Ellen sampai terduduk merasakan perih di daerah kewanitaannya. Dia meringis berusaha menahan sakit dan dia melihat seluruh badannya bekas gigitan suaminya yang tidak punya perasaan.
Ck, percuma aku latihan bela diri selama bertahun-tahun.
Tiba-tiba Aldrich ikut masuk ke dalam kamar mandi dan itu membuat Ellen semakin meringkuk terkejut.
Sialan, lagi-lagi dia telanjang di depan mataku! Mau apa dia datang kemari?
Aldrich melihat Ellen yang terduduk. Ekspresinya tetap datar namun dia mendekati istrinya itu.
"Ya...yang mulia...saya mohon...jangan lakukan lagi...rasanya masih sakit..."Ucap Ellen memohon dengan nada bergetar.
"Aah!"Ellen terkejut karena Aldrich menggendong tubuh mungilnya. Dia membawa gadis itu ke dalam bak dan mendudukkannya.
Kemudian dia memutar keran air agar baknya terisi. Setelah itu dia ikut masuk ke dalam bak duduk membelakangi Ellen. "Gosok punggungku."
Eh?
Ellen pun menurut saja dan menggosok punggung Aldrich. Ellen tidak sengaja melihat ada bekas luka sayatan di punggung suaminya. Dia tanpa sadar menyentuh luka itu.
"Sekarang gosok rambutku!"Ucap Aldrich tiba-tiba dan Ellen dengan cepat langsung melakukan perintahnya.
Hanya ada keheningan selama di dalam kamar mandi itu dan itu membuat Ellen canggung sendiri.
Akhirnya mereka mandi bersama dan itu sungguh membuat Ellen terbodoh karena dia tidak melihat sikap Rajanya sesuai dengan yang di novel.
Ini sangat aneh! Bukankah dia seharusnya tidak meniduriku? Kenapa sekarang kami malah mandi bersama?! Siapa sih yang mengubah ceritanya?!
Untungnya hanya mandi dan Aldrich tidak meminta lagi untuk melakukannya dengan istrinya. Ellen benar-benar bersyukur karena nyawanya selamat kali ini.
Selesai mandi, Aldrich berdiri dan Ellen reflek memejamkan matanya belum berani melihat.
"Kau bisa berdiri?"Tanya Aldrich.
Eh? Apa...dia mengkhawatirkanku?
"Saya...bisa Yang mulia..."Ucap Ellen dan saat mau bangkit kakinya langsung gemetaran.
Aduh, kenapa sakitnya tidak hilang-hilang sih!
Aldrich sempat menunggu istrinya itu berdiri tapi tampaknya Ellen kesulitan untuk berjalan. Aldrich menghela napas tidak sabaran dan pada akhirnya dia menggendong istrinya itu lagi.
Ellen merasa sangat malu sampai dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aldrich mendudukkan Ellen di kursi kemudian melemparkan jubah mandi ke arah Ellen.
"Aku akan panggil pelayan untuk mengurusmu. "Ucap Aldrich.
Ellen mengangguk dan dia segera memakai jubah mandi yang diberikan Aldrich. Aldrich pun keluar mengenakan jubah mandinya. Beberapa menit kemudian 2 orang pelayan masuk untuk mendandani Ellen dan memberikan obat untuk Ellen agar tidak merasakan sakit lagi. Ellen benar-benar malu karena Sang Raja yang pasti menyuruh para pelayannya.
Saat Ellen keluar dari kamar mandi, dia tidak melihat suaminya lagi. Dia pikir pasti sang Raja sudah pergi duluan. Beberapa menit kemudian, Ellen sudah siap dan dia pun keluar dari kamarnya berjalan sedikit lambat sambil ditemani dua orang pelayannya.
Dia berjalan ke bawah untuk menghadiri sarapan bersama keluarga di ruang makan. Sesampainya, Ellen terbelalak karena semua orang telah berkumpul di meja makan.
"Selamat pagi Yang mulia baginda Ratu."Sapa Ellen ramah kepada Ratu Irene yang ikut duduk di kursi makan.
Sang Ratu hanya mengangguk. Dia tidak menanyakan apapun menyangkut keterlambatan Sang menantu. Dia tahu jika putranya telah melakukannya. Terlihat jika Ellen kesulitan berjalan meskipun Ellen masih bisa menyembunyikannya.
Ellen mencari kursi kosong yang akan didudukinya. Hanya ada satu kursi kosong tersisa di samping tempat Aldrich duduk. Ellen pun duduk di kursi itu tepat disebelah Sang Raja.
Katherine yang ikut sarapan melihat sinis ke arah Ellen. Ellen menyadarinya tapi dia tetap cuek dan tentu saja itu membuat Katherine semakin kepanasan.
Mereka sarapan bersama tanpa ada yang saling bicara sampai ada seorang kepala pelayan menghampiri Katherine.
"Tuan putri, ada tamu yang sedang menunggu anda."
"Oh, dia sudah datang? Kalau begitu panggil saja kemari!"Ucap Katherine tiba-tiba senang. Dia pun melirik Ellen yang masih sarapan tersenyum sinis dan itu membuat Ellen heran.
"Baik Tuan putri, saya akan memanggilnya."Ucap kepala pelayan itu kemudian pergi.
"Siapa yang datang Kath?"Tanya Ratu Irene.
"Kak Anna! Aku yang mengundangnya kemari. Dia juga mengatakan kalau dia rindu kepada kak Rich!"
Rich? Jadi dia juga punya nama panggilan?
"Oh, baguslah. Ibu juga rindu kepadanya."Ucap Ratu Irene ikut senang.
Kayaknya bakal ada orang ketiga nih.
Ellen sudah tahu jika kedua anak ibu itu pasti telah merencanakan sesuatu. Tak lama muncullah seorang gadis yang seusia dengan Aldrich. Dia seorang gadis yang tampak dewasa. Rambutnya berwarna merah muda, bola matanya berwarna emas dan dia memakai gaun ngepas yang menunjukkan kemolekan tubuhnya.
"Halo yang mulia Ratu! Tuan putri Kath! Selamat pagi!"Ucap Anna dengan ceria.
"Kak Anna! Akhirnya kakak datang! Kakak tahu, aku sangat merindukan kakak!"Ucap Kath dengan manja sambil memeluk Anna dengan manja.
"Haha, Saya juga sangat rindu dengan Tuan Putri Kath dan Yang mulia Raja..."Ucap Anna dengan senyum malu-malu menatap wajah Raja Aldrich yang sedang makan. Aldrich tidak mempedulikan tatapan gadis yang ingin menyapanya itu. Ellen tetap berusaha memasang senyuman meskipun orang-orang seperti menganggapnya tidak ada.
Tetapi dalam hati Ellen tersenyum merendahkan. Dia mengenal gadis itu. Anna adalah seorang wanita yang akan jadi saingannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Lihat, bahkan dia tidak lebih cantik dan kuat dariku. Dia hanya memakai cara murahan. Dasar perempuan rendahan.
"Bagaimana kabarmu nak?"Tanya Ratu Irene ramah.
"Saya sangat baik yang mulia baginda Ratu. Bagaimana dengan kabar anda?"Tanya balik Anna.
"Saya dan semuanya cukup baik. Sering-seringlah main kesini."Ucap Ratu Irene ramah.
"Tentu saja yang mulia baginda Ratu, dengan senang hati."
"Oh, saya lupa menyapa yang mulia permaisuri! Senang bertemu dengan Anda yang mulia."Salam Anna tersenyum ramah pada Ellen. Tampaknya dia memang sengaja melakukannya.
"Senang bertemu denganmu juga Nona Anna. Bisakah kau memperkenalkan dirimu?"Tanya Ellen.
"Kau tidak tahu siapa kakak Anna?"Sambung Kath dengan sombongnya.
"Iya saya tidak tahu putri, makanya saya bertanya."
"Hei dengar ya, dia itu--!"
"Sudahlah tuan putri, tidak apa-apa. Biar saya saja yang memperkenalkan diri."Ucap Anna.
"Perkenalkan, nama saya Anna Fernandez, seorang putri Duke dari Fernandez."
"Oh begitu."Ucap Ellen biasa saja menanggapi Anna yang ternyata juga dari keluarga Duke. Tapi dia pernah dengar jika kastil Fernandez memiliki kekayaan yang cukup besar. Mungkin itulah yang membuatnya sedikit merasa percaya diri.
"Kak Anna sudah mengenal kak Rich sejak kecil. Mereka bahkan sudah dekat sebelum aku lahir!"Ucap Kath masih membanggakan Anna.
"Ellen."Panggil Aldrich tiba-tiba ke istrinya hingga semua orang kaget termasuk Ellen.
Tadi dia memanggil namaku...?
"Ya yang mulia?"Sahut Ellen.
"Ikut aku."Ucap Aldrich kemudian beranjak dari kursinya. Ellen pun ikut beranjak dari tempat duduknya.
"Baik yang Mulia. Yang mulia baginda Ratu, Tuan putri dan Nona Anna, saya pamit duluan. Permisi..." ucap Ellen sambil tersenyum lalu mengikuti jalan suaminya.
Seketika ketiga wanita itu langsung melongo.
Bersambung. (Terima kasih yg sudah baca. Jangan lupa tekan tombol like 👍)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Oi Min
Aldrich g mngkin peduli ma wanita lain kan tor???
2022-03-11
0
Bzaa
semoga sang raja bs makin bucin sama Ellen
2021-11-22
3
Risma
bau-bau pelakor mulai tercium...😤😤😤
2021-10-14
2