"Lo kemana aja sih Manda? Dari kemarin gue cariin di butik katanya Lo nggak masuk. Lo nggak dibawa lari cowokkan waktu di club?"
Amanda membuang nafas panjang, entah sudah berapa kali dalam sehari ini desainer muda itu melakukannya.
"Woi ... ngelamun lagi Lo!" sentak Monik memukul lengan Amanda.
"Bisa nggak sih tangan Lo itu nggak main mukul gue seenaknya!" sinis Amanda.
"Widih ... Lo lagi dapet yah? Biasanya juga gue kayak gitu sama lo! Kenapa sih?"
Lagi, Amanda membuang nafas panjang. "Gue mau tunangan."
"Hah? Sama siapa? Ardi balik lagi?" Amanda menggeleng. "Trus siapa? Secepat itu Lo udah punya ganti si S*api?!"
Semenjak putus dengan Amanda, Monik memanggil Ardi dengan sebutan hewan yang hobi makan rumput dan malas bergerak itu.
Monik mengibaratkan laki-laki sok kegantengan yang sudah menyia-nyiakan temannya Amanda, adalah salah satu hewan bertanduk itu.
"Ini semua gara-gara Lo tau nggak!"
"Lah ... kenapa jadi gue sih, emang gue salah apa sama Lo?"
"Gara-gara Lo tinggalin gue sendiri di club tau gak, malamnya gue tidur sama laki-laki asing yang gue gak kenal!"
"What?" kaget Monik. "Seriously?" (serius?)
"Iya, dan sialnya nyokap sama kakak perempuan tu cowok dateng pagi-pagi ke apartemennya. Gegara itu, gue malah disuruh tunangan sama dia. Untung aja gue nggak langsung di nikahin hari itu."
Monik seketika tertawa terbahak mendengar cerita Amanda dimalam kejadian saat dia meninggalkannya sendirian di club, karena terjerat pesona pria bule.
Sudah lama Monik memimpikan bisa merasakan goyangan luar negeri dari kaum mereka. Hingga akhirnya, demi fantasi dia yang harus bisa terpuaskan. Monik memilih meninggalkan Amanda dalam keadaan setengah mabuk waktu itu.
"Yaudah trima aja Manda ... siapa tau dia jodoh Lo, kan? Daripada Lo buang-buang waktu kelamaan pacaran dan malah ditinggal pas mau nikah. Mending sama dia, kan ... nggak kenal tapi langsung nikah. Dah kayak sinetron aja cerita Lo...."
Amanda menower kepala Monik kesal. "Lo pikir nikah tuh kayak naik odong-odong, muter-muter sambil dengerin musik meriah. Asal ngejeplak aja mulut Lo itu!"
Monik meringis dan mengusap kepalanya dengan cemberut. "Yah bukan gitu juga Manda, maksud gue tuh ... siapa tau aja dia emang jodoh Lo, kan? Kenapa nggak dicoba aja."
"Nggak ada yang bisa dicoba-coba soal begituan pe*ang!" gemas Amanda pada temannya.
"Eh tapi, Lo sama dia udah ehem ehem dong yah ... gimana rasanya main sama orang yang nggak kita kenal, hm?"
"Ish, otak Lo tuh yah ... isinya biru semua tau nggak! Kesel gue lama-lama sama Lo!"
Monik kembali tertawa terbahak puas menggoda rekan bisnisnya ini. "Cerita dulu gimana rasanya ... Lo, kan nggak pernah main sama orang lain selain si S*api!"
"Males, lagian gue juga nggak tau rasanya gimana! Wong gue mabuk malam itu!"
"Jadi Lo mau rasain lagi yah pas kita sadar?" sela seorang pria blasteran dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Sontak dua orang wanita yang asik berghibah di dalam ruang kantor butik, menatap pria yang tanpa permisi mendekati kursi kebesaran Amanda dan mengecup kening wanita itu.
"Ish ... apa sih Lo! Baru nyampe main nyosor aja!" kesal Amanda mendorong lelaki bertubuh tinggi dengan dada yang bidang.
"Lo siapa?" refleks Monik menatapnya tanpa berkedip.
"Kenalin ... gue Richard, calon tunangannya Manda." sahutnya membuka kacamata dan mengulurkan tangan ke arah Monik.
Mata Monik semakin silau melihat ketampanan pria di depannya ini. "Jadi Lo-"
"Iya, gue cowok yang sejak tadi Lo berdua omongin!" potong Richard cepat.
Monik gantian menatap Amanda, mencoba mencari jawaban dari temannya ini.
"Iya, dia si pria asing itu!" ujar Amanda pasrah. "Lo ngapain sih disini?!" tanyanya pada Richard.
"Jemput Lo lah ... nanti malam, kan keluarga gue mau kerumah Lo!"
"Trus kenapa? Ngapain juga Lo harus jemput gue? Emang gue nggak tau dimana rumah gue!" sarkas Amanda.
"Mommy minta Lo kesalon dulu buat siap-siap, Rena juga ada disana. Nanti Lo bisa sama dia!"
"Nggak usah, nggak perlu! Gue udah cantik dari sononya. Make up itu cuma untuk mereka yang nggak pede sama wajah naturalnya!"
"Ya ampun Manda ... ketus amat Lo ngomongnya! Kesindir gue tau nggak," sela Monik yang memang hobi merias wajahnya itu setiap saat.
Amanda hanya berdecak dan kembali menatap Richard yang terkekeh di sampingnya. "Mending Lo pergi aja deh, gue nggak bakal kesana! Lagipula kerjaan gue banyak, nggak bisa ditunda-tunda lagi."
"Eh, jangan ... biar gue aja yang pergi. Lo berdua bisa ngomong dulu disini, ok?" Monik berdiri dari kursinya dan melangkah keluar ruangan pemilik butik ini.
"Pengertian juga temen Lo itu...." sahut Richard menarik kursi Amanda dengan roda pada kakinya, mendekat kearahnya.
"Mau Lo apa sih, Chad?! Gue lagi kerja ... minggir!"
"Lo galak juga yah kalo lagi sadar gini, kemarin aja mohon-mohon minta di gesek dan ditemenin...." godanya mencolek pipi tirus Amanda.
"Ish, jangan pegang-pegang!" sentak Amanda mengusap pipinya.
"Kalo gitu, digesek aja mau nggak?"
"Mulut Lo yah, astaga ... Lo mau apa sih sebenarnya? Gue lagi banyak kerjaan ini. Tar malam jugakan kita ketemu Chad!" sahut Amanda frustasi.
Lelaki ini makin digalakkin, makin menjadi yang ada pikirnya.
"Tadikan gue udah ngomong mau ngajak Lo ke salon Manda ... tapi karena Lo nggak mau, yaudah gue cium Lo aja kalo gitu."
Richard langsung mencondongkan wajahnya ke arah Amanda, dan mengecup bibir manis tipis desainer muda ini. Sepertinya kegiatan ini akan sangat digemari olehnya, batinnya.
Amanda mendorong tubuh Richard, sebelum lelaki itu semakin gila bertindak. Mereka sedang di butik, dan Richard malah dengan seenaknya datang dan mencumbu dia sekarang.
"Lo apa-apaan sih Chad!" ujarnya marah.
"Kenapa sih ... gue kan mau jadi tunangan Lo Manda, masa cium aja nggak boleh. Atau Lo mau kita kayak kemarin malam itu, iya?"
"Dasar sinting! Pulang nggak Lo sekarang! Masih macam-macam juga, gue panggil security buat nyeret Lo dari sini!"
Richard tertawa geli mendengar ucapan Amanda, wanita yang tampak sudah memerah menahan kekesalan untuknya malah terlihat semakin menggairahkan di matanya.
"Ok, gue pergi. Tapi nanti, gue nggak janji kalo gue bakal langsung pergi kayak sekarang."
"Mimpi!"
Richard masih tertawa dan menatap Amanda penuh arti. "Jaga diri Lo baik-baik, gue pergi yah baby...."
Richard berbalik dan kembali memakai kacamata hitamnya sambil bersiul. Amanda terus memperhatikannya hingga lelaki itu menghilang di balik pintu.
Dasar gila! Jangan harap kalo Lo masih bisa dateng kesini lagi nanti!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
putia salim
knp sich namanya Richard,?
ky nama anak gw
2022-07-16
1
putia salim
nanti jg lama2 meleleh hati amanda
2022-07-16
0
Snow Kim Barbie
MONIK TEMAN AMANDA YG GILA 😅😅😅,
SENENG DEH LIHAT AMANDA DI GODAIN RICHARD TERUS 😂😂😂
2022-03-12
0