"Besok kamu ikut Daddy ke kantor, Chad."
"Ngapain?"
"Ngapain? Kamu tuh udah harus gantiin Daddy disana, Chad. Daddy udah makin tua, udah saatnya Daddy pensiun."
"Ya tapi nggak tiba-tiba juga begini, kan Dad...." sahut Richard menghindar.
"Trus mau sampe kapan? Mau nunggu Daddy mati dulu baru kamu mau gantiin Daddy disana, iya?"
"Daddy kok ngomongnya begitu sih," sela Tari yang sejak tadi mendengar perdebatan suami anak laki-lakinya.
"Memang benar kan sayang ... umur Daddy udah nggak muda lagi. Keburu Daddy mati duluan baru anak kamu ini gantiin Daddy di kantor!" jawabnya kesal.
Diumur Richard yang sudah kepala tiga, anak laki-lakinya ini masih saja sibuk bermain-main di luar sana.
Sudah lama Tommy mengajaknya bekerja di kantor untuk menggantikan dia di posisi direktur utama pemilik tambang batu bara. Tapi Richard selalu saja menghindar dengan berbagai alasan.
"Bener kata Daddy, Richard sayang ... kamu udah harus gantiin Daddy di kantor. Lagipula kamukan sebentar lagi mau nikah, masa istri kamu yang malah nyari duit sih. Apa kata orang nanti, Chad." ujar Tari mencoba membujuk anaknya.
"Nikah? Emang Manda udah mau Mom?" tanya Tommy belum tahu tentang berita pernikahan mereka yang tinggal tiga bulan lagi.
"Iya Dad ... tadi siang Mommy ke butiknya dan bicara soal ini sama mereka berdua. Amanda udah setuju mau nikah dengan Richard tiga bulan ke depan."
"Apa?" kaget Rena yang ikut makan malam bersama keluarganya. "Bener Chad?"
Richard mengangkat kedua bahunya, bingung harus menjawab apa.
"Apa nggak kecepetan Mom?" tanya Rena.
"Nggaklah, Manda udah setuju kok. Dia sendiri yang ngomong iya sama mommy."
"Bukan karena Mommy paksa, kan?" tanyanya lagi.
"Ngapain juga Mommy maksa sih Rena ... ada-ada aja deh kamu itu."
Rena diam menatap Richard, mencoba mencari jawaban dari adiknya itu. Dia tahu kalau Amanda pasti di paksa oleh mommy-nya yang memang senang melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Suami kamu belum pulang?" sambung Tari bertanya pada anak perempuannya.
"Belum, katanya nanti sore baru bisa kesini jemput Rena sama Keith."
"Kamu harus bisa belajar dari kakak iparmu Chad!" ujar Tommy menyela pembicaraan istri dan anaknya. "Dia dari masih single (sendiri) udah bekerja keras nyari duit. Sekarang bisa jadi orang sukses karena usahanya sejak dulu. Nah kamu, malah main-main aja diluar sana ngabisin duit nggak jelas! Mau sampe kapan kamu begitu!"
Richard menghembuskan nafas kasar, selalu saja begini. Ayahnya ini memang selalu membanding-bandingkan dia dengan siapapun sejak dulu. Membuat Richard malas dan memilih protes dengan cara ini.
Padahal dulu dia sempat bekerja di kantor bersama Tommy ayahnya. Tapi lelaki paruh baya itu selalu berkata kalau Richard masih perlu belajar dan tidak tahu apa-apa. Tidak bisa mempercayainya dengan apa yang dia buat dan kerjakan.
Hingga Richard memilih untuk keluar dari sana dan hidup berfoya-foya sampai saat ini.
"Aku sudah kenyang!" jawabnya berdiri dari meja makan.
"Kamu selalu saja begitu. Setiap kali Daddy bicara selalu menghindar! Kamu pikir kamu bisa hidup enak seperti ini karena siapa, hah?!" bentak Tommy tidak terima dengan sikap anak laki-lakinya.
"Dad ... udah Dad. Richard pasti ke kantor besok." sela Tari mengusap lengan Tommy.
Richard berbalik dan menatap ayahnya tajam. "Terima kasih untuk kerja keras Daddy selama ini untuk menghidupi Richard. Tapi setahu Richard, sebagai orangtua sudah tugas kalian untuk menghidupi anak-anaknya! Richard akan bekerja seperti maumu Dad, tapi biarkan Richard bekerja dengan cara Richard sendiri. Dan berhenti membanding-bandingkan anakmu dengan orang lain!"
Richard segera beranjak dari sana dan naik ke lantai dua dengan kesal. Sudah cukup selama ini Tommy selalu beranggapan kalau hanya dia yang paling benar.
Dia muak, selama tiga puluh tiga tahun hidupnya. Tommy selalu mengaturnya dengan semaunya. Richard tidak diizinkan untuk memilih, bahkan dia harus mengubur dalam-dalam impiannya untuk menjadi seorang pelukis. Hanya karena harus mengikuti kemauan Tommy, menjadi penerus perusahaan miliknya.
"Lo dimana?" tanya Richard dari panggilan teleponnya.
"Gue lagi di Singapure. Kenapa? Tumben Lo telpon gue?"
"Oh, nggak pa-pa. Yaudah gue tutup yah."
Richard menutup panggilan itu tanpa mendengar jawaban dari Mike. Dia ingin keluar rumah mencari ketenangan dengan berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.
Donal jam segini pasti masih sibuk, pikirnya. Apalagi ini hari kerja.
Tok ... tok ... tok ....
Bunyi ketukan pintu kamar Richard terdengar.
Rena kakaknya masuk dengan keringat yang memenuhi dahinya. Naik tangga menuju lantai dua dengan keadaan hamil besar, membuat wanita yang berbeda tiga tahun dengan Richard itu ngos-ngosan.
"Ya ampun ... Lo kok naik kesini sih, Ka?" kaget Richard mendekati kakaknya.
"Sekalian olahraga," kekehnya mengatur nafas.
Richard memegang lengan Rena dan mendudukkannya di kursi sofa kamarnya.
"Ambilin bantal Chad." pintanya menunjuk bantal di atas ranjang.
Richard meletakkan bantal di punggung Rena untuk menopang tubuhnya yang semakin susah untuk duduk, karena kehamilannya yang sudah memasuki sembilan bulan.
"Duduk sini Chad." panggil Rena menepuk kursi sofa di sampingnya.
"Apa sih? Jangan bilang Lo lagi ngidam pengen deket-deket gue yah...."
"Iya, anggap aja begitu. Sini...!" panggilnya lagi.
Meski ogah-ogahan, tapi Richard mau juga duduk di dekat kakaknya Rena.
"Kenapa sih?"
"Nggak usah di dengerin omongan Daddy tadi Chad. Lo tau sendirikan gimana Daddy dari dulu."
"Udah biasa. Gue udah terbiasa Ka ... gue nggak apa-apa."
Rena tersenyum lembut. "Iya, gue tau Ade gue yang seneng main ini udah makin dewasa sekarang. Udah tau bikin Ade juga, kan...." kekehnya menggoda Richard.
"Nah itu Lo tau...!" sahutnya ikut tertawa bersama Rena.
"Gue tahu Lo pasti bisa sukses meski impian Lo nggak bisa tercapai, Chad. Jangan putus asa yah ... gue udah ngomong sama Deryl untuk bikinin lo sebuah studio. Lo bisa melukis disana tanpa sepengetahuan Daddy."
"Hah? Beneran Ka?"
Rena mengangguk. "Iya, tapi jangan bilang-bilang sama mommy dan daddy. Mereka nggak tau soal itu!"
Richard tersenyum dan sontak memeluk Rena yang terhalang perut besarnya. "Makasih Ka. Makasih banyak...," ujarnya penuh haru.
Rena mengelus punggung adik laki-lakinya yang dulu selalu menangis setiap kali dia ganggu.
Dia tahu bagaimana ayah mereka selalu tegas dan memaksakan kehendaknya pada Richard. Mungkin karena hanya dia penerus laki-laki di keluarga mereka, Tommy selalu bersikap keras padanya.
Masih jelas di ingatan Rena bagaimana Richard menangis pilu saat Tommy membuang semua hasil karyanya yang dia lukis, karena tidak mau anaknya ini menjadi seorang seniman.
Richard bahkan sampai sakit dan depresi saat itu. Tapi tetap saja tidak menggugah hati Tommy sebagai seorang ayah, yang sebenarnya harus menjadi pelindung di keluarga mereka.
"Udah nggak usah lebay! Nggak usah pake nangis segala! Malu sama umur...."
"Ish, siapa juga yang nangis, GR!" sahut pria itu melepaskan pelukannya.
"Tapi Lo tetep harus kerja yah Chad, gue nggak mau Daddy curiga. Kuncinya nanti gue kasih besok!"
"Iya beres, tenang aja."
"Ngomong-ngomong, bener nggak sih Manda udah setuju mau nikah sama Lo?" tanya Rena masih penasaran dengan pembicaraan mereka tadi di meja makan.
"Nggak tau. Dia justru yang suruh gue mikir buat nunda pernikahan kita berdua."
"Hah? Jadi bener Lo sama dia emang nggak ada hubungan apa-apa?"
Richard mendengus. "Udah tau, nanya!"
"Jadi ... yang waktu di apartemen waktu itu, Lo sama dia-"
"Udah nggak usah dibahas," potong Richard cepat. "Pokoknya intinya Manda nggak mau nikah sama gue!" sambungnya lagi.
Dia nggak mau wanita hamil ini terus-terusan menggodanya karena masalah cinta satu malam dia Manda waktu itu, dan berakhir dengan pertunangan bohongan mereka.
"Ya ampun Chad, Lo emang bener-bener yah...!" sahut Rena geleng-geleng kepala. "Trus kenapa Lo nggak bikin dia jatuh cinta aja sih sama Lo?"
"Nggak se mudah itu Ka ... susah, dia masih cinta sama mantannya!"
Richard pun menceritakan kejadian hari ini saat Amanda bertemu dengan Ardi, bagaimana wanita itu terlihat sangat sedih dan sakit hati karenanya.
Amanda terlihat masih sangat mencintai Ardi, dia bisa melihat itu dari matanya.
"Makanya tugas Lo sekarang bikin dia jatuh cinta sama lo pelan- pelan ... cewek kalo dikasih perhatian, pasti langsung baper. Percaya deh sama gue."
.
.
.
.
.
.
.
.
Yuk ajak teman,, sodara,, kenalan,, suami,, istri,, kosong satu,, kosong dua,, untuk mampir di karya author yuk...
Biar kita makin rame disini...
Sabar menunggu up yahh 🤭😁
Terima kasih 🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
kalo gw ,baper GK seh malah gw merasa gw harus hargain usaha dia. jadi kek ikut aja apa tujuan dia gitu merhatiin gw
2022-12-06
0
Zaitun
mabtan ja lagibahagia kok dgia nangis sungguh kebodohan.....
2022-07-18
0
putia salim
duch....senengnya punya kakak ky Rena😘
2022-07-16
1