"Ya ampun, cantik banget Lo Manda...," puji Monik menatapnya berbinar.
"Biasa aja ... biasa juga begini, kan dari dulu."
Amanda turun dari lantai dua butiknya, memakai gaun merah berbahan satin dengan dada yang terangkat sempurna.
"Kalo Richard liat Lo hari ini, pasti burungnya langsung menggila itu," kekeh Monik menggoda rekan bisnisnya.
"Nggak usah bawa-bawa dia, males gue!"
"Loh kenapa? lo belum ketemu dia,kan sejak kalian tunangan? Nggak ada rencana gitu Lo temuin dia tar malam."
Amanda berdecak dan masuk ke dalam mobilnya, diikuti Monik yang duduk di kursi samping kemudi.
"Sayang kali Manda Lo anggurin gitu aja si burung. Eh mulai sekarang gue bakal panggil tunangan Lo itu aja burung deh," ujar Monik tertawa geli.
"Gue heran deh sama Lo, seneng banget julukin orang dengan nama-nama hewan begitu."
"Yah, kan nggak apa-apa Manda ... biar seru aja gitu manggilnya. Sama biar Lo selalu inget sama burungnya si burung."
Tawa menggelegar langsung memenuhi mobil Amanda yang tengah melaju menuju tempat perhelatan peragaan busana, dari salah fashion mode ternama di dunia.
Amanda selalu diundang dan selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam acara seperti ini.
Selain menambah relasi dan menambah pelanggan nantinya, Amanda juga bisa sedikit mencuri ilmu dari desain-desain pakaian yang baru diluncurkan oleh mereka.
"Elo kali yang begitu!" sinis Amanda geleng-geleng kepala dengan ucapan gamblang Monik.
"Emang, gue penasaran aja sama punya dia. Besar dan perkasa gak tuh? Nanti Lo foto dong biar gue bisa liat pas dia lagi bangun."
"Eh anjrittt ... omongan Lo makin nggak berfaedah yah lama-lama! Gue getok juga pala Lo!"
"Eh iya ... sorry, sorry. Gue becanda kali Manda. Gue tau dia cuma milik elo kok," sahut Monik tidak berhenti menggoda Amanda.
"Udah, nggak usah ngomongin itu. Tar gue samperin dia pulang dari acara. Nyokapnya tadi telpon kenapa gue nggak pernah kerumah mereka, ribet banget deh emang tu emak-emak."
"Ish, Lo nggak boleh begitu Manda. Biar gimanapun dia itu calon mertua Lo!"
"Ih ... amit-amit, jangan sampe deh. Nggak kebayang itu gimana punya mertua bentukan kayak dia. Udahlah, gue juga nggak serius sama hubungan ini. Nggak usah di perpanjang lagi!"
Mobil yang dibawa Amanda tiba disebuah grand hall, dimana pergelaran busana hari ini diadakan.
Dua wanita cantik dengan pesona yang berbeda, turun dan berjalan berdampingan masuk ke dalam sana.
Sebuah karpet merah sengaja di gelar bagi para awak media yang ingin mengabadikan momen berharga, dimana para tamu undangan dari berbagai kalangan hadir malam ini.
"Tolong lihat sini Miss Amanda," teriak salah satu wartawan majalah mode.
Amanda mematut dirinya dengan sempurna di depan blits kamera yang tidak berhenti mengambil gambarnya dengan epik.
Senyum manis, mata cipit dan make up yang natural, serta gaun mewah yang menutupi tubuh rampingnya. Membuat Amanda terlihat begitu cantik bak bidadari.
"Miss, gimana perasaannya setelah bertunangan dengan anak pengusaha batu bara terkenal di negara ini?" tanya seorang wartawan infotainment yang ikut mengambil gambarnya tadi.
Amanda hanya melemparkan senyum dan ucapan terima kasih, lalu berjalan masuk bersama Monik ke dalam grand hall.
"Kok nggak dijawab?"
"Males. Gue kesini bukan untuk ngasih press confrence sama mereka."
Monik berdecak dan membalas senyum kepada beberapa tamu yang mereka lewati, sebelum tiba di kursi VVIP dimana mereka akan duduk.
Acara malam itu berlangsung dengan sangat meriah dan sukses, yang juga dihadiri beberapa pejabat tinggi negara.
Amanda sampai iri melihat kesuksesan pagelaran yang diadakan oleh mereka malam ini.
"Nanti tepat lima tahun butik gue dibuka, gue pengen bikin acara lebih bagus lagi dari ini Mo...," bisik Amanda pada temannya yang duduk di sampingnya.
"Beres, Lo sekarang udah nggak perlu takut bikin yang mewah-mewah lagi. Tunangan Lo, kan tajir melintir tuh...," balas Monik berbisik di telinga Amanda.
"Apa sih Lo! Sejak kapan gue minta bantuan sama cowok! Ogah, najis!"
Monik seketika tertawa terbahak dan langsung menjadi pusat perhatian semua yang duduk di dekat mereka.
Amanda langsung mencubit lengan wanita itu kuat.
"Aww ... sakit Manda!" ringis Monik mengusap tangannya yang berdenyut.
"Udah, Lo pulang sendiri yah. Gue mau nyamperin Richard dulu, katanya dia lagi di club sama temen-temennya."
"Lah terus gimana gue pulang nanti Manda?"
"Itu urusan Lo! Grepein aja bule-bule yang ada disini, minta anterin sama mereka!"
"Eh tapi...."
Amanda sudah bangkit berdiri dan meninggalkan Monik yang memanggilnya dengan suara tertahan.
Telinganya sudah panas sejak tadi mendengar ocehan wanita yang memang senang menggerakkan bibirnya itu tanpa pernah lelah.
Daripada stress dan kesal sendiri, lebih baik Amanda pergi dan meninggalkan Monik disana sendirian. Anggap saja sebagai pembalasannya tempo hari, karena ditinggal Monik sendirian di club waktu itu.
Dan disinilah Amanda sekarang, dia bersama Richard tiba di apartemen lelaki itu setelah mobil yang dibawa Richard melaju kencang membelah jalanan kota yang sedikit sepi malam ini.
"Gue mandi dulu!"
"Eh, kok mandi sih Manda? Gue pikir kita bakal langsung ke...," sahut Richard menggantung ucapannya.
"Pikiran lo emang nggak pernah jauh dari ranjang! Gue mau mandi dulu, badan gue udah lengket semua!"
Amanda masuk ke dalam kamar mandi, dan menguncinya rapat. Dia tidak mau lelaki itu malah ikut masuk ke dalam, dan merecoki dirinya disana.
Amanda butuh merilekskan badan sebelum melakukan aktivitas panas pertamanya bersama Richard, dalam keadaan sadar dan tidak mabuk seperti tempo hari.
Tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Richard mengambil kunci cadangan di laci mejanya dan membuka pintu kamar mandi dengan pelan.
Mata cokelat mudanya langsung terpaku pada tubuh polos Amanda yang tengah membelakanginya, dan sedang berdiri di bawah gucuran air shower.
Ini kesempatan gue, gumam Richard membuka seluruh pakaiannya dan melemparkannya asal.
Seperti sedang berjalan di atas angin, langkah kaki Richard begitu ringan dengan pandangan mata yang tidak berkedip sedikitpun menatap tubuh molek wanita di depannya.
"Aaaa...." Amanda berteriak kaget saat tangan kekar Richard mengusap perut ratanya.
"Sssttt ... jangan teriak-teriak."
"Lo ngapain sih, gue mau mandi Chad!" sahut Amanda risih.
Dia tidak pernah melakukannya di kamar mandi, bahkan Ardi saja tidak pernah mengajak dia melakukannya di tempat lain selain di atas ranjang.
"Kita mandi bareng...." sahut Richard mencium bibir pink Amanda penuh damba.
Bagai tersengat aliran listrik, tangan lelaki itu menyentuh setiap jengkal tubuh Amanda, yang tadi hanya bisa dia lihat dari kaca spion mobil.
Ini adalah sentuhan keduanya untuk Amanda, terasa berbeda dan menantang, karena mereka melakukannya dalam keadaan sadar.
Sedikit memaksa, Richard mengangkat tubuh Amanda dan menyandarkannya ke dinding, dengan dua kaki kecilnya melingkar di pinggang Richard.
Richard tidak bisa menahan lebih lama lagi, dia butuh tubuh Amanda. Dia butuh kelembutan itu.
Sodokan lelaki itu langsung mengarah tepat ke dalam sana, dan membuat Amanda tersentak. Dia bahkan belum siap, tapi cara Richard yang sedikit berbeda ini membuat Amanda semakin menggila.
Belum lagi dengan permainan pinggul Richard yang lihai, dengan ujungnya yang terasa menusuk hingga kedalaman. Amanda berteriak dengan nafas yang naik turun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Zaitun
udah main sama ardi rupanya
2022-07-18
2
putia salim
berarti impas sama2 bukan yg prtama,alian udah sama2 second
2022-07-16
1
Ella She Shephen
bukanya di awal dibilang mata bulat yak... knp berubah jd sipit🤣🤣... ganti cast di si amanda... 🤣
2022-07-06
0