jika ini hanya sandiwara belaka. Aku menatapnya yang bersujud di kakiku.
“Mama, Papa, biarkan Jimmy yang pergi. Aku yakin, dia jauh lebih menginginkannya. Lagian Universitas X, aku juga tidak begitu menginginkannya lagi. Pergilah Jimmy.” Mama berbalik dan menatapku. Tampak sudut matanya mengeluarkan air mata.
“Tidak Mawar, kau sangat menginginkannya. Mama akan mengurusnya nak. Ayo katakan, Mama tolong urus semuanya. Ayooo katakan naak.” Mama mulai menangis tersedu-sedu.
“Tidak Ma, aku akan kuliah di Indonesia. Aku dengar jika alumni dari sekolah Internasional memiliki kelebihan jika mau berkuliah di sini. Kita bisa mengatur jadwal kuliah sendiri, dan bahkan bebas untuk tidak masuk kuliah. Aku ingin tetap di sini, dan biarkan Jimmy yang pergi.” Aku tersenyum hangat, itu membuat air mata Mama mengalir lebih deras. Sementara Papa langsung memelukku. Hari itu, aku merasakan kasih sayang mereka untuk pertama kalinya. Ucapan Jimmy untukku, membuatku untuk mengalah. Mengalah untuk menang. Itulah tujuanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
jodohnya suga
Aku suka cara mawar
2020-09-07
2
Dindda 17
semangat menulisnya kak , jangan lupa mampir di RAINDROP PLAYS MY PIANO
2020-08-10
1