"Chad, kok jadi gini sih? Mana ada orang pura-pura tunangan malah jadi nikah beneran. Lo juga, dari tadi diem aja pas nyokap Lo ngomong begitu!"
"Ya gue harus gimana, masa gue bilang kalo kita cuma boongan. Nanti deh kita pikirin langkah selanjutnya kayak gimana, otak gue masih bleng. Masih kaget dengan omongan mommy tadi!"
"Ini semua tuh gara-gara elo tau nggak!" sentak Amanda menunjuk wajah Richard.
"Kenapa jadi gue sih!" sahutnya menepis tangan Amanda.
"Ya iya, kalo dari awal Lo udah jujur sama mereka. Kita pasti nggak bakal jadi ribet begini! Kesel gue sama Lo!"
"Ya udah, udah lewat juga, kan. Mending kita mikir gimana nanti. Nggak usah salah-salahin orang lagi."
"Terserah, Lo yang mikir kayak gimana. Kalo Lo nggak bisa ngasih solusi yang bagus, gue bakal ngomong yang sebenarnya ke mereka!"
"Loh ... kok gitu sih Manda," tahan Richard sebelum Amanda turun dari mobil. "Kita sama-sama mikir dong gimana nanti, kenapa malah jadi dilimpahin ke gue."
"Karena elo yang duluan bikin drama basi begini! Lepasin tangan Lo!" sentak Amanda kesal.
"Nggak!"
"Lepasin nggak!"
"Enggak!"
Amanda menarik tangannya ke dekat mulut, dan menggigit punggung tangan Richard yang masih menempel padanya.
"Aaaa...." teriak Richard melepaskan genggamannya. "Lo udah kayak an*jing main gigit-gigit aja Manda!" sambungnya mengusap kulit tangannya yang mulai bengkak.
"Bodo!"
Amanda keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumahnya, tanpa mempedulikan Richard yang memanggilnya.
Pria keturunan Jerman itu mengantarkannya pulang tidak lama setelah Tari pergi dari butik.
Kesal dengan kejadian hari ini membuat Amanda memutuskan kembali kerumahnya lebih awal.
Masih syok dengan kedatangan mantan calon suaminya tadi bersama kekasih barunya yang akan menikah. Amanda juga harus menghadapi ibu Richard yang dengan seenaknya meminta mereka menikah dalam waktu tiga bulan ke depan.
"Kok pulangnya cepet banget, Manda?" tanya Amel kaget melihat Amanda duduk di ruang tamu.
"Capek Ma ... kangen rumah sama Mama," rengek Amanda minta di peluk.
"Kamu tuh yah, udah mau nikah ... masih aja manja-manja gini sama mama."
Hadeh ... nikah lagi nikah lagi, gumam Amanda muak. Seharian ini hanya satu kata itu yang dia dengar sejak tadi.
"Gimana sama kerjaan kamu?"
"Lancar Ma...."
"Trus hubungan kamu sama Richard gimana?"
"Biasa aja."
Amel mengernyit. "Kok jawabannya biasa aja?"
"Eh, maksud Manda ... baik-baik aja Ma." sahut Amanda merutuki mulutnya sendiri.
"Bener?"
"Iya," sahutnya singkat.
"Kamu belum ceritain sama Mama loh tentang Richard. Dimana kalian ketemunya, sama kapan jadiannya ... mama juga pengen tau."
Astaga ... kalo gue ngomong ketemu di ranjang gimana?
"Ketemunya yah biasa aja Ma, sama kayak pasangan yang lain. Kalo jadian ... Manda lupa kapan tepatnya!" sahutnya berbohong.
"Masa nggak ada cerita yang manis-manis gitu. Dulu aja kamu selalu inget segala hal tentang Ardi, masa sama Richard nggak ada yang diinget sih...."
Ya ampun Ma, jangan deh. Nanti kalo gue cerita, yang ada Mama keburu pingsan dengernya ... gumam Amanda memutar otak mencari alasan yang tepat.
"Manda udah nggak mau inget-inget hal yang nggak penting lagi Ma. Jadi kalo gagal lagi, sakitnya nggak akan terlalu berasa kayak dulu."
"Hush ... jangan ngomong begitu! Nggak baik Manda. Mama yakin kalo Richard itu pria yang tepat untuk kamu. Dia baik dan terlihat lebih tulus dibanding yang dulu. Mama bisa ngerasainnya."
Amanda diam. Sejak awal hubungan dia dengan Ardi, mamanya memang tidak terlalu menyukai pria itu.
Nalurinya sebagai seorang ibu mengatakan kalau Ardi bukan pria yang baik, dan semuanya terbukti. Setelah hampir lima tahun hubungan mereka, Ardi meninggalkannya begitu saja.
Ah, rasa sakit itu bahkan masih sangat terasa di hati Amanda sampai detik ini.
"Tadi Ibu Tari telpon, katanya kalian mau nikah tiga bulan lagi. Bener itu Manda?" sambung Amel melepaskan pelukan mereka.
"Hah? Tante rempong udah ngomong juga sama Mama?"
"Ish, mulut kamu tuh yah. Siapa yang kamu panggil tante rempong?!" gemas Amel mencubit pipi anak perempuannya.
"Sakit Ma...," ringis Amanda.
"Dia calon mertua kamu Manda, nggak boleh begitu ngomongnya!"
"Iya, iya ... maaf."
Amel menggeleng dan duduk menghadap Amanda. "Kamu serius nggak sama Richard?"
"Mama kok nanyanya begitu sih."
"Jawab aja, mama pengen tau!"
Amanda hanya mengangguk masih mengusap pipinya.
"Bukan pelarian, kan?" Amanda menggeleng. "Dengerin mama yah ... kalo Manda nggak yakin dan belum bisa lupain Ardi. Lebih baik jangan terusin hubungan kamu sama Richard. Kasian kalo dia harus terima setengah hati dari kamu. Mama ingin Manda bahagia, bersama Richard ataupun enggak. Mama mau Manda menjalaninya dengan hati yang gembira, tanpa bayangan masa lalu. Kita nggak akan pernah bisa melangkah maju, kalo kita nggak belajar melepaskan yang udah lewat. Manda pantas bahagia, ingat itu. Apapun keputusan Manda, mama akan selalu dukung."
Amanda terenyuh mendengar ucapan mamanya. Kalau saja Amel tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin wanita paruh baya ini akan datang kerumah Ardi dan memaki-maki pria itu.
Amanda tidak menceritakan dengan jelas bagaimana Ardi memutuskan hubungan dengannya, dan bahkan menghina harga dirinya waktu itu.
Cukup dia saja. Iya, cukup hanya dia saja yang tahu bagaimana kejamnya Ardi meninggalkan dia, yang hari ini malah datang ke butiknya untuk memperkenalkan wanita baru yang akan menjadi istrinya kelak.
"Makasih Ma, makasih...." ujarnya kembali memeluk wanita yang mencintainya dengan tulus itu.
.
.
.
.
.
.
.
Follow IG author @adamvanda untuk visual Richard dan Amanda
Terima kasih 🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
putia salim
tu....dengerin kata emak loe manda....kalau ada yg lebih tulus ngapain masih mikirin yg cuma modus😏,buang2 energi aja
2022-07-16
1
Dahlia Dahlan
amanda belagu banget euy . syukur lah richard mau ngajak nikah .
wong richard dapat sisaan doang .
harusnya lebih berbaik2 sama richard . bukannya ketus .
2022-06-01
0
Marsya Learity
mamanya bijak
2022-02-26
0