Pagi-pagi sekali, pukul 6 waktu setempat Nadia sudah dibangunkan dan diminta bersiap oleh Chandra yang sudah berjanji akan menjemputnya.
Nadia mengucek kedua matanya dengan wajah bantal karena semalaman ia belajar soalsoal tentang NKRI dan kewarganegaraan, Nadia itu adalah gadis ambisius dan kompeten, ia suka tantangan dan selalu ingin berada dipuncak, alias selalu ingin menjadi nomor 1. Rencananya Nadia akan menghabisi semua pertanyaan-pertanyaan tes yang diajukan padanya dengan jawaban sempurna tanpa salah sedikit pun.
Chandra sudah begitu rapi dengan pakaian dinasnya, berbeda dari kemarin malam lelaki itu kini tampak rapi dan membuat Nadia pangling.
"Padahal saya telat 30 menit. Kamu belum siap sama sekali," komentar Chandra pada Nadia yang justru masih mengenakan pakaian tidurnya.
Nadia menguap. "Semalam saya belajar. Serius, kamu mau datang ke sini jam setengah 6? Ini juga masih pagi banget."
Chandra mengangguk polos. "Ya, karena tes dan penyerahan berkas itu membutuhkan waktu yang lama. Berkas yang sudah kamu tanda tangani semalam saja masih harus diverifikasi oleh pihak yang bertugas."
Lagi-lagi Nadia menguap. "Ya udah, tunggu bentar. Saya siap-siap dulu, nggak akan lama."
Sembari menunggu Nadia bersiap, Chandra memutuskan untuk duduk di sofa ruang tengah, lelaki itu juga ditemani oleh papa dan nenek untuk mengobrolkan pernikahan antara Nadia dan Chandra. Memang baru kemarin mereka semua bertemu dengan memutuskan untuk menikah, tetapi keluarga Nadia sudah begitu menerima Chandra dengan tangan terbuka, hanya Chandra saja yang masih sedikit kaku.
Pembohong, belum apa-apa rasanya Chandra sudah pantas untuk menyematkan gelar itu pada Nadia. Sudah lewat satu jam tapi Nadia belum selesai mandi, menurut ART yang Chandra tanya soal Nadia, ternyata gadis itu masih berada di dalam kamar mandi sejak 1 jam yang lalu. Wajah Chandra sudah benar-benar suntuk karena selama satu jam menunggu Nadia sambil duduk di sofa.
"Hmmm ...." Chandra menghela napasnya, waktu menunjukkan pukul 7 tepat, seharusnya mereka sudah berada di kantor dan menyerahkan berkas tapi nyatanya Chandra justru masih menunggu Nadia mandi.
"Nadia mandinya sebentar kok, yang lama itu nyanyinya," beritahu nenek pada Chandra.
Lelaki itu tersenyum tipis. "Oh, begitu ya, Nek?" ucap Chandra kaku.
"Iya ... dia kan penyanyi, bisa-bisa satu album nyanyi di dalam sana. Hihi. Eh, nanti kamu kalau susah tidur bisa dinyanyiin Nadia."
Blush ... pipi Chandra sedikit memerah, memang sih, suara Nadia merdu sekali.
Biasanya Chandra juga mendengarkan lagu-lagu Nadia ketika dia berada dalam tugas malam.
"Cucunya nenek cantik, 'kan?" tanya nenek kemudian.
Chandra mengangguk. Membuat si nenek semakin melebarkan senyumnya.
Awalnya duduk Chandra di sofa tegak, lama-kelamaan lelaki itu bersandar dengan tangan terlipat di depan dada, kemudian kedua mata bulatnya kini terpejam nyaman sambil wajahnya tertunduk. Chandra tertidur karena menunggu Nadia siap-siap itu ternyata jauh lebih lama ketimbang nunggu aba-aba komandan untuk mengeluarkan perintah.
Akhirnya, setelah beberapa jam yang Nadia sendiri tidak hitung gadis itu keluar dari kamar menuju ruang tamu untuk menemui Calon suaminya, Nadia dengan wajah tanpa dosa melenggang begitu saja. "Ayo, katanya sudah telat ...," sapa Nadia santai.
Akan tetapi tidak ada jawaban, calon suaminya tertidur membuat Nadia bengong.
"Hei, Mister Jendral?!" Nadia menepuk lengan Chandra yang terbalut pakaian dinas dengan tepukan pelan, Chandra langsung membuka matanya dan menegakkan duduknya dengan kalem.
"Ckck ... Kamu pasti bangun ke pagian, jadinya masih ngantuk, 'kan?" tuduh Nadia dengan enteng, padahal sudah jelas-jelas ialah yang membuat Chandra mengantuk karena kelamaan menunggu.
Chandra mendesah pelan, tetapi tidak ingin menunjukkan terlalu banyak rasa kesalnya terhadap Nadia. "Hm maaf, saya tidak pernah menunggu seseorang mandi begitu lama."
"Ini pertama kalinya saya menunggu paling lama, seumur hidup saya," tambah Chandra dengan galak.
Nadia tersenyum kecil. "Bagus dong, kamu harus latihan. Karena setelah kita menikah, kamu akan terus nungguin saya mandi."
Chandra tidak menjawab ucapan Nadia, sebab laki-laki itu langsung keluar menuju mobilnya dengan tampang kusut.
"Nanti jangan kaget ya, kalau banyak wartawan atau reporter yang ambil foto atau wawancara kamu macam-macam," beritahu Nadia dengan semangat, terlihat kan siapa yang ngebet ingin nikah?
Chandra mengangguk. "Iya, saya harap kamu juga tidak kaget kalau nanti kamu melihat banyak orang dengan persenjataan lengkap, tubuh mereka tinggi besar semua."
"Sepulang dari penyerahan dokumen pernikahan. Kamu diminta datang ke rumah saya. Ibu dan ayah saya mau bertemu dengan kamu," tambah Chandra, tatapannya sibuk ke arah jalanan sementara tangannya dengan ahli mengendalikan setir. Nadia termenung, rasanya baru kemarin dirinya mengurusi semua persiapan untuk pernikahan bersama Vidi, tetapi kini dia justru akan menikah dengan lelaki lain yang justru baru ditemuinya kemarin.
"Tenang Nadia, kalau move on nggak usah setengah-setengah!" ucap Nadia pada dirinya sendiri membuat Chandra menoleh terkejut kepadanya.
"Kamu ... bicara dengan siapa?" tanya Chandra dengan mata membulat terkejut.
Nadia menggeleng wajahnya datar. "Udah fokus saja nyetir, nggak usah kepo!" "Kepo?"
Ulang Chandra tak paham.
Nadia menghela napasnya sambil menepuk kening. "Kepo- kelakuan polisi."
"Tapi ... saya tentara," bantah Chandra dengan tampang tak terima.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Sandisalbiah
tentara terdidik buat selalu sigap dan gerak cepat... ketemu artis yg semua harus sempurna dan seditel mungkin... termasuk penampilan, hahh.. agak gak nyambung bila di Satuin tp seru menguji kesabaran...
2023-10-21
0
susi 2020
🤣🤣🤣😂
2023-04-03
0
susi 2020
🤣😂😂
2023-04-03
0