"Minggu depan pertunangan kita harus diakhiri!"
"Hah? Kenapa? Kok cepet banget sih Manda?"
"Cepet? Dari awal, kan gue udah ngomong kalo gue nggak mau kita tunangan. Lo yang maksa, kan untuk bersandiwara di depan nyokap dan kakak perempuan Lo!"
"Iya, tapi nggak secepat ini juga Manda ... nanti bokap gue curiga yang ada sama gue."
Amanda tersenyum penuh arti. "Kalo begitu, gue minta satu syarat sama Lo."
"Syarat?" Amanda mengangguk. "Ok, syarat apa?"
"Gue mau hubungan kita ini saling menguntungkan. Sandiwara Lo bisa terus lanjut, asal Lo bisa puasin gue di saat gue butuh!"
"Hah?" kaget Richard dengan mulut yang terbuka. "Lo ... Lo nggak becanda, kan Manda?"
"Apa gue lagi keliatan becanda, hm?"
Richard menelan salivanya kasar, itu artinya dia bakal main di ranjang lagi sama Amanda? Astaga ... baru sekarang dia diajak begini sama perempuan.
"Lo pasti bakal mikir gue murahan banget, kan? Nggak apa-apa ... gue justru lebih seneng kalo Lo mikir begitu. Karena itu artinya Lo nggak bakal suka sama gue. Kita lakuin itu hanya untuk kesenangan dan keuntungan bersama, jadi jangan pernah pake perasaan di dalamnya! Lo ngerti, kan maksud gue?"
Richard mengangguk lemah, Amanda pasti bermaksud ingin menjadikan dia sebagai pelariannya karena masih patah hati dengan cowoknya dulu, pikirnya.
"Bagus. Kalo gitu gue pergi dulu nanti gue telpon Lo kalo gue butuh, dan Lo harus selalu siap kapanpun gue hubungin Lo!" sambungnya meninggalkan restoran tempat mereka berjanji temu siang ini.
Richard hanya bisa memandang Amanda yang semakin menjauh darinya hingga menghilang dibalik pintu restoran. Kenapa malah jadi aneh begini? Ini dia yang untung atau malah gue yang rugi?
Wanita berparas cantik dengan hidung mancung dan bibirnya yang tipis itu, menangis tersedu begitu masuk ke dalam mobil.
Dia tidak menyangka kalau dirinya akan semurahan ini, hanya demi untuk membalaskan semua rasa sakit yang dia rasa.
"Lo yang bikin gue hancur begini, Ar...." ujarnya menumpahkan rasa sesak di dalam sana.
...*****************...
"Surprise....!"
Suara teriakan dari dalam butik milik Amanda mengagetkan wanita dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis di dalam mobil tadi.
Pegawai butiknya mengadakan kejutan kecil-kecilan untuk merayakan hari pertunangan dia dan Richard kemarin.
Padahal Amanda sengaja tidak mengundang satupun teman-temannya terutama pegawai dia disini, karena tidak mau mengulang kejadian waktu lalu lagi bersama mantan pacar sekaligus tunangan pertamanya.
"Selamat yah Miss...." ujar semua pegawainya hampir bersamaan.
"Terima kasih ... kalian seharusnya tidak perlu melakukan ini untukku" sahut Amanda berbicara formal.
"Kami ikut senang untukmu Miss ... semoga Miss selalu bahagia bersama Mister Richard."
Amanda mengernyit. "Kalian tahu dari mana kalau aku bertunangan dengan beliau?"
"Jadi Miss tidak tahu?" ujar salah satu pegawainya.
Amanda menggeleng. "Coba Miss lihat ini...." ujarnya memberikan tab ke tangan bosnya.
Berita tentang pertunangan dia dan Richard sedang diputar disana, bahkan foto-foto mereka kemarin yang sempat di abadikan Tari ibu Richard, ikut terpampang nyata dilayar.
Dia lupa kalau Tari sempat berkata kalau berita bahagia anak laki-lakinya itu, akan dia sebar di media nanti. Dan itu terbukti dari berita yang langsung viral hari ini.
"Nama Miss dan Mister Richard langsung berada di daftar paling atas pencarian Twitter dan Instagram loh...." ujarnya masih menunjukkan temuan-temuan dia didunia maya.
Amanda hanya bisa menghembuskan nafas panjang, inilah salah satu konsekuensi yang harus dia dapatkan sejak mengiyakan pertunangan terpaksanya bersama Richard.
Keluarga hebat seperti mereka dengan kepunyaan yang tidak sedikit, selalu menjadi incaran awak media.
Ditambah lagi dengan Amanda yang seorang desainer terkenal di negara ini, membuat berita yang disiarkan semakin heboh adanya.
"Miss ... di depan ada wartawan yang sedang berkumpul ingin bertemu denganmu Miss," ujar pegawai lainnya tergopoh-gopoh mendekati Amanda.
"Suruh security kita mengawasinya. Aku tidak punya waktu untuk mengurus itu semua!" sahutnya dingin dan mengembalikan tab ke tangan pegawai tadi.
"Ayo kembali bekerja, pesanan kita pasti akan semakin banyak setelah ini!" sambung Amanda percaya diri.
Meski kehidupan pribadinya pasti akan selalu disorot mulai sekarang, tapi ini juga mendatangkan keuntungan bagi butik miliknya. Dan itu terbukti dari dering telpon kantor yang tidak berhenti sejak tadi, dan membuat pegawainya disana sedikit kewalahan.
"Astaga ... gue hampir aja nggak bisa masuk butik Lo, Manda. Banyak banget itu wartawan di luar sana! Lo nggak nyapa mereka?"
"Ngapain? Buang-buang waktu aja. Mending gue duduk disini dan liatin perkembangan pesanan butik yang membludak."
"Wuih ... sombong! Mentang-mentang udah mau jadi calon nyonya Klose sekarang," goda Monik yang baru tiba di butik milik rekan bisnisnya ini.
Monik memang selalu datang ke butik Amanda setiap hari untuk menyortir langsung bahan kain yang di order sang desainer.
Monik adalah salah satu supplier kain yang bekerja sama dengan butik Amanda. Karena sering bertemu, mereka pun menjadi dekat sampai sekarang.
"Tapi, Lo kok nggak ngundang gue sih kemarin Manda?"
"Sengaja. Gue nggak mau nanti Lo dicari-cari media, kalo Lo ikut hadir disana. Nyokapnya Richard pasti ikut fotoin elo juga nanti."
"Hah? Jadi foto-foto kalian di berita itu, hasil jepretannya nyonya Tari?" Amanda mengangguk. "Wah ... hebat juga yah tangannya, udah kayak fotografer handal tau gak. Bagus semua foto-foto kalian kemarin, gue udah liat semuanya."
"Lo liat dimana?"
"Banyak, berita Lo semua di TV sama di internet. Bahkan di Billboard aja ada gambar pertunangan Lo sama Richard."
"What?" kaget Amanda tidak percaya. "Lo serius?"
"Iya Manda ... serius gue. Noh, Lo liat noh ... gue sempet foto tadi."
Amanda mengambil ponsel Monik dan melihat ada sekitar lima billboard yang berbeda, dan terpampang foto dia dan Richard kemarin.
Bahkan wajahnya saja disana terlihat sangat terpaksa saat diminta Tari untuk tersenyum, saling bergandengan dengan Richard semalam. Ah ... dasar tante-tante rempong! Kesalnya dalam hati.
"Itu baru yang gue lewati tadi di jalan menuju kesini Manda, nggak tau yah sama yang dijalan lain. Mungkin ada sekitar lima puluhan lagi kayaknya...."
Amanda meletakkan ponsel Monik di meja dan memijit pelipisnya yang seketika berdenyut.
"Lo sekarang makin terkenal yang pasti," sambung Monik masih asik berghibah membanggakan temannya yang seketika menjadi artis dalam satu malam.
"Udahlah, nggak usah ngomongin itu lagi! Males gue, nggak penting. Mending kita omongin bisnis aja, mana bahan yang gue minta?" sahut Amanda mencoba mengalihkan pembicaraan mereka berdua.
Udah cukup dia mendengar berita yang sengaja diheboh-hebohkan oleh istri pengusaha itu, dia pasti sedang asik menunjukkan ke teman-teman sosialitanya tentang berita ini.
Sepertinya Amanda harus terbiasa dengan sikap calon mertuanya itu nantinya. Apa? Calon mertua? Amit-amit ... jangan sampe astaga!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Zaitun
sombong bgt manda biasa cowok begitu
2022-07-18
1
putia salim
mngkaknya manda,kalo menjalin hubungan sm pria jngan cinta 100% atu 50%, ,cuku 20%aja
tau knp,krna kalau km dihianati atau ditinggalin g sakit hati bgt,move one nya jg cpet
2022-07-16
0
Ella She Shephen
itu si bukan syarat... emang Richard jg mao...
2022-07-06
0