Keesokan harinya, Ellen melakukan kegiatannya seperti biasa untuk membuang pikiran yang seharusnya dia tidak pikirkan. Tetapi dari raut wajahnya, dia masih tidak bersemangat.
"Kau kenapa Ellen?"Tanya Erick yang saat ini sedang bersamanya di taman.
"Aku? Aku tidak apa-apa kok!"
"Jangan bohong. Maya tadi pagi barusan mengadu padaku bahwa sepertinya suasana hatimu sedang buruk."Ucap Erick.
"Oh ya? Memangnya kelihatan sekali ya?"Tanya Ellen.
"Iya. Jika kau sedang begitu, wajahmu jelek sekali tahu. Mirip kudaku saat tidak mau aku tunggangi."Ucap Erick meledek.
"Ha ha, kau bisa-bisanya menyamaiku yang seperti dewi ini dengan kudamu yang jelek itu?"
"Pfft, dewi katanya? Apa aku salah dengar? Hahahaha!"
"Berisik! Semua orang mengatakan aku mirip dewi yang jatuh dari langit tahu!"
"Hahahaha, aku pikir setelah itu kau akan jatuh ke selokan hahahaha!"
"Kurang ajar! Sini kau!"Ellen begitu kesal dengan ejekan kakaknya. Meskipun begitu, suasana hatinya menjadi sedikit lebih baik.
Akhirnya mereka main kejar-kejaran seperti yang mereka lakukan sewaktu kecil. Mereka berdua jadi bernostalgia.
"Hosh...hosh...cukup main...kejar-kejarannya...hosh...hosh.."Ucap Ellen sudah tidak sanggup mengejar Erick.
"Hah? Masa mengejar aku saja tidak bisa? Bukankah katanya kau seorang wanita sejati?" Erick tidak henti-hentinya meledek adiknya.
"Kakak apa tidak lihat aku sedang pakai gaun?! Aku bahkan sampai lepas sepatu hakku ini! Jika sempat ketahuan ibu, aku pasti akan dimarahi lagi olehnya!"Ucap Ellen kesal.
"Iya iya, aku paham kok. Aku hanya bercanda. Kupikir kau akan tetap kekeh kalau dirimu itu wanita sejati. Aku saja baru dengar. Biasanya kan pria yang disebut sejati."
"Aku memang wanita sejati kok! Bukan pria saja yang dapat gelar itu."
"Iya deh, terserah kau saja."Erick malas berdebat dengannya.
"Oh ya kak, aku semalam belum sempat bertanya pada Maya. Sekarang lebih baik kutanya kakak saja. Bagaimana kencan kakak waktu it--"
"Tuan, Nona, ada kunjungan Pangeran Yohannes bersama Nona Carol."Ucap salah satu pelayan yang mendatangi mereka.
"Oh ya? Kalau begitu kami akan segera kesana untuk menyambutnya. Ellen, ayo ikut aku."Ucap Erick.
"Hah? Kenapa aku juga harus ikut?"
"Sudah, ikut saja! Kau lupa dengan yang kukatakan kemarin malam itu? Aku sebenarnya juga belum berani menatap Nona Carol!"Erick langsung berwajah pucat.
Duh, kenapa mereka harus datang di waktu yang tidak tepat?
"Ya sudah, ayo!"Ellen akhirnya setuju dan menarik lengan Erick untuk menemui Yohannes dan Carol.
Setibanya disana, kedua tamu itu sudah duduk rapi di sofa dan tersenyum melihat kemunculan kedua kakak adik itu.
"Yang mulia Pangeran Yohannes dan Nona Carol selamat datang kembali ke kastil kami."Salam Ellen. Erick juga ikut salam.
"Bagaimana kabarmu Nona Ellen? Kau baik-baik saja kan?"Tanya Yohannes terlihat mengkhawatirkannya.
"Eh, saya baik-baik saja Pangeran. Terima kasih anda sudah bertanya. Bagaimana dengan anda dan juga Nona Carol?"Balas Ellen.
"Saya baik Nona."Jawab Yohannes.
"Saya juga baik Nona."Jawab Carol.
"Kami kemari karena pekerjaan kami sudah selesai. Kami merasa bosan, jadi kami pergi main kesini. Maaf jika merepotkan kalian, hehe."Ucap Pangeran Yohannes.
Kalian berdua bercanda ya? Rumah yang kalian tinggali itu jauh lebih besar daripada kastil kami tahu! Bisa-bisanya mereka bilang bosan??
"Ah, sama sekali tidak merepotkan kok Pangeran. Kami malah merasa senang karena yang mulia Pangeran dan Nona Carol betah mengunjungi kastil kami yang kecil ini."Ucap Erick.
"Bagaimana kabarmu sendiri Tuan Erick?"Tanya Carol.
"Saya...juga baik Nona Carol."Erick berusaha tidak gugup tapi groginya tetap tidak bisa disembunyikan. Matanya bahkan tidak berani menatap Carol.
Carol tentunya merasa tersinggung. Belum lagi dia masih mengingat kejadian pesta malam itu, Erick sudah berani mempermalukannya meskipun dia sudah meminta maaf.
Ellen kesal melihat tingkah kakaknya yang mudah grogi. Tapi terkadang dia merasa kasihan, karena pasti sulit sekali untuk menghilangkan perasaan grogi itu.
"Oh ya, kami selain ingin bermain kesini, juga ingin mengucapkan selamat atas pertunangan Anda dengan yang mulia Raja, Nona Ellen."Ucap Carol.
"Ah...iya, terima kasih Nona Carol."Balas Ellen.
"Saya dengar, Yang mulia Raja hari ini sedang pergi berperang ya Nona Ellen?"Tanya lagi Carol.
"Iya. Beliau hari ini pergi berperang ke negara selatan."
"Negara Selatan? Wah, pantas saja. Negara itu kan selalu membuat masalah. Saya yakin Yang mulia Raja akan segera menghabisi negara kecil itu dalam sekejap. Itu tidak akan sebanding dengan negara yang mulia Raja Aldrich pimpin selama dua tahun ini."Ucap Carol.
"Memangnya negara selatan telah membuat masalah apa?"Tanya Erick penasaran.
"Yah, biasalah politik. Hanya mereka yang tahu."
"Ah, saya juga dengar bahwa Raja itu terkenal sadis dan kejam kan? Orang-orang bilang bahwa Raja sudah sering membunuh banyak orang, bahkan menyiksa perlahan sampai mati. Lalu katanya Sang Raja juga suka main perempuan."Sambung Carol.
"Ya, saya tahu jika yang mulia Raja itu sangat ahli memimpin negaranya, tapi tidak ada yang tahu kan dia bisa saja melakukan hal kotor demi kemenangannya."Lanjut Carol lagi.
"Hei, hati-hati kalau sedang berbicara! Kau tidak takut dipenggal kepalamu karena sudah berbicara buruk di belakang Raja?"Ucap Yohannes memperingati.
"Tidak akan ada yang dengar kecuali kita berempat. Lagipula yang mulia Raja kan sedang ada di negara lain. Aku hanya bicara kenyataan."Ucap Carol.
Ellen diam saja. Dia membenarkan ucapan Carol. Di novel memang si Raja digambarkan sangat kejam. Bahkan dia membunuh pelayannya sendiri karena kesalahan sepele.
Ellen jadi teringat si tokoh utama yang saat itu tidak diperhatikan oleh sang Raja sama sekali. Sang Raja tidak mencintai si tokoh utama dan dikatakan suka main perempuan. Bahkan dia rela meminang salah satu gadis menjadi selirnya untuk kepuasan pribadi. gadis itulah yang akan menjadi musuhnya.
Si tokoh utama sering di hina dan tidak ada satupun anggota keluarga kerajaan menyukai si tokoh utama. Dia hanya jadi bahan bullyan bahkan selir Raja saja berani menghinanya.
Kira-kira kenapa si penulis membuat cerita seperti ini? Aku sempat menyesal ingin masuk ke dalam cerita ini. Jika aku memilih bunuh diri, aku akan menganggap diriku manusia yang pengecut. Yah, tapi judulnya saja Permaisuri yang Malang. Memang malangnya nasibku ini, haah...
"Nona Ellen, jangan pikirkan apa yang diucapkan Nona Carol. Dia hanya mendengar apa yang orang-orang katakan. Jangan percaya apa yang orang-orang katakan."Ucap Yohannes melihat raut Ellen yang muram.
"Eh? Tidak kok Pangeran. Saya tidak apa."Balas Ellen.
Malamnya setelah kedua tamu itu pulang, Erick mendatangi Ellen. "Ellen, bisa kita bicara?"Tanya Erick.
"Aku kan tidak bisu. Bicara saja!"Jawab Ellen.
"Haah. Kenapa kau tidak suka bertunangan dengan yang mulia Raja?"
"Aku...tidak suka karena beliau orang yang menakutkan."Jawab Ellen.
"Yah, itu memang benar sih. Tapi mau bagaimana lagi. Kau tidak mungkin bisa menolak pernikahanmu yang sebentar lagi akan dilaksanakan."
"Kak, aku tadinya tidak ingin menunjukkan sikap lemahku. Aku...takut...bagaimana jika aku disiksa olehnya setelah kami bersama...?"Ellen tiba-tiba menangis. Dia tidak bisa menahan perasaannya lagi dan itu benar-benar membuat Erick ikut sakit melihatnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Bzaa
semangat Ellen... semoga cm rumor💪💪
2021-11-22
4
WD
aku ga trllu suka ma sikap yang emak nya Ellin....trllu sadis
2021-08-13
16