2. Keisha

Tak terasa tiga bulan sudah berlalu sejak pertemuan pertama Arfian dan Early. Hati Arfian sedang sangat bahagia. Malam ini, dia berencana untuk mengajak Early makan malam. Makan malam dengan suasana yang romantis. Merayakan hari jadi mereka. Ya, tepat satu bulan setelah pertemuan pertama mereka di pesta perayaan perusahaan Revan, Arfian menyatakan rasa cintanya pada Early yang tentu saja disambut Early dengan suka cita.

Malam ini, Arfian akan melamar Early. Walaupun baru melamar secara pribadi saja, belum melibatkan orangtua. Arfian ingin menunjukkan keseriusan akan hubungan yang mereka jalani.

Arfian sudah menyiapkan makan malam romantis dan sebuah kalung berbandul berlian sebagai tanda pengikat cinta mereka. Hati Arfian sedang berbunga-bunga, tidak sabar lagi menanti malam tiba. Sekarang dia harus fokus menyelesaikan pekerjaannya. Ada satu proyek yang harus segera dia selesaikan saat ini juga kalau dia ingin makan malam romantisnya bersama Early nanti malam bisa terwujud.

Terdengar suara keras di ruangan Arfian. Pintu ruang kerjanya terbuka dengan suara berdebum.

"Kakaaaaaaaak... Here I come!" teriak seorang gadis cantik bernama Keisha Kemala Arrasyid.

Keisha Kemala Arrasyid. Seorang gadis muda berusia delapan belas tahun. Parasnya cantik dengan rambut hitam sebahu, mata yang tidak terlalu besar, berbentuk mirip kacang almond dengan iris mata berwana coklat terang. Sebenarnya kulitnya berwarna putih, hanya saja Keisha sangat senang berpetualang menjelajahi alam terbuka. Hobinya naik gunung, hampir setiap akhir pekan Keisha naik gunung bersama dengan teman-teman komunitas pecinta alamnya.

Baru kemarin Keisha pulang ke rumah dari petualangannya menanjak gunung Ceremai di daerah Majalengka, Jawa Barat setelah selama enam bulan absen tidak mendaki gunung karena fokus dengan sekolahnya menjelang kelulusan. Maka tidak heran jika kulit yang sebenarnya berwarna putih bersih itu menjadi agak kecoklatan dan kusam. Ditambah lagi Keisha bukan termasuk gadis yang menyukai berbagai macam perawatan kulit.

Terkejut mendengar keributan yang memekakkan telinga, Arfian mendongakkan kepala ke arah pintu.

"Ya ampun, Kei. Kamu tuh jadi perempuan kok bar bar sekali sih. Kamu tuh perempuan, harus bicara dengan kalem dan lemah lembut. Bukannya teriak-teriak seperti Tarzan di hutan," gerutu Arfian. "Ada apa sih teriak-teriak? Gak sopan main nyelonong masuk ke ruangan orang?"

"Kak Fian jahat banget sih sebut aku kaya Tarzan," ucap Keisha manja.

"Ada apa siang-siang gini kamu datang ke kantor kakak? Apa gak lihat kakak lagi sibuk kerja? Sana pulang! Jangan ganggu orang lagi kerja!"

"Kakak serius marah sama aku?" Air mata sudah mulai menggenang di mata Keisha. Walaupun tomboy, tapi kalau sudah berurusan dengan Arfian, Keisha akan berubah menjadi gadis yang manja dan cengeng

"Ya ampun, Kakak cuma bercanda. Kamu kok tumben sensitif sekali hari ini. Biasanya juga kalau Kakak marah kamu makin merajuk."

"Ya habisnya muka Kak Fian menakutkan, kaya monster," rajuk Keisha.

"Jadi ada angin apa ini, adik Kakak yang cantik ini datang ke kantor tanpa pengumuman dulu? Kan biasanya telepon dulu."

Hati Keisha saat ini sangat berdebar-debar. Sudah enam bulan Keisha tidak bertemu Arfian karena fokus dengan sekolahnya. Keisha ingin melanjutkan pendidikan di jurusan yang dia impikan, oleh karena itu dia mengorbankan hatinya selama enam bulan menahan rindu pada lelaki pujaannya. Pengorbanannya berbuah manis. Keisha berhasil lulus sekolah dengan nilai terbaik dan juga berhasil masuk Perguruan Tinggi dengan jurusan yang dia impikan, Desain Interior. Keisha bermimpi suatu saat nanti dia bisa bekerja di perusahaan Arfian sekaligus menjadi pasangan masa depannya.

"Hei, kamu kok melamun sih Kei? Kakak tanya kok gak dijawab."

"Eh, emang Kak Fian tanya apa sih?"

"Kakak tanya, kamu ngapain datang ke kantor Kakak?"

"Oh, cuman mau ngasih tau aja, kalau hari ini aku sudah lulus sekolah. Aku juga berhasil masuk kuliah jurusan Desain Interior. Impian aku sebentar lagi jadi kenyataan," ungkap Keisha bangga. Rasa bahagia terpancar dari wajahnya.

"Wah selamat ya, gadisnya Arfian Putra Wirahadikusuma ini memang luar biasa cerdas. Memang impian kamu itu apa sih?" tanya Arfian.

"Jadi istri Kak Fian," jawab Keisha dalam hati.

Menjadi istri dari seorang Arfian adalah impian Keisha sejak kanak-kanak. Keisha dan Arfian berteman sejak kanak-kanak. Saat Keisha berusia sepuluh tahun, tepat di hari ulang tahunnya, ia menyadari bahwa hatinya sudah tertambat pada Arfian. Arfian yang saat itu berusia tujuh belas tahun telah menjelma menjadi seorang remaja pria yang popular. Banyak teman-teman perempuan di sekolahnya yang tergila-gila pada sosok remaja Arfian.

Arfian remaja adalah sosok yang tampan dengan tinggi 175 cm, cukup tinggi untuk ukuran remaja berusia tujuh belas tahun. Dengan tinggi 185 cm di usia 26 tahun, saat ini, menambah ketegapan tubuh Arfian dewasa. Keisha, diusianya ke delapan belas sekarang ini, sudah mantap memberikan hatinya pada Arfian, sosok pujaannya sejak kanak-kanak.

"Kei, kok ngelamun lagi sih? Ditanya baik-baik malah ngelamun. Keseringan ngelamun nanti kamu kesambet nenek gombel loh," goda Arfian.

"Ihhhh, Kak Fian apa-apaan sih, malah ngomongin nenek gombel segala?"

"Ya, kamu ditanya malah ngelamun. Eh Kei, kamu udah makan siang belum?" tanya Arfian.

"Belum. Kenapa tanya-tanya? Mau ngajakin makan siang bareng ya?"

"Iya. Kamu mau kan makan siang bareng Kakak?"

"Mau banget!" teriak Keisha dalam hati.

"Mau gak? tanya Arfian lagi karena belum mendapatkan jawaban.

"Boleh deh. Mau makan dimana?" jawab Keisha santai. Ucapan yang keluar dari mulut Keisha memang terdengar tenang, tapi tidak demikian dengan keadaan jantungnya yang berdebar keras.

"Di restoran deket kantor Kakak aja yah? Mau, kan?

"Mau, mau, mau, mau," jeritan hati Keisha terus bergema. Keisha mengangguk.

"Tapi bukan restoran mewah. Gak apa apa, kan?"

"Iyalah, aku kan gak harus selalu makan di restoran mewah. Makan di warteg pun kalau masakannya enak-enak aku bakalan suka kok," jawab Keisha. Memiliki hobi berpetualang di alam bebas melatih Keisha mampu makan apapun dan dalam kondisi apapun. Keisha tidak sungkan walau makan di pinggir jalan padahal Keisha adalah anak perempuan satu-satunya dari keluarga Arrasyid yang terpandang. Orangtua, kakak laki-laki, sepupu perempuan yang lebih tua, dan juga tantenya sangat memanjakan dirinya.

"Yuk, kita berangkat sekarang!"

"Ayo!"

"Tapi kita pergi ke restorannya jalan kaki aja yah, soalnya lokasi restorannya dekat kantor banget. Jadi mending jalan kaki."

"Oke deh Kakakku yang ganteng. Jangankan jalan kaki ke restoran, naik gunung aja aku sanggup kok," cengir Keisha.

Arfian tersenyum mendengar jawaban ceriwis Keisha. Arfian juga menjadi salah satu orang yang sangat menyayangi dan memanjakan Keisha. Walaupun bukan kakak kandung, tapi Arfian sudah menganggap Keisha seperti adiknya sendiri.

Arfian dan Keisha tiba di Rumah Makan Sunda. Makanan Sunda adalah makanan favorit Arfian. Arfian suka sekali makan lalapan dan sambal. Hampir tiap makan siang, Arfian makan di Rumah Makan Sunda dekat kantornya, kalau sedang tidak makan di tempat, Arfian akan memesan supaya diantar ke kantornya.

"Kamu bisa kan makan lesehan?" tanya Arfian pada Keisha. Arfian khawatir Keisha tidak terbiasa makan di rumah makan tradisional yang tata cara makannya menggunakan tangan. Selama ini, setiap kali Arfian mengajak Keisha makan, mereka akan makan di cafe atau restoran modern.

"Ya bisalah. Makan cuma pakai alas daun aja aku udah biasa kok. Apa Kak Fian lupa kalau aku itu anak gunung yang terbiasa makan ala Tarzan? Aku sering juga kok makan di Rumah Makan Sunda barengan sama sahabat-sahabat aku. Mereka itu kan ratu setan pedas semua, yang hobinya makan sambal pedas. Nih, sambal kaya gini nih kesukaan mereka, terus mereka tularin tuh hobi makan pedasnya sama aku. Kak Fian tau gak sekarang aku suka banget makan pakai sambal? Bibik di rumah juga sering bikinin sambal pedas buat aku. Aku sukanya makan ikan goreng sama sambal kecap."

"Iya Kak Fian tahu. Tapi kan kamu sekarang lagi berperan jadi cewek cantik pakai baju bagus. Barangkali saja kamu gak mau makan ala anak pecinta alam." Arfian lega Keisha tidak pilih-pilih makanan. Arfian juga senang bisa makan siang di rumah makan tradisional kesukaannya bersama Keisha. Biasanya, saat makan bersama Early, Arfian selalu makan di restoran western atau restoran makanan Jepang. Pernah sekali Arfian mengajak Early makan di Rumah Makan Sunda, tapi Early kurang menikmati makan di rumah makan tradisional. Entahlah apa yang membuat Early merasa kurang nyaman jika makan di rumah makan tradisional. Mungkin Early kurang terbiasa makan dengan menggunakan tangan, begitu pikir Arfian saat itu. Jadi setelahnya Arfian selalu mengajak makan di restoran western atau restoran Jepang.

**************************

to be continued...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!