Malam yang dingin disertai hujan deras mengguyur halaman rumah setelah prosesi pernikahan digelar dengan sukses. Nadia mengintip lewat jendela teras belakang rumahnya yang kini sudah kosong dan masih menyisakan bunga-bunga segar tertinggal di sana. Langit sangat gelap membuat Nadia yakin pada dirinya sendiri kalau malam ini ia akan tidur sangat lelap.
Kamar pengantin? Ya, Nadia berada di sana sekarang. Dengan pakaian tidur sangat tertutup membungkus tubuh mungilnya. Nadia duduk di kursi meja riasnya, suaminya sedang berada di dalam kamar mandi.
"Kamu punya banyak bedak, ya?" ucap Chandra saat pria itu keluar dari kamar mandi. Dengan rambut basah dan kaos hitam polos kebesaran di tubuhnya. Dengan polos, Chandra mengamati satu persatu benda yang tidak ia kenal di atas meja rias dengan kedua matanya.
"Oh ... ini bukan bedak."
"Lalu, apa?" tanya Chandra sambil mengambil salah satu wadah berbentuk lonjong.
"Itu namanya ... concealer ... ini base make up, nah ini foundation atau alas bedak ...
kalau ini maskara, bisa untuk melentikkan bulu mata," beritahu Nadia pada suaminya sambil menunjukkan satu-persatu benda asing bagi Chandra.
"Wow, banyak, ya ... saya harus tahu semua ini?" tanya Chandra setelah ber-wow ria atas penjelasan Nadia.
Nadia tertawa kecil. "Nggak perlu! Hehe ...."
Chandra manggut-manggut. "Kamu selalu pakai benda ini setiap hari?"
"Enggak lah! Saya suka natural. Kalau dibandingkan seleb lain nih, perlengkapan make up saya ini sangat minim."
"Hm, saya juga suka natural. Serba hijau!" jawab Chandra dengan bangga.
Nadia terkikik lagi, ternyata natural Chandra itu sangat berbeda dengan Nadia.
"Maksudnya natural di sini bukan reboisasi, ya." beritahu Nadia pada si polos tinggi, suaminya.
"Iya, saya tahu. Saya suka natural, saya suka kamu dengan keadaan seperti sekarang. Tidak pakai ini dan itu." tunjuk Chandra pada peralatan make up Nadia yang sebenarnya sangat amat banyak tersimpan di atas meja rias dan laci-laci lainnya.
"Eh, sudah jam 9 malam. Saya harus tidur," ujar Chandra setelah selesai mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Pria itu kemudian menaruh handuk pada hanger dan berjalan menuju tempat tidur.
Nadia melirik ke arah Chandra yang kini sudah mulai merebahkan diri di atas tempat tidur yang setiap sudutnya masih dihiasi bunga-bunga segar.
"Kamu nggak mau ngobrol dulu?" tanya Nadia kemudian, Chandra yang sudah memejamkan mata kembali membuka matanya.
"Hm, kita mengobrol pagi saja. Kalau sekarang saya yakin, kamu capek kan setelah pesta tadi?"
Iya sih, Nadia capek. Tapi bukan itu maksud Nadia ... apa mereka bisa tidur satu ranjang begitu saja?
Chandra yang pikirannya lurus tanpa tikungan pasti tidak akan mempermasalahkan pernikahan baru-baru mereka. Tapi Nadia? Gadis itu masih terasa aneh kalau harus tidur bersisian seperti ide Chandra sekarang.
Chandra tertidur dengan rapi, tubuh jangkungnya lurus dan kaki panjangnya tertutupi selimut, lengannya berada di atas perutnya dengan rapi, raut wajahnya tenang. Nadia menghela napasnya kemudian mengambil air putih dan satu butir pil tidur agar bisa beristirahat.
Selama 1 tahun ini, Nadia tidak bisa tidur tanpa obat yang diresepkan dokter padanya. Nadia tahu ini tidak baik, tapi mau bagaimana lagi ... dia tidak bisa membiarkan tubuhnya rusak karena kurang tidur.
Chandra yang mendengar Nadia yang masih berkutat dengan dirinya di atas ranjang pun bangun, dan menoleh ke arah Nadia yang tengah memainkan handphone-nya di tengah cahaya temaram.
"Nadia?"
"I-ya?" tanya Nadia gugup, ia membalikkan tubuhnya ke arah Chandra, dan Chandra menyalakan lampu ruangan sehingga kini mereka berdua dapat melihat wajah satu sama lain.
"Kenapa kamu belum tidur?"
"S-saya, memang susah tidur," jawab Nadia jujur.
"Apa karena, kamu belum terbiasa ya, dengan kehadiran saya di kamar, kamu?" ujar Chandra dengan raut wajah tak enak.
Nadia menundukkan kepalanya. Iya, begitu.
"Kamu tidak perlu bohong," ucap Chandra dengan senyum tipis. Lelaki itu memegang kedua bahu Nadia dan menekannya dengan lembut.
Nadia menatap Chandra dengan penuh rasa bersalah.
"Saya bisa tidur di bawah ... kalau kamu belum bisa untuk tidur satu ranjang dengan saya."
"Tapi ...."
"Sudahlah, tidak apa-apa. Saya tahu kaki kamu pegal karena seharian berdiri. Saya sudah terbiasa dengan hal seperti tadi siang, saya juga sudah terbiasa tidur di tempat tanpa alas sekalipun. Saya tidak mau membuat kamu terbebani karena kehadiran saya."
Nadia menunduk semakin dalam, Chandra menurunkan tangannya untuk menggenggam lembut jemari Nadia yang saling bertaut.
"Maaf," ucap Nadia pelan dan serak.
Chandra pergi begitu saja dari atas ranjang sambil membawa bantal dan gulingnya untuk tidur di atas karpet yang berada di sisi ranjang. Nadia memejamkan matanya dengan gugup, rasa bersalah pada Chandra yang sudah begitu baik muncul menguasai dirinya. Ini adalah hari pertama mereka dipasangkan sebagai suami istri yang sah, tetapi Nadia justru membuat posisi Chandra sama sekali tidak berarti.
Flashback
5 tahun lalu, Gaza.
Suara ledakan dari rudal yang ditembakkan lewat udara membuat semua orang hampir terkena oleh puing-puing bangunan yang jatuh. Suara-suara itu sudah tidak asing lagi di telinga ketika memasuki jam jaga tengah malam seperti ini.
Chandra dengan persenjataan lengkap berusaha mengevakuasi wanita dan anak-anak untuk berlindung di sebuah gedung bawah tanah yang sudah dipersiapkan untuk beristirahat. Pria itu mengawal dua puluh orang sekaligus untuk mengendap masuk lewat terowongan kecil bawah tanah, karena tubuh jangkungnya Chandra harus merunduk sampai 90 derajat untuk sampai di sana.
Seorang dokter bertubuh mungil dan berkulit putih menyambut Chandra dengan senyum haru. "Terima kasih!" ucapnya dengan kedua mata bulat yang sembab.
"Hm, tolong Dokter obati luka anak-anak terlebih dahulu. Saya akan pastikan keamanan di luar terowongan."
Dokter itu mengangguk. "Iya, hati-hati."
Chandra kemudian kembali keluar dari terowongan dan membersihkan area tersebut dari alat peledak yang mungkin dijatuhkan sembarangan oleh serangan tengah malam. Lengannya terluka karena pria itu terkena oleh bongkahan tembok yang roboh ke sisi tubuhnya.
Chandra membuka pakaiannya dan melihat lengannya yang membiru, ada penggumpalan darah lumayan parah di sana, Chandra meringis kecil, jika dibiarkan terus begini luka itu bisa saja menghambat tugasnya. Setelah memastikan bahwa keadaan di luar aman, Chandra kembali untuk masuk ke area bawah tanah untuk meminta pengobatan dari dokter.
Dokter itu adalah Nellie, dokter cantik yang berasal dari kemiliteran Republik Indonesia yang dengan sukarela mau bertugas di area peperangan sebagai tenaga medis aktif di sana. Nellie memiliki tubuh yang kecil, tingginya bahkan tidak sampai sebahu Chandra, tetapi gadis itu memiliki keberanian luar biasa sehingga siap bertugas di keadaan genting sekalipun.
Terlihat Nellie telah selesai memberikan antibiotik pada luka seorang anak. Chandra muncul dengan memegangi lengan kanannya.
"Situasi di luar sudah aman. Saya akan berjaga di sini."
Nellie tersenyum kecil. "Hm, syukurlah. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Nellie ramah.
Chandra yang sudah membuka pakaiannya kemudian menaruh senapannya ke atas meja. "Tolong obati lengan saya," pinta Chandra sambil menunjukkan luka lebam parah di lengan kanannya.
Nellie menutup mulutnya, kemudian tanpa banyak bicara gadis itu segera menyiapkan peralatan untuk menyayat luka lebam milik Chandra agar darah yang menggumpal bisa mengalir kembali dengan baik.
Waktu hampir menunjukkan jam 3 subuh, dan suara ledakan mulai mereda. Chandra sama sekali tidak bisa memejamkan matanya, beberapa kali dia terkantuk-kantuk, tetapi intuisinya tidak bisa membiarkannya untuk tidur. Nellie tertidur di dekat Chandra, meringkuk sambil menyelimuti diri dengan menggunakan jas dokternya yang tampak sedikit kotor.
Chandra tersenyum kecil, senyum pertama sejak dirinya tiba dan ditugaskan di perbatasan Gaza. Selain anak-anak yang berasal dari sana, Nellie adalah alasannya bisa tersenyum seperti ini. Hati Chandra tersentuh oleh keberanian gadis itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Sandisalbiah
begitu dalam perasan Chandra ke Nuklir dan hatinya pun masih terukir namanya, apa kabar hati Candra nanti kalau tiba2 dr. Nuklir muncul di hadapanya dan meminta utk kembali bersama..? sumpah jd pesimis sama hubungan pengantin baru ini..
2023-10-21
0
susi 2020
😍🥰🥰
2023-04-04
0
susi 2020
😍😍😘
2023-04-04
0