"Fian, mungkin kamu masih ingat janji kamu sama Keisha waktu kalian masih kanak-kanak. Dulu, kamu selalu bilang kalau kamu akan menikahi Keisha kalau sudah dewasa. Kamu sering mengatakan janji itu pada Keisha. Mungkin didalam alam bawah sadarnya, Keisha meyakini kalau kamu memang akan menikahinya."
Deg...
*****************
Arfian teringat percakapannya dengan Arini. Arfian melambungkan ingatannya ke beberapa tahun silam. Tepatnya delapan belas tahun yang lalu, ketika Tante Arini baru saja melahirkan Keisha. Kala itu, Arfian yang berusia tujuh tahun menengok Arini yang beru saja melahirkan. Arfian ikut menengok dengan kedua orangtuanya. Arfian terus memandangi Keisha yang baru lahir dalam boksnya. Arfian terpesona melihat bayi cantik yang baru dilahirkan itu. Matanya tak lepas terus memandangi bayi tersebut.
Arfian masih terus memandangi Keisha ketika Arini menggendong Keisha.
"Tante, namanya bayinya siapa?"
"Keisha."
"Namanya bagus. Bayinya juga cantik."
"Tante, boleh tidak kalau Keisha sudah besar, Fian menikah dengan Keisha?"
Dua tahun kemudian ketika Keisha merayakan ulang tahunnya yang kedua. Arfian kembali meminta izin kepada Arini untuk menikahi Keisha.
"Tante Arin, nanti kalau Keisha sudah besar, izinkan Fian untuk menikah dengan Keisha ya.."
Juga ketika Keisha berusia enam tahun. Arfian ingat pada saat itu, Arfian dan kedua orangtuanya sedang berkunjung ke rumah Keisha. Arfian saat itu berusia tiga belas tahun. Arfian sedang berjalan-jalan di taman rumah Keisha. Arfian melihat Keisha yang sedang menangis tersedu-sedu di pinggir kolam renang.
"Kamu kenapa menangis, Kei."
"Tadi di sekolah, Kei diganggu sama anak cowok. Anak cowok itu bandel banget. Dia ambil penghapus kesukaan Kei, terus pas mau pulang, dia Tarik rambut Kei sampai bandonya lepas." Keisha mengadukan temannya yang nakal pada Arfian.
"Kamu jangan nangis lagi. Nanti kalau Kei sudah besar, Kak Fian bakal nikahin Kei biar Kei gak diganggu lagi."
"Beneran, Kak?....." tanya Keisha
"Iya bener." Jawab Arfian saat itu dengan yakin.
Wajah Keisha yang penuh dengan air mata tiba-tiba berkelebat dalam pikirannya. Mengingat Keisha yang menangis sambil tersengal-sengal membuat da*a Arfian sakit. Jantungnya berdetak lebih kencang. Arfian semakin bingung. Wajah sedih Keisha semakin memenuhi pikirannya.
Arfian memukul-mukul da*a kirinya dengan keras. Tapi debaran itu semakin terasa kencang dan membuat da*a kirinya semakin sakit. Tanpa disadari air mata meluncur dari pelupuk matanya. Arfian bingung\, bagaimana bisa dia mengeluarkan air mata. Seharusnya hari ini dia berbahagia\, tapi kenapa malah air mata kesedihan yang mengucur dari matanya.
Ada yang salah, ada yang tidak beres dengan perasaannya. Ini sudah tidak benar. Arfian menggosok-gosokkan telapak tangannya dengan kasar ke atas wajahnya. Dia gosok-gosokan dengan keras berharap air matanya akan berhenti mengalir. Bukannya berhenti mengalir, air mata Arfian semakin deras keluar dari pelupuk matanya. Kembali dia mengingat kata-kata kasar yang dilontarkannya pada Keisha. Setelah mengingat kejadian itu, air mata Arfian semakin deras mengucur.
Arfian tidak tahan dengan rasa sakit di dadanya. Arfian harus menemui Keisha sekarang juga. Arfian menyesal telah memarahi Keisha. Sekarang ini, segala perbuatan Keisha terhadap Early seakan telah terlupakan. Arfian butuh melihat wajah Keisha, dia harus memastikan tidak ada lagi air mata yang mengalir dari mata Keisha.
Arfian membereskan berkas-berkas pekerjaannya. Dia tumpuk semua berkas itu di atas meja lalu memanggil Rio untuk mengambil berkas-berkas tersebut.
Arfian sudah berada di tempat parkir di dalam mobilnya bersiap untuk melajukan mobilnya menuju rumah Keisha.
**********************
Sepanjang perjalanan, wajah Keisha yang penuh dengan air mata terus berkelebat di pikiran Arfian. Arfian meminggirkan mobilnya ke sisi jalan. Dia takut terjadi kecelakaan jika dia membawa mobil dalam keadaan kacau seperti ini. Arfian mengusap wajahnya dengan kasar, diambilnya sebotol air mineral yang ada di dalam mobilnya kemudian membasuh wajahnya dengan air mineral itu.
Arfian mencoba menenangkan hatinya. Dia tarik nafasnya dalam-dalam kemudian dia keluarkan udara dalam rongga dadanya secara perlahan. Arfian melakukannya sampai beberapa kali hingga hatinya tenang. Setelah berdiam diri selama 30 menit dan dirasa hatinya sudah lebih tenang, Arfian kembali melajukan mobilnya menuju rumah Keisha.
Arfian sudah sampai di depan rumah Keisha. Dia melihat waktu di jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Arfian merasa sungkan jika harus bertamu diwaktu ini. Tapi Arfian sudah tidak peduli lagi dengan kesopanan. Dia harus bertemu dengan Keisha, dan membereskan masalah yang masih mengganjal ini.
Arfian keluar dari mobilnya dan menghampiri pos satpam yang ada di depan gerbang rumah Keisha. Satpam mempersilahkan Arfian untuk masuk. Satpam di rumah sudah mengenal siapa itu Arfian sehingga tidak sulit bagi Arfian untuk bisa masuk walaupun bukan pada jam yang normal untuk bertamu. Salah seorang satpam melaporkan ke dalam rumah jika Arfian datang berkunjung.
Arfian masuk ke dalam rumah Keisha. Tampak Arini dan Surya, Papanya Keisha sedang menonton TV di ruangan keluarga.
"Assalamu'alaikum Tante, Om...." Arfian memberikan salam pada Arini dan Surya.
"Waalaikumsalam..." Jawab Arini dan Surya
"Eh ada Fian, ada apa malam-malam kesini?... bukannya Om melarang kamu datang loh, Om hanya heran saja malam-malam begini kamu datang. Mana gak bawa oleh-oleh makanan lagi" canda Surya.
"Maaf Om... Tante...malam-malam begini Fian bertamu. Fian ingin bertemu sama Kei. Kei nya ada kan Om?"
"Pas makan malam sih ada, barusan juga masih ada sih kayanya. Tapi gak tau tuh sekarang kok dia gak nampak" jawab Surya. Surya memang orang yang humoris yang senang bercanda. Surya sudah menganggap Arfian seperti anaknya sendiri sehingga tidak ada kecanggungan sama sekali.
"Tante, boleh gak Fian bertemu dengan Kei?" Arfian yakin jika Tante Arini telah mengetahui kejadian tadi siang. Keisha sangat dekat dengan mamanya. Hampir tidak ada kejadian dalam hidup Keisha yang tidak diceritakan pada mamanya.
"Tante lihat dulu ke kemarnya, kayanya sih tadi sudah tidur. Kecapekan mungkin dari siang ada di luar rumah." Jawab Arini.
Arini berjalan menuju lantai atas ke kamar Keisha. Setelah sampai di depan kamar Keisha, Arini mengetuk pintu kamar Keisha. "Kei...Kei...kamu masih bangun?... ada Fian tuh di bawah."
Tidak ada jawaban dari dalam kamar Keisha.
Arini kembali mengetuk kamar Keisha.
Tok...tok...tok...
"Kei, ada Fian di bawah. Kamu temui dia!"
Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar.
Di dalam kamar, Keisha terbaring sambil menutupkan selimut ke seluruh badannya. Saat ini dia tidak ingin mendengar apapun yang berkaitan dengan Arfian.
Sebenarnya, tadi Keisha belum tidur. Dia sedang meratapi nasib cintanya di balkon depan kamarnya. Ketika sedang asyik melamun, Keisha mendengar sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Keisha penasaran dengan tamu yang datang malam-malam berkunjung ke rumahnya. Dia pun berjalan mendekati pagar tembok balkonnya untuk melihat siapa tamu yang datang.
Keisha terkejut melihat sosok Arfian yang masih mengenakan pakaian yang sama dengan tadi siang sedang berjalan memasuki pekarangan rumahnya. Keisha pun segera berlari memasuki kamarnya dan langsung masuk ke dalam selimut.
Keisha tidak ingin mendengar suara Arfian, Keisha juga tidak ingin melihat wajahnya. Sejak tadi sore, Keisha berusaha menghilangkan bayangan Arfian di dalam pikirannya. Keisha tidak ingin hatinya yang masih sakit, harus bertambah sakit dengan melihat wajah Arfian dan mendengar suara Arfian saat ini.
Keisha mendengar pintu kamarnya diketuk oleh mamanya dan mendengar mamanya memanggil mengabarkan bahwa ada Arfian di bawah yang ingin menemuinya.
Keisha pura-pura tidak mendengar. Sungguh saat ini, dia tidak ingin bertemu dengan Arfian.
Sekali lagi terdengar ketukan di pintu kamarnya. Kemudian Keisha mendengar pintu kamarnya dibuka. Kemudian mamanya masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sisi tempat tidurnya. Mama Keisha membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Keisha dan dielusnya kepala Keisha dengan lembut. Arini tahu Keisha belum tidur tapi dia tidak ingin memaksakan apa yang tidak ingin dilakukan Keisha saat ini.
"Kei sayang, Mamah tahu kamu belum tidur. Kamu belum mau bertemu dengan Fian, kan?... Mamah bilang kamu sudah tidur saja yah?" tanya Arini lembut.
Arini mengecup kening Keisha dan membetulkan posisi selimutnya dengan benar. "Kalau mau tidur, pakai selimutnya harus benar. Kalau begini nanti kamu kehabisan nafas." Arini meletakan selimutnya dengan posisi yang tepat.
Tiba-tiba Keisha terbangun dan memeluk mamanya. "Makasih ya Mah. Kei sayang Mamah."
Arini membalas pelukan Keisha lebih erat. "Mamah lebih sayang sama Kei. Sekarang Kei istirahat ya. Nanti Mamah bilang sama Fian kalau kamu sudah tidur."
Keisha menganggukan kepalanya.
"Selamat tidur, putri Mamah yang cantik." Arini mengecup kening Keisha.
Arini menutup kamar Keisha dan kembali ke lantai bawah untuk menemui Arfian.
"Maaf Fian, Kei nya udah tidur. Besok aja lagi yah kalau mau ketemu sama Kei."
Arfian berdiri dari duduknya dan menghampiri Arini.
"Tante, maafkan Fian. Tolong sampaikan maaf Fian buat Kei. Tolong bilang sama Kei kalau Fian sangat menyesal. Sekali lagi maafkan Fian, Tante." Ujar Arfian dengan penuh penyesalan.
"Kamu sampaikan langsung saja permintaan maaf kamu sama Kei. Dan kamu tidak perlu kok minta maaf sama Tante. Tante harap kalian bisa menyelesaikan masalah kalian secepatnya. Kei itu anak yang baik kok, dia pasti memaafkan kamu. Malah Tante yang seharusnya meminta maaf sama kamu. Gara-gara tindakan Kei yang kekanakan, kamu dan pacar kamu jadi terganggu."
"Bukan begitu..." Arfian hendak menjelaskan ceritanya sebelum Arini memotong ucapannya.
"Atas nama Keisha, Tante minta maaf sama kamu. Tante juga bakal menasehati Kei supaya mau meminta maaf sama kamu dan pacar kamu. Mudah-mudahan besok keadaannya jadi lebih baik dan masing-masing bisa berpikir dengan tenang."
"kalau begitu, Fian pamit pulang dulu Tante." Pamit Arfian
"Iya, hati-hati di jalan. Bawa mobilnya jangan kebut-kebutan." Ucap Arini lembut.
"Om, Fian pamit pulang dulu. Maaf malam-malam bertamu." Arfian pamit pada Surya.
"Ya, salam sama Papi kamu. Bilang sama dia, hari minggu Om tunggu di Villa Bogor buat mancing,"
"Baik, Om."
"Assalamu'alaikum." Arfian memberi salam sambil mencium tangan Arini dan Surya
"Waalaikumsalam." Jawab Arini dan Surya.
"Kei lagi marahan sama si Fian?" tanya Surya pada Arini.
"Biasalah urusan anak muda. Kita sih gak usah ikut campur."
"Iya sayang, Papa kan cuma nanya. Kita tidur aja yuk!" ajak surya sambil menjawil hidung Arini.
"Dasar jail." Arini tersenyum dan ikut masuk ke dalam kamar.
*******************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments