Dia begitu tinggi, dan tampan sekali.
Dia begitu nakal tapi nakalnya manis sekali.
Akhirnya bisa kulihat saat baru dimulai.
Satu syaratku adalah ....
Katakan kau kan mengingatku.
Berdiri kenakan gaun indah, menatap mentari tenggelam.
Bibir merah dan pipi merona.
Katakan kau 'kan bertemu denganku lagi meski hanya dalam mimpi-mimpi. terliarmu.
Mimpi-mimpi terliarmu.
(Original songs below to Taylor Swift, title : Wildest dreams. Indonesian translation).
Sepenggal lagu Nadia bagikan dilaman instagram pribadinya, hanya ada lirik dan suara petikan gitar akustik saja yang tertuang dalam postingan berdurasi 30 detik tersebut. Namun banyak sekali komentar netizen yang memenuhi postingan ini dalam waktu kurang dari satu jam.
Liza yang pada saat itu bersama Nadia langsung saja menyerbu artisnya itu dengan wajah menggoda.
"Ciee, bagiin lagu nih. Kapan mau rilis? Kok nggak bilang-bilang, malah diposting di instagram segala," ucap Liza sambil menyenggol lengan sahabatnya itu.
Nadia terkikik. "Ck, baru sedikit. Itu juga liriknya mandet banget, kalau instrumennya sih, sudah beres." Beritahu Nadia sambil mengotak-atik laptopnya.
"Eh, tapi postingan lu yang ini, banyak yang baper, Nad. Katanya itu lagu lu buat, pas lu masih pacaran sama Vidi?"
Seketika senyum Nadia pudar, dan kegiatan tangannya dalam memperhatikan laptop pun berhenti.
"Btw, suami lu gimana? Dia nggak sampe 'kan baca komenan netizen di IG lu?"
"Hm. Chandra nggak punya instagram. Dia nggak main sosmed. Di sana juga susah sinyal, hehe. Tenang saja, lagian ... siapa juga yang bikin lagu buat Vidi. Emang iya sih instrumennya gue bikin pas masih sama Vidi, tapi liriknya baru belakangan ini kok!" jelas Nadia dengan wajah tegang yang tak bisa ia sembunyikan dari Liza.
Liza manggut-manggut dengan wajah yang tampak berpikir keras. "Jadi, inspirasi lagu lu ini siapa? Vidi atau suami lu?" gertak Liza lagi.
Nadia menghela napasnya. "Lu baca kek, liriknya. Lu manajer gue, tapi malah bikin spekulasi aneh. Sebel banget." Nadia ngambek, dan Liza tertawa kecil.
"Hehe. Ya, nggak gitu Nad. Kan nanti kalau gue diwawancara sama media perihal postingan lu, senggaknya gue bisa dapat jawaban yang aslinya. Unch, baperan banget sih jadi orang."
***
Ong datang tergopoh-gopoh menuruni bukit dengan keringat deras menuruni keningnya, ia membuka baret di kepala sambil bernapas ngos-ngosan menghadap pada sang jenderal.
"Ong! Kenapa kamu lari-lari, seperti Tsubasa saja?!" tanya Chandra dengan wajah tegas dan datar, tetapi berhasil membuat anak-anaknya mengembungkan pipi menahan tawa.
Ya, Ong masih mengatur napas sambil memegangi handphone-nya dengan lemas.
Hari ini latihan di bawah bukit dan melakukan patroli di wilayah demiliterisasi atau wilayah perbatasan antar negara. Sudah hampir tiga bulan lamanya Chandra tinggal di Flores setelah cuti satu bulannya berakhir.
"Fuuuh, Ayah harus lihat!" Beritahu Ong setelah berhasil mengembalikan fungsi paruparunya seperti semula. Chandra melotot galak ketika Ong memanggilnya begitu, sementara Ong nyengir lebar-lebar. Orang-orang dengan seragam tentara itu pun mulai berkumpul.
Kebiasaan buruk Ong adalah memanggil Chandra dengan sebutan ayah. "Lihat apa?" tanya Chandra lagi, kali ini lebih tenang dan tidak panik seperti di awal tadi.
"Jadi begini, istri Komandan dua jam lalu memposting sebuah lagu di instagramnya!"
Chandra tersenyum kecil, penasaran juga sih, tetapi memang dia berniat melihat postingan itu jika ada waktu untuk ke kantor, itu pun jika ia beruntung mendapatkan sinyal. "Ekhm! Jadi, kamu lari-lari seperti tadi karena mau menyampaikan hal itu saja?"
Ong mengangguk polos.
"Ckck, seharusnya kamu bekerja dengan fokus. Sekarang 'kan tugas kamu memonitor Ing lokasi perbatasan. Lalu, siapa yang jaga? Johnny sendirian?"
Ong mengangguk lagi, kalau masalah pekerjaan Ong tidak pernah bolos, tetapi seharusnya hal seperti ini saja tidak boleh sampai meninggalkan lokasi tugas. Apalagi hanya postingan instagram Nadia.
"Tetapi, ini penting! Ini masalah kelangsungan hidup kita ke depannya!"
"Apaan sih, Kak Ong. Aneh-aneh aja!" Alif menyahut dengan santai, si bungsu itu sudah tidak kuat kepanasan dengan membawa beban tas ransel seberat 80 Kg. Begitu pun anggota yang lain.
"Iya panas nih, sono gih lu balik. Biar kita cepat beres latihannya!" ujar Dio tidak kalah dibandingkan Chandra.
Ong kemudian menyalakan handphone-nya dan membuat kecerahan handphone dalam kondisi maksimal agar bisa dilihat di tempat terang.
"Ini. Postingannya memang hanya lagu, Dan! Tapi komentarnya itu bilang istri komandan masih belum move on dari mantan pacarnya!"
Chandra langsung mengambil alih handphone milik Ong dan menatap layar itu dengan mata tajam dan pupil membesar. Satu persatu komentar ia baca dari atas sampai ke bawah.
Bukan sedikit, komentarnya sudah mencapai 2000 sejak pertama kali diposting.
'Sukses pokoknya buat kak Nadia. Lagunya enak banget padahal akustik doang.'
‘Gemes, kangen suaranya ....'
'Buat Vidi nggak sih, lagunya?’
'Ah, gue rasa ini lagu buat suaminya, dijelasin coy 'Dia begitu tinggi, dan tampan sekali'. Vidi tinggi, tapi suaminya Nadia lebih tinggi. Maaf Vid, ini kayaknya lagu buat suaminya yang tinggi banget.'
"Pada salfok sama Nadi (gabungan antara (Na)dia-Vi(di) nama kapal). Apa daya, gue lebih dukung Nadia sama suaminya!'
'Gue baper lihat foto Nadia sama suaminya di bandara, huhu.'
Di bagian komentar itu Chandra tersenyum tipis, dia merasa bangga dengan komentar itu dan merasa diakui tentunya oleh Nadia. Chandra belum dengar jelas sih, lagu dan liriknya, tetapi sewaktu telepon kemarin, Nadia memainkan instrumen sebuah lagu untuknya dan meminta pendapat Chandra.
'Nadi anti karam!'
'Lakinya pelampiasan doang, tapi sok-sok an dibikinin lagu. Wkwkwk kalau suaminya tahu itu lagu buat Vidi, ributlah dunia persilatan.'
'Jiwa Nadiku. Meraung mendengar ini!'
Klip!
Handphone Ong dimatikan oleh Chandra, wajah pria itu seketika berubah menjadi datar kembali. Membuat Ong tidak berkata apa pun saat komandannya menyerahkan lagi handphone-nya.
"Ong. Sebaiknya, kamu kembali bekerja. Kita akan selesai latihan satu jam lagi. Kamu siapkan saja keperluan makan malam." Beritahu Chandra tanpa melihat ke arah Ong, suasana di tempat panas itu pun sunyi, terlihat sekali kalau Chandra pasti menemukan sesuatu yang tidak beres dengan perasaannya.
Dan sang jenderal pun mulai baper.
***
Malam itu, Chandra membawa handphone-nya dan pergi menuju kantor untuk mendapatkan sinyal. Pria itu sepertinya sedang mendapatkan keberuntungan sebab tersedia sinyal 3G yang selama ini dianggap harta karun oleh beberapa anggota militer.
Chandra segera membuka situs internet dan membuka akun instagram Nadia via web, Chandra akan me-report akun yang berkomentar tentang Nadia-Vidi menggunakan akun instagram milik Alif.
"Aduh! Sinyalnya!" ujar Chandra tergesa ketika sinyal 3G nya menghilang, pria tinggi itu kemudian naik ke tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan sinyal.
"Nah, oke," gumamnya dengan senyum kecil di bibir saat sinyal kembali tersedia.
Chandra dengan cepat me-report satu persatu komentar dengan cermat, tangannya tidak berhenti untuk menekan tombol report sebanyak mungkin agar pekerjaannya segera selesai. "Sebenarnya, lagu ini untuk siapa?" tanya Chandra saat mendengarkan lagu milik Nadia, dengan perasaan sangat penasaran tentunya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Sandisalbiah
mulut netizen ini memang lebih berbahaya dr racun ular berbisa alias mematikan..
2023-10-21
0
Braiyen Siburian
terlalu
2022-04-11
1
emak @l ahsan
pa jendral naik ke pohon apa ke batu gde itu...nyari sinyal nya.....klo Ong ngelihat pasti heboh tuu...se-Flores ....😅😅😅
2022-04-06
8