Selain berada di usia yang sama, Joy dan Nadia pun memiliki hobi yang sama. Ya, hobi mereka adalah jalan-jalan mengitari mal dan shopping. Terlihat dua gadis itu sudah begitu akrab karena kesamaan mereka yang cukup banyak. Kaki mereka juga sinkron saat melangkah ke toko yang menjual beragam aksesoris perempuan. Ke toko sepatu pun langkah mereka tidak ragu, bahkan ke tempat makan pun hampir selalu beriringan.
Joy adalah gadis periang seperti namanya. Nadia bahkan heran, mengapa dari satu orang tua yang sama justru menghasilkan 2 anak yang amat bertolak belakang.
"Nih ya, Kak. Pokoknya kak Chandra itu jauh beda sama tampangnya. Dia ganteng sih, mukanya juga tipikal bad boy masa kini. Tapi dia itu ketinggalan jaman dan kaku." Nadia terkikik. "Iya, sih."
"Jangan ngebatin ya sama dia." Beritahu Joy dengan tampang memelas.
"Kamu, nggak usah panggil aku kakak deh, Joy. Kita kan seumuran."
Joy memutar bola matanya malas. "Ck, nggak boleh lah. Ini tanda hormat aku sama Kakak dan keluarga. Juga ... sebagai fans beratnya Kakak. Aku akan kasih semua informasi tentang suami Kakak."
Nadia jadi terharu mendengar semua kalimat Joy padanya, sampai ....
"Dia pernah pacaran nggak, sih?" tanya Nadia tiba-tiba. Joy yang sedang menikmati milkshake pun nyaris tersedak mendengar pertanyaan Nadia.
Nadia menghela napasnya. "Jujur, aku nggak enak sama Chandra. Tadi pagi dia kelihatan murung dan dingin. Emang biasanya begitu sih, tapi hari ini rasanya parah banget. Apa aku buat salah, ya?"
Joy tersenyum dipaksakan, Joy sendiri pun bingung dengan sikap kakaknya. Chandra sangat tertutup, sehingga tidak akan ada yang tahu bagaimana isi hati pria itu selain dirinya sendiri. Joy tahu sedikit tentang Chandra, tapi itu hanya sedikit sekali.
"Ehmm, setahu aku sih, kakak nggak pernah pacaran. Hehe."
Nadia membulatkan kedua matanya. "Seriusan?!"
"Iya. Gimana mau pacaran, pas keluar SMA kakak langsung masuk AKMIL 4 tahun pendidikan, terus dia lanjut lagi sekolah, nggak tahu deh, aku nggak ngerti sekolah apaan. Juga, nggak pernah pulang ke rumah. Ada di rumah paling libur lebaran doang. Habis selesai pendidikan, kakak juga pilih dinas buat jadi tentara bantuan ke wilayah darurat perang. Terus baru deh 1 tahun ini dia pulang ke Indonesia, itu pun tugasnya di Flores," jelas Joy dengan wajah kurang tertarik kalau menceritakan jenjang karier kakak satu-satunya itu.
Nadia tersenyum kecil. "Mungkin nggak sih, waktu tugas dia ketemu cewek terus jatuh cinta gitu?"
Joy terdiam, dia buru-buru tertawa untuk menyembunyikan kebingungannya. "Hehe, nggak tahu juga tuh. Tapi kayaknya nggak sampai begitu deh. Mana mau sih, kakak keganggu fokusnya karena masalah cinta-cintaan."
Nadia manggut-manggut, dia cukup lega setelah menghabiskan waktunya bersama Joy di mal, sambil ngobrol dan mencuci mata dengan barang-barang bagus. Menghabiskan uang adalah hal paling indah dan menyenangkan.
***
Chandra baru selesai mengajak nenek untuk jalan-jalan di wilayah taman komplek yang sekarang sudah jauh lebih cantik dibandingkan sebelum melakukan pembaharuan. Air mancur dan kolam ikan kembali beroperasi dan area permainan anak-anak pun sudah aktif kembali. Chandra tersenyum bangga ketika banyak warga komplek kembali memenuhi taman ini, mengingatkannya ketika waktu kecil dulu.
"Serius, Nak. Kamu mau balik lagi ke Flores? Sekarang kan sudah menikah, kamu juga pangkatnya udah bukan main-main, jenderal ... pasukan khusus lagi. Kamu bisa pindah tugas ke mana aja, kapan pun. Ambil saja tugas di kantor, jangan tugas dinas luar daerah, apalagi perbatasan yang serba minim."
Nenek menatap cucu laki-lakinya itu dengan haru, mereka sering berpisah dan jarang sekali bertemu seperti ini.
"Iya, Nek. Rencananya saya mau mengembangkan sekolah-sekolah yang ada di sana. Saya mau mengembangkan pendidikan yang masih minim di wilayah perbatasan."
"Ck, nenek senang sih dengar cita-cita muliamu. Tapi bisa nggak kamu memikirkan kondisi masa depanmu. Umur kamu juga sudah cukup untuk punya anak-anak seumuran mereka itu." Nenek menunjuk anak-anak balita yang bermain di ayunan bersama ibu-ibu mereka. Chandra tersenyum, dia juga ingin memiliki anak, tetapi keinginannya itu tidak begitu besar seperti pengabdiannya pada tugas seorang perwira.
"Istrimu pun cantik, Nak." Beritahu nenek lagi. "Masa kamu nggak suka. Kamu juga mau ajak dia ke Flores, juga?" tambah nenek dengan senyum tipis.
"Nek, saya akan berusaha. Saya akan melaksanakan sebaik-baiknya keinginan nenek dan ayah ibu."
***
Berbeda pada pasangan pengantin baru pada umumnya. Hubungan antara Nadia dan Chandra terasa benar-benar datar, apalagi hari ini Nadia hanya menghabiskan waktu bersama Joy di mal. Sementara dengan Chandra, gadis itu hanya menyiapkan makan malam dan pergi ke kamar tidur bersama-sama, tidak ada yang istimewa.
Kecanggungan yang semula sudah hilang, kini muncul kembali karena sikap Chandra yang tidak bisa ditebak pagi tadi. Namun, Nadia sedang berusaha untuk membuat suaminya itu mau membuka diri padanya.
Nadia sengaja mandi di kamar mandi milik Joy, dan muncul ke kamar setelah mengenakan pakaian tidurnya, sementara Chandra baru saja kembali ke kamar setelah melakukan telepon dengan anak-anak buahnya di teras.
Pandangan Nadia dan Chandra bertemu saat Chandra membuka pintu kamar dan Nadia berada di atas tempat tidur bersama benda yang ada ditangannya. Nadia tersenyum menyapa suaminya itu, membuat Chandra membalasnya dengan anggukan semi formal, hormat dan segan. Seolah Nadia adalah komandan yang akan memberinya perintah.
"Aku punya hadiah," ucap Nadia saat Chandra menaruh HP dan buku di tangannya ke dalam laci meja.
Chandra mengerutkan dahinya. "Dari siapa?"
"Ck, ini hadiah untuk kamu. Pakai, ya," ucap Nadia dengan ceria.
"Tapi ... saya tidak ulang tahun."
"Haha, emang kalau dapat hadiah harus ulang tahun, ya? Hm, anggap aja ini hari istimewa untuk kamu. Sewajarnya kan, istri kasih hadiah ke suaminya."
Chandra menerima hadiah yang berbentuk kotak dengan bungkus kado berwarna merah muda itu dengan senyum kecil, memang mendapatkan hadiah itu bisa mengubah mood seseorang.
Chandra membuka kado tersebut dengan cepat dan rapi, tidak membuat kertas kado robek dan satu persatu perekat ia lepaskan dengan baik.
Dan ... isinya membuat Chandra mendongak untuk melihat ke arah Nadia.
Nadia menunjukkan handphone miliknya yang terlihat baru, handphone milik Nadia berwarna hitam mengkilap.
"Handphone couple, kamu harus pakai handphonenya. Saya beli dengan warna dan tipe yang sama banget. Kamu tinggal pasang simcard kamu ke handphone itu," ujar Nadia ceria.
Chandra tersenyum. "Padahal, saya masih punya handphone."
Nadia ikut tersenyum. "Nggak, kamu jangan pakai handphone itu lagi. Yang ini lebih canggih, kamu juga bisa video call. Jadi, kalau kamu kangen kamu bisa pakai fitur itu. Juga yang paling penting! Kamu bisa pakai WhatsApp biar kerjaan kamu makin gampang," jelas Nadia dengan rinci.
"Hm, saya akan pakai handphonenya. Juga, terima kasih, ya?"
Setelah mendapatkan handphone baru, Chandra pun memasukkan simcardnya ke dalam handphone baru itu, dan Nadia ada di sampingnya memperhatikan.
"Yeay, samaan deh," ujar Nadia saat Chandra mengaktifkan handphonenya.
"Eh, coba kamu dial nomor saya," pinta Nadia pada Chandra.
Chandra kemudian memilih menu kontak dan mendial nomor Nadia, handphone Nadia berdering dengan ringtone lagunya sendiri.
Suamiku calling ....
Nadia terkekeh pelan sambil menunjukkan layar handphonenya pada Chandra. Tertulis 'suamiku' pada nomor handphone Chandra yang disimpan dikontak Nadia.
"Hm. Terima kasih, hadiahnya. Saya senang," ujar Chandra yang disambut anggukan mantap oleh Nadia.
"Chandra. Kamu, biasanya bangun tidur jam berapa?"
"Eh?" ujar Chandra heran.
Nadia tersenyum canggung. "Ya, saya mau tahu tentang kamu. Jam berapa kamu bangun, kegiatan apa yang kamu lakuin di hari libur, terus ... apa kesukaan kamu, apa yang kamu nggak suka, saya mau tahu semua itu. Kata kamu, kita semua sedang berproses, saya mau melakukan proses itu."
Tangan kanan Chandra menyentuh lembut bahu Nadia, Nadia masih menatap ke arah suaminya dengan ragu-ragu dan kaku.
"Saya bangun jam tiga pagi. Lalu, saya membaca buku selama satu jam. Saya melakukan olahraga dan aktivitas rutin lainnya yang sama setiap hari. Sekarang, yang saya sukai ...
melihat kamu berada di sisi saya."
Chandra tersenyum, ada kekehan yang manis terdengar keluar dari mulutnya. Pria itu juga mengusap pipi Nadia dengan ibu jarinya. Nadia bengong, tidak dapat menanggapi jawaban Chandra yang sama sekali tidak ia prediksi akan seperti itu.
"Ayo tidur," ujar Chandra sambil berbenah.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Sandisalbiah
gak nyangka si suami kaku pandai ngegombal juga... 😅😅
2023-10-21
0
Diana Budhiarti
hihi mereka yg pendekatan ak yg baoer
2022-10-24
0
Ersa
tolooonng hatikuuuhh gak kuat😖
2022-10-14
2