Saat mobil Chandra melewati gerbang kantor pusat setempat untuk mengurus dokumen dan pendaftaran pernikahan, setiap orang yang mengenakan seragam tentara tampak memberikan hormat ke arah mobil yang dikemudian oleh Chandra. Chandra tersenyum menyapa orang-orang yang ada di sana, lelaki itu juga menurunkan kaca jendela mobilnya. Nadia yang ada di sampingnya cukup terpukau dengan pengaruh suaminya yang merupakan Jenderal bintang tiga. Sama sekali tidak ada wartawan atau reporter seperti yang sudah Nadia prediksikan tadi di jalan, yang ada hanyalah ucapan Chandra yang jadi kenyataan di sini.
Hampir semua orang yang Nadia lihat di luar itu bertubuh tinggi dan besar, mereka juga memasang persenjataan lengkap di seragamnya yang tampak begitu gagah. Sama seperti lelaki yang kini berada di sisi Nadia, yang beda hanyalah fakta bahwa calon suaminya ini memiliki paras lembut dan terlihat tampan.
"Sudah siap?" tanya Chandra setelah mematikan mesin mobil.
Nadia menarik napas dalam-dalam, entah kenapa niat untuk menikah kini berkurang sepuluh persen.
"Sepulang dari sini ... kita langsung sah jadi pasangan suami dan istri?" tanya Nadia polos.
Chandra mengangguk. "Kamu resmi menjadi istri saya itu pun kalau tidak ada hambatan, biasanya proses kepengurusan berkas membutuhkan waktu 3 hari sampai satu minggu, tapi berdasarkan catatan KUA dan sipil kamu belum menjadi istri saya."
Nadia masih bingung, tetapi neneknya menceritakan kalau menikah dengan seorang perwira itu sedikit ribet kalau dulu, kalau sekarang sih, mungkin beda.
"Kamu mau mengubah pikiran kamu?" tanya Chandra, karena Nadia sepertinya berpikir keras menggunakan kegalauannya sekarang.
"Mengubah pikiran gimana maksudnya?" ucap Nadia ketus.
"Ya, mungkin kamu mau membatalkan niat kamu menikah dengan saya."
"Enggak ... saya sudah pernah gagal menikah, kali ini saya nggak mau gagal nikah lagi!"
Chandra tersenyum sangat tipis, sehingga Nadia tidak menangkap perubahan raut wajah calon suaminya yang selalu saja seperti robot.
"Baik kalau begitu, ini sudah pukul 10 pagi. Kita masuk ke dalam."
Dengan sopan Chandra menuntun Nadia untuk masuk ke dalam ruang administrasi pernikahan yang ada di kantor pusat. Kebanyakan petugas yang ada di sana adalah wanita yang usianya berada pada rentang 25-40 tahun, mereka terkesiap saat melihat Nadia yang merupakan seorang aktris serta penyanyi papan atas berada di sana dengan seorang pria perwira yang kini tengah menggandeng tangan kanannya.
Mereka mulanya saling berbisik kemudian menyalakan kamera ponsel masing-masing untuk mengabadikan gambar Nadia yang tengah bersama Chandra.
Nadia merasa berdebar sekaligus malu, ia tidak menyangka kalau dirinya juga terkenal di kalangan wanita-wanita hebat seperti perwira yang ada di sini.
"Eh, itu Nadia ya ...."
"Benar, Nadia yang main film sama Hito ...."
"Betul, yang lagunya mantan terindah itu," ucap salah satu di antaranya.
Nadia mendengar bisikan-bisikan itu, sementara Chandra memperhatikan keadaan sekitar dengan dahi berkerut.
"Saya tidak menyangka kamu terkenal di kantor pusat," bisik Chandra tepat di telinga Nadia.
Nadia terkikik. "Kamu harus bilang makasih sama saya. Karena nanti saya jadi istri kamu, kamu juga bakalan ikut terkenal," ucap Nadia percaya diri.
"Saya tidak mau terkenal," tolak Chandra dengan polos dan kaku.
"Ah. Kalau saya jadi istri kamu, nanti saya akan masuk organisasi perwira. Kamu pasti bangga, karena istri kamu adalah artis.
Mungkin satu atau dua tahun, kamu bisa naik pangkat berkat eksistensi saya," ungkap Nadia dengan bangga, gadis itu bahkan tidak ragu untuk melambaikan tangan kepada siapa saja yang ada di sana, Nadia juga menebar senyum terbaiknya seolah gadis itu tidak pernah mengalami kesedihan sebulan yang lalu.
"Sebenarnya, kamu sudah mengenal saya atau belum?"
Nadia menghentikan langkahnya, ia kemudian menoleh ke arah Chandra yang tampaknya sedikit menekan Nadia saat ini.
"Jujur, sebelumnya sebelum rencana pernikahan itu muncul dari mulut nenek. Saya sudah diminta oleh adik saya Joy dan nenek saya untuk mencari semua informasi tentang kamu. Agar saya bisa mengenal kamu terlebih dahulu sebelum benar-benar menyetujui rencana pernikahan."
"Tapi kalau seperti ini caranya. Maka, saya juga mau kamu mengenal saya, sebaik saya mengenal kamu," tambah Chandra tegas.
Nadia seperti mendengarkan seorang Komandan yang memberikannya tugas penting. Nadia semakin terdiam, wajahnya yang cantik kini menjadi kaku.
"Makanan favorit saya?" ucap Nadia tiba-tiba. Mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Chandra sedikit berpikir.
"Sop buntut, dessert-nya kamu suka Redvelved cake, minumannya kamu suka jus jeruk dan ice lemon tea," jawab Chandra tegas dengan wajah datarnya.
Nadia membulatkan kedua matanya dan terkesan dengan jawaban Chandra yang sangat tepat dan akurat.
"Kamu curang!" bantah Nadia tak terima, hal itu tentu saja membuat Chandra tersenyum tipis. Chandra tersenyum entah karena dirinya yang merasa menang atau karena raut wajah Nadia yang menggemaskan. Hanya dia yang tahu.
"Kenapa saya curang? Pasti jawaban saya betul, 'kan?" sanggah Chandra membuat Nadia gugup.
Nadia melipat kedua lengannya di depan dada dan menatap Chandra serius. "Kamu pasti dapetin jawaban-jawaban itu dari biodata saya yang ada di-internet. Asal kamu tahu ya, jawaban itu enggak semuanya benar. Beberapa ada yang dibuat sembarangan oleh manajer saya."
"Saya dapat jawaban itu dari nenek kamu."
Nadia mendengus dalam hati, ternyata neneknya tukang jual info selama ini.
"Sekarang, apa kamu tahu apa hobi saya?" tanya Chandra kemudian.
Nadia berdehem kecil. "Eh, udah jam 10 lewat. Nanti keburu telat makan siang." Nadia memang jago ngeles, gadis itu berjalan lebih dulu menuju ruangan administrasi untuk menyerahkan berkas. Sementara Chandra sedikit cemberut karena merasa diabaikan.
Penyerahan dokumen dan pemeriksaan data membutuhkan waktu satu jam. Selagi menyerahkan dokumen, Nadia juga mengobrol dengan petugas yang mengurusi pendaftarannya. Sementara Chandra bertemu dengan teman-teman semasa dirinya masih menjadi anggota tamtama ketika ditugaskan di wilayah Bandung.
"Setelah ini, saya langsung tes yang ada di urutan itu?" tanya Nadia gugup. Meskipun dia berpengalaman, tetapi kalau dihadapkan dengan situasi begini Nadia menjadi sedikit tertekan juga, mengingat dirinya adalah seorang publik figur.
Petugas wanita itu tersenyum. "Tidak, test-nya akan dilakukan 3 hari lagi. Untuk saat ini, hanya diperlukan pengambilan foto bersama calon suami yang sudah disediakan di sini."
"Oh, bukannya di urutan seharusnya tes langsung, ya?"
"Karena Mbak Nadia ini adalah cucu dari seorang marinir, maka tes yang ada di dokumen tidak diperlukan. Mbak Nadia hanya perlu melakukan tes kesehatan saja."
Nadia manggut-manggut. "Loh, berarti menurut pernikahan kantor, bersamaan dengan penyerahan dokumen ini. Saya sudah resmi jadi istrinya Chandra, dong?"
"Betul Mbak, ada beberapa ketentuan prosedur sesuai pembaharuan. Mbak tinggal menyerahkan dokumen yang sudah ditandatangani ini ke pihak KUA dan melakukan prosesi pernikahan sesuai kepercayaan Mbak, secara sipil Anda dengan Jenderal Chandra Loey Abdinegara telah resmi menjadi suami istri."
"Ah, iya ... saya ngerti," jawab Nadia pelan, padahal sebenarnya Nadia masih memutar otaknya untuk memahami prosesi pernikahan dengan seorang perwira.
Setelah dokumen diserahkan pada Nadia, Chandra memasuki ruang pendaftaran dan membubuhkan tandatangan di samping tandatangan milik Nadia. Surat itu berupa akta pernikahan yang secara resmi diakui oleh kesatuan tentara Republik Indonesia.
***
Sebelum melakukan foto pasangan, Nadia pamit ke kamar mandi untuk melakukan touch up, tetapi Chandra mengekori gadis itu dengan pandangan waswas membuat Nadia sedikit tidak nyaman dengan sikap suaminya. Eh?
"Kamu mau ke mana?" tanya Nadia ketika Chandra mengikutinya ke lorong kamar mandi wanita.
Chandra menghela napasnya. "Saya antar kamu ke toilet," beritahu Chandra dengan ketus.
"Maksud kamu? Oh nggak nyangka, ternyata kamu udah nggak sabaran ya, mau ke mana-mana bareng saya?" jawab Nadia tak kalah ketus sembari mengibaskan rambutnya yang dibiarkan tergerai ke belakang.
Chandra membulatkan kedua matanya tak terima. "Apa maksud kamu? Saya mengantar kamu, saya tidak mau menunggu kamu terlalu lama di toilet. Saya sudah tahu, kalau kamu berada di kamar mandi itu tidak cukup 1 jam."
Nadia terkikik geli, ia merasa lucu karena menjahili Chandra dengan membiarkan lelaki itu menunggunya selama dua jam lebih.
"Kenapa kamu tertawa?"
"Enggak ... haha ... saya minta maaf. Kamu tenang saja, saya cuma mau pakai bedak dan sedikit lipstik, sekalian rapihin rambut. Kan kita mau foto," jelas Nadia pada calon suaminya.
Chandra memperhatikan wajah Nadia dengan saksama. "Kenapa kamu harus dandan lagi? Kamu kelihatan cantik kok. Bahkan, saya merasa kamu lebih cantik saat bangun tidur pagi tadi," ucap Chandra dengan ekspresi datar, tetapi berhasil membuat kedua pipi Nadia memerah padam.
"Uhuk uhuk!" Nadia sedikit terbatuk-batuk saat hendak menyela ucapan Chandra, gadis itu tidak bisa berkata apa pun bahkan dia urung untuk masuk ke dalam toilet setelah mendapatkan pujian dari Chandra.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hadehh pak jendral bisa gombal juga kan readers ikutan baper.. 🤭🤭
2023-10-21
0
susi 2020
🤣🤣😍
2023-04-04
0
susi 2020
🙄🙄😘🥰
2023-04-04
0