18. Sabar

Pukul 7 pagi, Arfian sudah berada di depan teras rumah Keisha. Arfian berpikir jika dia datang pagi-pagi, pasti Keisha masih ada di rumah. Arfian tidak tahu jadwal kuliah Keisha, makanya tadi dia pergi dari rumah pagi-pagi sekali berharap masih bisa bertemu Keisha sebelum pergi kuliah.

"Assalamu'alaikum, Om..." sapa Arfian sambil mencium tangan Surya.

"Eh, Fian...pagi-pagi udah bertamu nih. Bawa sarapan buat Om gak? Tanya Surya dengan canda.

"Maaf, Om. Gak sempet bikin sarapan di rumah, tadi buru-buru juga ke sini jadi gak sempet beliin sarapan buat Om. Malah Fian mau numpang sarapan di sini Om...Hehehe."

"Dasar anak kur*ng aj*r kamu\, sama orangtua pelit banget sih."

"Maaf, Om. Duitnya dipake nabung buat biaya nikah." Jawab Arfian sekenanya.

"Eh ada Fian. Mau ketemu sama Kei ya?...." Arini keluar dari dalam rumah sambil membawakan secangkir teh buat suaminya.

"Iya, Tan. Kei nya udah bangun?..."

"Kei sih udah bangun dari sebelum shubuh juga. Terus habis shubuh pamitan buat nanjak gunung" Jawab Arini.

"Kok Tante gak cerita semalem kalau Kei mau pergi nanjak gunung. Fian pikir Keisha gak akan pergi kemana-mana. Bukannya Keisha masih ada jadwal kuliah?..." tanya Arfian dengan nada sedikit kesal. Arfian curiga Tante Arini sengaja berbohong untuk membantu Keisha agar tidak bertemu dengan dirinya.

"Tau tuh anak emang jelek adatnya. Dia baru izin tadi abis shubuh kalau dia mau pergi nanjak. Semalem sebelum tidur juga Kei gak cerita kalau hari ini dia mau pergi nanjak gunung."

"Dia nanjak gunung mana, Tan?..."

"Tante kurang tau, Kei gak cerita." Jawab Arini.

Arfian mendengarkan jawaban Arini dengan hati yang kecewa.

"Memangnya kamu mau nyusul kesana?" tanya Arini.

Surya masih asyik membaca koran paginya. Dia hanya menyimak sekilas apa yang istrinya dan Arfian bicarakan.

"Kalau memang Tante kasih tau kemana Kei pergi nanjaknya, Fian bakalan nyusul ke sana." Sahut Arfian yakin.

"Tante juga kurang tau sih. Tante telepon dulu Prita deh barangkali dia tau."

"Memangnya Tante gak bisa telepon Kei?" tanya Arfian heran.

"Dia itu kalau udah pergi nanjak gak pernah mengaktifkan teleponnya. Memang suka banget bikin orangtua khawatir tuh anak. Dia pikir kita disini gak khawatir kalau dia lagi nanjak. Si Kei itu suka seenaknya memang." Lanjut Arini. "Bentar yah Tante telepon dulu Prita, katanya sih Prita gak ikut jadwal nanjak hari ini."

Arini masuk ke dalam rumah untuk mengambil telepon genggamnya lalu menelepon Prita.

"Halo Tante. Selamat pagi, Assalamu'alaikum." Terdengar suara Prita lewat sambungan telepon.

"Wa'alaikumsalam. Prita, kamu tau gak si Kei nanjak ke mana?" tanya Arini langsung.

'Tau sih Tan, kan semalem aku yang ngasih tau kalau ada jadwal nanjak hari ini. Memangnya kenapa sih Tan?. Tanya Prita penasaran mama sahabatnya ini menanyakan lokasi pendakian gunung Keisha.

"Ini...Arfian nyariin si Kei. Dari kemarin katanya pengen ketemu sama si Kei. Eh malah kabur tuh anak." Jawab Arini.

"Lah ngapain cowok itu nyari-nyari Keisha. Kemarin aja dia marah-marah gak jelas sama Keisha. Terus sekarang buat apa nyariin. Kalau dia yang nanyain, gak bakalan aku kasih tau. Biar aja dia kebingungan nyari. Makanya jangan seenaknya kalau marahin orang. Aku kesel banget Tan sama cowok itu. Sok kegantengan banget sih tuh cowok. Pokoknya aku gak bakalan ngasih tahu dimana lokasi pendakian gunungnya." Ucap Prita emosi.

"Kenapa marahnya sama Tante sih Ta, marah-marah di telepon." Protes Arini.

"Eh maafin Prita, Tan. Abisnya aku kesel banget sama tuh cowok. Berasa paling ganteng sedunia, seenaknya aja jadi cowok. Aku heran kok bisa-bisanya si Kei suka sama dia sih?" omel Prita lagi.

"Emang Fian ganteng sih Ta. Hehehe. Jadi kamu gak mau ngasih tau nih lokasi pendakian gunungnya?..." tanya Arini sekali lagi.

"Gak akan pernah. Bilangin aja ama tuh cowok, kalau Keisha mendaki gunung Jayawijaya di Papua sana." Jawab Prita asal.

Setelah mengakhiri sambungan teleponnya. Arini kembali ke teras rumah untuk memberikan kabar yang didapatnya dari Prita pada Arfian

"Maaf, Fian. Prita gak mau ngasih tau dimana lokasi pendakiannya. Mungkin Prita juga ikut-ikutan ngambek sama kamu." Jelas Arini.

"Keisha, beneran marah sama Fian yah Tan?" Arfian bertanya dengan mimik wajahnya yang benar-benar sedih.

"Sepertinya sih begitu. Biasanya jadwal dia mendaki gunung kan cuman weekends. Dia bakal nyari jadwal nanjak di hari biasa itu kalau dia lagi kesel sama sesuatu atau marah sama seseorang. Dulu aja pas ditinggal pergi abangnya ke Jepang, dia ngambek sampai gak pulang-pulang selama seminggu."

"Sebenernya Tante juga khawatir sama Kei. Sifatnya itu memang agak keras. Ikut sifat dari Papanya tuh." tunjuk Arini ke arah suaminya.

Surya melipat korannya dan menghampiri Arini dan Arfian.

"Kamu tuh harus sabar Fian buat ngadepin Kei. Kei itu manja luar biasa tapi bisa keras kepala kalau ada maunya. Memang salah kita terlalu memanjakkannya." Surya duduk di samping istrinya sambil menyeruput teh hangatnya.

"Tapi kita, orangtuanya yakin kalau Kei bisa menjaga dirinya. Sudah sering dia bertindak seperti ini dan Alhamdulillah dia bisa pulang dengan selamat. Kei itu memang butuh pelampiasan seperti naik gunung untuk meredakan amarahnya. Om sih lega anak perempuan Om melampiaskan kemarahannya pada hal positif. Malah Om bakalan khawatir kalau anak perempuan Om melampiaskan amarahnya pada hal-hal negatif seperti minum minuman keras atau pergi joged-joged gak jelas di klub malam."

"Ih Papah jangan ngomong yang aneh-aneh deh" ucap Arini sambil mencubit perut suaminya itu.

"Aneh gimana sih Mah. Kan bagus kalau Kei pergi mendaki gunung, bikin sehat juga kan." ujar Surya.

"Iya juga sih." Sahut Arini sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Arfian hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perdebatan antara Arini dan Surya.

**********

Satu minggu kemudian....

Satu minggu telah terlewati, tapi Arfian belum mendapatkan kabar tentang Keisha. Setiap hari, Arfian menjalankan aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Setiap hari, Arfian mengantar dan menjemput Early bekerja. Tapi, Arfian merasakan kehampaan dalam hatinya dan merasa tidak tenang jika belum bertemu dengan Keisha.

Lagi, Arfian merasakan kerinduan yang sangat pada Keisha. Selain rasa rindu, terselip juga rasa bersalah pada diri Arfian.

Setiap hari, Arfian mengirimkan pesan teks ataupun menelepon Arini untuk menanyakan keadaan Keisha. Tetapi jawabannya selalu sama, Keisha belum pulang.

Arfian semakin merasa khawatir dengan keadaan Keisha. Hatinya semakin resah. Arfian pun memberanikan diri untuk bertanya langsung pada sahabat-sahabat Keisha. Arfian sedikit curiga kalau Tante Arini menyembunyikan informasi tentang keberadaan Keisha.

Arfian mencoba menghubungi Lena, sahabat Keisha dan juga sepupunya itu lewat sambungan telepon.

"Halo Lena." Sapa Arfian

"Halo, Kak Fian. Ada apa Kak menelepon aku?" Lena menjawab telepon Arfian.

"Apa kamu tahu dimana Keisha sekarang?" tanya Arfian tanpa basa basi.

"Maaf Kak, aku gak tahu. Aku denger kabar Keisha sedang mendaki gunung, tapi aku gak tau tempatnya." Jawab Lena.

"Kalau Keisha menghubungi kamu, tolong tanyakan lokasi pendakiannya yah. Kakak tunggu kabar dari kamu. Terima kasih." Pinta Arfian.

"Iya Kak, nanti aku hubungi Kakak kalau aku tahu." Sahut Lena.

Arfian menelepon semua sahabat Keisha, tetapi jawabannya sama, mereka tidak tahu dimana lokasi pendakiannya.

Terakhir, Arfian menghubungi Prita. Bukannya mendapatkan informasi keberadaan Keisha. Arfian malah mendengarkan amarah Prita.

Arfian sudah pasrah. Dia akan sabar menunggu.

Sabtu pagi pukul tujuh, Arfian sudah memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah Keisha.

Arfian melihat Surya sedang berlari-lari kecil di pekarangan rumahnya.

"Assalammu'alaikum Om...lagi olahraga nih."

"Eh kamu Fian. Wa'alaikumsalam." Jawab Surya. "Kamu sudah bilang kan sama Papi kamu kalau ada agenda mancing bareng lagi nanti siang."

"Iya sudah, Om."

"Papi kamu tuh yah, sekarang sering ingkar janji. Sabtu lalu saja dia lupa datang ke villa Bogor." Omel Surya. "Kamu mau ketemu sama Keisha kan?... Tuh anaknya lagi sarapan di dapur. Tadi malam dia baru pulang dari gunung. Kayanya sih tuh anak sudah jinak. Kamu temui aja di dapur. Sekalian kamu ikut sarapan. Tante kamu bikin nasi goreng special."

"Iya makasih, Om. Fian masuk dulu yah."

Arfian bergegas memasuki rumah. Jantungnya berdetak sangat kencang. Banyak hal yang ingin dia ungkapkan pada Keisha. Sesampainya di pintu dapur, tiba-tiba Arfian menghentikan langkahnya dan tertegun. Dia melihat Keisha sedang duduk di meja makan membelakangi dirinya.

Arfian merasa sangat gugup. Dia takut kalau Keisha akan menolaknya. Arfian berjalan dengan perlahan memasuki pintu dapur.

"Assalamu'alaikum, Tante, Kei...." Arfian memberi salam.

"Wa'alaikumsalam" Arini menjawab salam Arfian

Keisha masih duduk membelakangi Arfian.

"Duduk Fian. Kamu udah sarapan belum?" tanya Arini.

"Belum Tan." Arfian duduk di sebelah Keisha.

"Kebetulan Tante bikin Nasi Goreng Spesial. Kamu mau?"

"Mau Tan."

Arini pun segera menyiapkan sepiring nasi goreng untuk Arfian.

Arfian melirik ke samping dan melihat Keisha sedang menikmati nasi gorengnya.

"Apa kabar, Kei?. Kamu baru pulang ya? Kata Tante Arin kamu mendaki gunung. Kamu mendaki gunung mana..." Arfian mencecar Keisha dengan beberapa pertanyaan langsung.

Keisha meletakkan sendoknya, kemudian minum segelas su-su. Setelah susunya habis, Keisha mengelap sisa su-su di mulutnya memakai punggung tangannya.

"Kabar aku baik-baik aja. Iya aku baru pulang tadi malam. Aku ke gunung Merbabu di Jawa Tengah." Jawab Keisha dengan nada datar. "Kamu, apa kabarnya...? Kata Mamah kamu cari aku. Mau ada perlu apa...?" tanya Keisha ketus.

"Kakak mau bicara sama kamu. Kamu udah selesai sarapannya...? Bisa kita bicara di taman belakang..." pinta Arfian

****************************

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!