Kemarahan Rahmad

Diperjalanan pulang Aliando mendapat telepon dari papa nya Rahmad.

Aliando baru tersadar kalau tadi dia sudah melupakan meeting penting bersama papa dan rekan bisnisnya.

Diangkatnya telepon itu dengan malas.

"Ya pa, ada apa" kata Aliando malas dari balik ponselnya itu setelah sambungan telepon berbunyi.

"Kau ini apa-apaan hah.

Kemana saja kau sampai lupa kalau ada meeting dengan rekan bisnis yang sangat penting buat perusahaan kita.

Papa gak mau tahu pokoknya kamu harus berhasil menjalin kerjasama dengan PT. ELCO.

Papa tunggu seminggu dari sekarang" ucap Rahmad dengan emosi meledak-ledak dari seberang.

Rahmad benar-benar murka dengan apa yang dilakukan oleh putra nya itu.

Aliando tidak menjawab sepatah katapun kata-kata kasar dari papa nya itu.

Dia hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang papa.

"Hallo Al jawab jangan diam saja.

Kemana saja kamu seharian ini sampai-sampai kamu melupakan meeting penting kita" tanya Rahmad yang masih sedikit emosi.

"Bukan urusan papa, dan perlu papa ketahui apa yang aku kerjakan diluar tidak ada sangkut pautnya dengan papa" jawab Aliando dengan kata-kata yang tajam.

"Kau... Berani sekali sekarang terhadap papa mu hah...

Apa ini yang diajarkan mama mu kepadamu sehingga kamu mulai berani menentang papa mu" sarkas Rahmad.

Emosi Rahmad semakin memuncak dengan sikap Ali yang kian hari semakin menentangnya.

"Jangan bawa-bawa mama, karena mama tidak mengetahui apa-apa.

Dan aku bersikap seperti itu karena aku sudah muak dengan sikap dan perilaku papa" Aliando tak kalah kerasnya dan langsung memutuskan sambungan teleponnya itu.

Dilemparnya ponselnya itu ke salah satu sudut mobilnya.

Setiap berhadapan dengan papa nya seakan emosi di dirinya semakin memuncak.

Seandainya dia bukan papa nya mungkin dengan tangannya sendiri dia akan menghajar lelaki itu.

Dia merasa dijadikan alat oleh papa nya untuk mengembangkan perusahaan papa nya itu.

Karena dengan adanya dia bergabung dengan perusahaan papa nya sudah sekian banyak penghargaan yang didapatnya dan karena kelihaiannya dalam melakukan bisnis dia berhasil menjadikan perusahaan papa nya menjadi perusahaan ternama di seluruh Asia.

Aliando terus melajukan mobilnya hingga tanpa disadari dia sudah sampai dihalaman rumahnya.

Dengan langkah gontai dia masuk kedalam rumahnya dan langsung menuju ke kamarnya.

Rasa amarah yang begitu menyesakkan dadanya masih sangat terasa.

Dia membuka kamar mandi dan mulai mengguyurkan air dingin diatas kepalanya dengan masih memakai pakaian lengkap yang tadi dia kenakan.

Guyuran air dingin shower itu sedikit menetralkan amarah yang sudah sejak tadi menghimpit dadanya.

Dihalaman depan Nayla yang melihat sang putra sudah pulang langsung beranjak masuk.

Dicarinya putra satu-satunya itu disetiap sudut rumah dan akhirnya dia naik keatas menuju kekamar Aliando.

Nayla mendengar air gemericik didalam kamar mandi sehingga Nayla kembali berjalan keluar dari kamar Aliando dan menuju kamarnya sendiri.

Diletakkan tas dan beberapa berkas diatas meja dekat sofa yang ada dikamarnya.

Segera dihempaskan ya tubuhnya disofa itu.

Kepala Nayla sedikit berdenyut karena tadi Rahmad sempat meneleponnya dengan amarah yang meledak-ledak karena putra mereka.

Sebenarnya Nayla tidak tega melihat sang putra itu. Dia hanya dijadikan Pion untuk melancarkan setiap bisnis papanya itu.

Ingin sekali Nayla menolak dan melindungi sang anak tetapi dia tidak memiliki kekuatan apapun.

Lama Nayla berpikir dan akhirnya dia membuat keputusan akan selalu melindungi putranya itu.

Dia sudah tidak peduli dengan amarah Rahmad dan ancaman Rahmad.

Dia sudah cukup lelah karena selama ini selalu menuruti apa yang dikatakan Rahmad.

Dia benar-benar lelah dengan sikap arogan yang diperlihatkan oleh Rahmad.

Kehangatan yang dulu sudah tidak ada semenjak kedatangan Sinta yang sudah merusak rumah tangganya yang dulu sangat bahagia dan hangat.

Semua sirna semenjak Sinta datang dan sikap Rahmad semakin arogan dan dingin.

"Aku tidak peduli dengan ancaman kamu Rahmad, mulai detik ini akan aku lakukan apa saja demi kebahagiaan putraku.

Aku juga sudah memiliki perusahaan sendiri walaupun tidak sebesar perusahaan kamu.

Walau nantinya kamu akan menghancurkan perusahaan ku sekalipun aku sudah tidak peduli.

Bagiku kebahagiaan Ando adalah segalanya" batin Nayla.

Nayla pun beranjak dari duduknya dan menuju kamar mandi.

Dia mulai berendam dengan air hangat dan meneteskan sedikit minyak aroma terapi lavender yang sangat menenangkan.

Mulai direndamkan tubuhnya disana untuk merenggangkan ketegangan otot-otot tubuhnya dan menenangkan pikirannya.

Dikediaman Agung tampak Keisya yang sudah mandi dan harum sedang berdiri di balkon kamarnya.

Dia menatap langit-langit sore yang sebentar lagi akan berganti dengan malam.

Dia tampak sedang berpikir dengan apa yang diucapkan Ali saat di cafe.

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya.

"Apakah Ali adalah kak Ando, tetapi mana mungkin" monolog Keisya.

Keisya mulai menggabungkan setiap cerita yang di ucapkan oleh Ali.

"Dari cerita-cerita Ali sepertinya dia adalah kak Ando.

Tetapi kak Ando yang dulu tidak seperti Ali.

Ali begitu sangat tampan dan tubuhnya kelihatan sekali berbadan atletis.

Kak Ando dulu sangatlah kurus kering dan kulitnya begitu putih tidak seperti Ali yang kulitnya tampak sedikit kecoklatan.

Walau masih tampak putih juga untuk ukuran lelaki" batin Keisya.

"Ah entahlah aku begitu bingung. Tetapi saat berada disamping Ali aku merasakan kenyamanan walau terkadang dia sedikit menyebalkan sih" Keisya tersenyum sendiri mengingat pertemuannya dengan Ali selama ini.

Keisya yang masih saja termenung dan melamun di balkon kamarnya sampai-sampai tidak menyadari kedatangan mama nya.

Fiorentina yang sejak tadi mengetuk pintu kamar anaknya tidak ada jawaban jadi memutuskan untuk langsung masuk kekamar sang putri.

Dilihatnya Keisya sedang melamun di balkon kamarnya.

"Melamunin apa sih princes mama ini sampai-sampai mama panggil dari tadi tidak mendengarkannya" ucap Fiorentina saat sudah berada didekat Keisya.

Sontak Keisya langsung menolehkan wajahnya kearah suara itu.

"Ah mama, bikin kaget saja"

"Habis kamu nya sejak dari tadi dipanggil diam aja.

Mama sampai keriting nih tangan ngetik pintu dan mulut mama juga sampai kaku" kata Fiorentina sambil mengerucutkan bibirnya pura-pura merajuk.

"Ih mama, maafin Keisya ya.

Keisya beneran tidak mendengar mama tadi" bujuk Keisya manja sambil memeluk sang mama agar mama nya tidak merajuk lagi.

"Emang apa yang sedang kamu lamun kan sih nak" tanya Fiorentina yang sudah sangat kepo dengan apa yang mengganggu pikiran anaknya itu.

Fiorentina tidak ingin Keisya terlalu keras berpikir yang akan berdampak dengan penyakitnya selama ini.

"Gak ada ma" bohong Keisya.

"Mama tahu kamu pasti bohong" tidak percaya dengan ucapan Keisya.

"Beneran ma, key gak bohong" Keisya berusaha meyakinkan mama nya.

"Mama gak percaya" kata mamanya yang masih melihat anaknya sedang menyimpan sesuatu.

"Ih mama ini dibilangin gak percaya amat sama anak.

Oh ya sekarang ada apa mama ke kamar Keisya.

Tumben-tumbenan mama datang kesini pasti ada yang mau mama katakan kepada key ya" selidik Keisya.

"Ish nih anak pandai sekali mengalihkan pembicaraan" kesal Fiorentina.

"Ya sudah mama percaya" lanjut Fiorentina.

"Nah gitu dong" manja Keisya dan kembali memeluk mama nya dengan sangat sayang.

"Oh ya key, besok malam kita akan kedatangan tamu.

Jadi mama harap kamu tidak kemana-mana ya sayang" kata mama nya kepada Keisya.

"Tamu ma, tumben.

Emang nya mau ada apa sih sampai-sampai Keisya diharuskan ikut menemui tamu kita.

Apakah sangat istimewa sampai-sampai mama menyuruh Keisya untuk tetap dirumah dan menyambut tamu itu" tanya Keisya dengan banyak pertanyaan sekaligus.

"Ih kamu nih tanya itu satu-satu" kesal Fiorentina.

"Ya maaf ma, karena gak biasanya mama kayak gini"

"Kita memang akan kedatangan tamu spesial dan kamu pasti akan senang bertemu dengan dia" kata mamanya

"Tamu spesial...." tampak Keisya berpikir.

"Jangan bilang mama mau jodohin aku dengan salah satu anak teman mama ya" protes Keisya.

"Pokoknya besok kamu akan tahu sendiri deh. Ini sangat spesial sekali" kata mama nya dan langsung melenggang pergi, membuat Keisya semakin penasaran.

"Ih mama nih, belum selesai tanya dah pergi aja" gerutu Keisya.

Kini Keisya mulai masuk kedalam kamarnya karena malam sudah menampakkan hidungnya.

Keisya duduk disalah satu sofa yang ada didalam kamarnya dan dia mulai menyalakan televisi dan menonton film kesukaannya.

Terpopuler

Comments

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

lnjutttt kak... smngttt up nya

2021-09-03

0

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

wahhh jgn" tamu nya Ali/ Ando ... mau d jdohin sm mma keisya ..

2021-09-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!