Touch Me Slowly
Brukkk....
"Nggak punya mata yah Lo?!"
"Lo yang nggak punya mata! Jalan selebar ini dan Lo malah nubruk gue! Mata Lo pake!" sinis wanita berpakaian seksi dengan belahan dada yang hampir menunjukkan isi di dalam sana.
"Lo mabok yah?"
"Siapa bilang gue mabok? Yang ada elo kali yang mabok! Minggir, Lo ngalangin jalan gue!" sentak wanita itu mendorong lelaki berwajah blasteran di depannya.
"Eh, tunggu dulu...!" sahut lelaki itu menahan tangan wanita yang menabraknya.
"Lo Amanda Ninda, kan? Desainer muda terkenal di negara ini?"
"Kalo iya emang kenapa? Apa urusannya sama Lo?"
Lelaki itu tersenyum, bahkan sangat manis menurut Amanda. Meski kepala dia saat ini sedang terasa berputar-putar, tapi wajah tampan serta hidung mancungnya masih bisa Amanda lihat dengan sangat jelas.
"Nggak ada urusannya memang, gue cuma kebetulan kenal sama elo waktu gue anterin kakak gue bikin gaun pengantinnya tahun lalu. Lo mau kemana?"
"Nggak ada urusan sama Lo! Minggir, gue mau pulang!," sahut Amanda mencoba melewati badan yang jauh lebih tinggi dan besar darinya.
"Lo udah mabuk, nggak boleh bawa mobil. Mana temen Lo? Biar dia yang bawa mobil kamu nanti!" ujarnya mencoba menahan Amanda yang dia yakin sudah setengah sadar itu.
"Nggak ada, gue nggak tau dia dimana! Baru ketemu cowok bule aja tadi langsung masuk kamar trus ninggalin gue sendiri di meja bar! T*ai emang tu orang!" kesal Amanda.
Rekan kerja sekaligus teman bisnisnya di dunia desainer Monik, datang bersama Amanda untuk menemani dia yang sedang menikmati hari gagal nikahnya di sebuah club malam elit di kota ini.
Lelaki itu tertawa geli mendengar umpatan Amanda untuk teman yang katanya meninggalkan dia karena check in bersama seorang pria asing.
"Kalau begitu biar aku yang anterin kamu pulang."
"Nggak usah, nggak perlu! Gue masih sadar! Lagipula gue nggak kenal sama Lo, takut gue di apa-apain sama Lo!"
Lagi, lelaki itu tertawa mendengar ucapan Amanda padanya.
Dalam keadaan mata yang mulai meredup dengan langkah kaki yang mulai tidak seimbang, Amanda masih saja bersikukuh tidak mau diantarkan pulang oleh lelaki di depannya.
"Gue janji nggak bakal apa-apain Lo. Ayo, gue anter Lo pulang!" ujarnya menarik tangan Amanda.
"Ih ... jangan pegang-pegang!" kesal Amanda risih di pegang lelaki yang baru dia temui ini.
"Kalo gue nggak pegang, yang ada Lo bakal nyungsep Manda ... udah denger aja apa kata gue!"
"Woi...! Mau kemana Lo Chad?" teriak seorang pria blasteran lainnya dari ujung meja dalam club.
"Bentar, gue anterin nih cewek pulang dulu. Tar gue balik lagi, kasian anak orang!" balas Richard pada temannya.
"Chad? Nama Lo Chad, Chad, Chad...?" sela Amanda yang sudah diseret Richard keluar club.
"Iya, nama gue Richard Klose."
"Nama Lo kayak pemain bola itu yah?" kekeh Amanda masuk ke dalam mobil. "Eh, ini mobil siapa? Kok gue bisa ada disini sih?"
"Ini mobil gue, nanti mobil Lo gue suruh orang bawa ke butik Lo besok pagi. Duduk diem aja di dalam!"
Richard menutup pintu, memutari mobil sedikit berlari dan masuk duduk di kursi kemudi.
"Gue anterin lo kemana?" tanyanya setelah menyalakan mesin mobil.
"Terserah...."
"Hah? Gue serius Manda, Lo mau gue bawa ke hotel, biar kita check in sekalian kayak temen t*ai Lo tadi?" goda Richard.
"Terserah, gue ikutin mau Lo aja!"
"Hah? Serius Lo? Astaga ... gue baru sadar kalo gue lagi ngomong sama orang mabuk!"
"Udah gue bilang, kalo gue nggak mabuk pe*ang!"
Richard hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Amanda Ninda, desainer terkenal dengan kecantikan paripurna yang dikenal semua orang.
Richard lalu mulai melajukan mobil menuju apartemennya.
Dia bisa saja menghubungi kakak perempuannya yang pasti tahu dimana tempat tinggal Amanda berada, tapi Richard yakin kalau kakaknya itu akan berpikiran yang tidak-tidak jika mengetahui keadaan Amanda yang mabuk, dan mereka baru saja pulang dari club.
Terlalu ribet pikir Richard, lebih baik dia bawa saja Amanda ke apartemennya dan dia bisa kembali ke club untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.
Richard menelan salivanya kasar saat gaun merah di atas lutut yang dipakai Amanda sedikit tersingkap dan hampir menunjukkan isi di balik gaun yang dia pakai tersebut. Sial! gumamnya.
"Manda ... hei, bangun! Kita udah nyampe nih."
Beberapa kali Richard mencoba membangunkan Amanda yang sudah tertidur pulas bersandar di pintu mobilnya.
Wajah cantik dengan mata sipit itu begitu indah jika di pandang berlama-lama seperti yang dilakukan Richard saat ini.
Apa yang aku pikirkan? Lelaki itu sedikit menower kepalanya untuk menyadarkan pikirannya sendiri yang sudah berlari kesana kemari hanya karena menatap wajah Amanda.
Merasa wanita itu tidak akan bangun, Richard pun berinisiatif menggendong tubuh Amanda masuk ke dalam apartemen miliknya.
Richard sedikit kesusahan saat dia akan menekan tombol kunci di pintu masuk karena harus menahan tubuh Amanda yang meski sangat ringan baginya, namun begitu ribet untuknya.
"Menyusahkan saja!" kesal Richard meletakkan tubuh Amanda di atas ranjang empuk miliknya.
Belum sempat beranjak dari atas ranjang, tangan Richard ditarik oleh Amanda hingga lelaki itu terjatuh di atas tubuh ramping sang desainer wanita.
"Jangan pergi, temani gue malam ini...," bisik Amanda di telinga Richard.
Suara dan nafas Amanda di telinganya membuat lelaki itu menegang, sial! wanita ini malah ingin menggoda iman gue.
"Mending Lo tidur deh, gue nggak bisa temenin Lo disini. Gue harus balik lagi sama temen-temen gue Manda...."
"Nggak, pokoknya Lo harus temenin gue malam ini! Kalo perlu gue bayar Lo perjam!"
Gila! Udah kayak brondong simpanan ibu-ibu aja gue, pake di bayar segala! kesal Richard dalam hati.
Manik mata cokelat tua itu membola sempurna ketika bibir mungil Amanda mencium dengan lembut bibir basahnya, tanpa permisi.
Richard tersentak dan hampir tidak bisa mengedipkan dua matanya, saat dua tangan Amanda dia lingkarkan ke lehernya dan sedikit menarik rambut lelaki itu kasar.
Sensasi berbeda dari ciuman serta tarikan rambut ala Amanda, berhasil membuat Richard tertarik kedalam permainan wanita ini.
Dengan rasa penasaran yang sejak tadi ingin memegang bahkan merasakan sesuatu yang dia lihat tadi dari balik gaun merah Amanda, Richard mulai menggelitik jari jemari besarnya ke atas dada Amanda.
Genggaman itu sangat pas di tangannya yang bisa terbilang cukup besar, dan dalam sekali pegangan kuat suara desahann keluar dari mulut Amanda.
Astaga ... ini gila! Pikiran Richard berkecamuk dengan naluri dia sebagai lelaki. Apa yang akan terjadi besok jika Amanda sadar dan menyadari kalau mereka sudah bercinta semalam dalam keadaan wanita ini sedang mabuk, pikirnya.
Richard sudah turun mencumbu dua dada besar yang tampak menyembul dan menantang untuknya.
Pesona wanita ini memang sangat berbeda, siapa yang tidak kenal dengan sosok Amanda Ninda. Pasti banyak pria yang ingin bisa menghabiskan waktu semalam bersamanya, dan Richard adalah salah seorang yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan menjamah tubuh putih mulus Amanda tanpa sehelai benangpun.
"Jangan berhenti...," desahh Amanda saat Richard sedang berusaha memantapkan hatinya untuk lanjut atau tidak.
Bahkan hanya dari sentuhan pertama Amanda di rambut kepalanya sudah bisa membuat Richard bangkit dan menginginkan lebih.
"Lo yang minta ini Manda...," ujarnya lebih kepada mengingatkan dirinya sendiri kalau kegiatan panas mereka malam ini dimulai atas permintaan Amanda dan bukan dirinya.
Richard mulai membenamkan diri di atas dua gunung indah yang tertutup, sedikit kasar membuka penutupnya hingga hampir robek. Dua puncaknya berhasil Richard lihat dan dia sentuh.
Gelayar aneh langsung dia rasakan ketika mulai bermain diatas sana, seenak inikah rasanya? Kenapa ini terasa sangat manis dan berbeda dari yang lain?
Oh, Richard suka ini ... apalagi melihat Amanda yang mulai blingsatan di bawahnya karena permainannya di puncak bukit, hingga Richard pindah ke perut dan turun semakin ke bawah sana.
Sebuah kain brokat berwarna sama dengan gaun yang dipakai Amanda tadi, terlihat begitu sempurna di mata Richard.
"Lo udah basah, Manda...."
Richard mencumbu bulu-bulu halus yang mengitari surga dunia milik Amanda, dan mencari kenikmatan yang sangat ingin dia rasakan saat ini juga.
Manis ... satu kata yang sejak tadi terus berputar-putar di otaknya ketika dia asik merasakan hampir setiap jengkal tubuh Amanda yang sudah polos itu.
Bahkan saat pelepasan pertama berhasil di dapatkan Amanda, Richard masih saja bermain-main dibawah sana karena rasa candu yang dia rasakan.
"Mulai saat ini, Lo bakal jadi milik gue!"
.
.
.
.
.
.
Hai...
Selamat datang di karya keempat author di platform ini yahh...
semoga kalian syukak dengan cerita ini...
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak yang banyak yah...
Author sayang kalian semua 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Rina ratnasari
🤭🤭🤭
2024-05-08
0
Nabila
panas panas panas
2024-01-09
0
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-02-04
0