Viona tetap diam. Dia sungguh bingung dengan sikap Ellen yang selalu baik dengannya. Padahal dia sadar bahwa dia sudah sering bersikap kasar kepada Ellen.
"Aku tetap tidak mengerti...apa rencanamu? Aku yakin kau berpura-pura bersikap baik karena ingin balas dendam kan?"Viona masih belum percaya.
"Saya tidak pernah punya pikiran seperti itu Nona. Meskipun saya tahu sikap Anda selalu tidak sopan kepada saya, saya mengerti kalau Nona sebenarnya hanya kurang kasih sayang. Saya tahu Anda sebenarnya adalah orang baik dan tidak bermaksud untuk mencelakai ibu Anda. Saya tahu, Anda sebenarnya sangat menyesali perbuatan Anda."
Seketika Viona meneteskan air matanya. Dia bahkan tidak sadar jika air matanya sudah tumpah.
"Kenapa...kau bisa tahu apa yang kurasakan? Keluargaku bahkan tidak ada yang peduli akan perasaanku."Ucap Viona dengan terisak.
"Saya tahu karena saya bisa merasakannya Nona."
"Kau tidak salah mau berteman dengan orang seperti aku? Aku ini seorang pembunuh! Kau tidak takut denganku?"
Ellen hanya menggeleng. Dia kemudian memeluk Viona untuk menenangkannya.
"Saya benar-benar ingin menjadi teman Anda bukan karena mengasihani Anda."
"Tapi kau sudah terlambat Ellen. Cepat atau lambat orang-orang akan mengetahui bahwa akulah yang membunuh ibuku. Kita tidak mungkin bisa berteman."Ucap Viona putus asa.
"Tidak Nona Viona. Saya bisa membawa Anda pergi dari sini."Jawab Ellen sudah mulai membuat rencana.
"Kemana? Kau jangan membuat ulah Ellen!"Ucap Viona merasa jika Ellen adalah seorang gadis yang nekat.
"Sudah saya bilang jika kita punya kemiripan Nona. Buktinya kita berdua memiliki niat yang sungguh nekat. Anda nekat membunuh ibu Anda, sedangkan saya nekat membawa Anda kabur dari sini."
"Jika Anda mau selamat, ikutilah apa yang saya katakan. 5 hari lagi adalah pesta pernikahan saya. Saya harap Anda datang. Setelah itu saya akan membawa Anda ke suatu tempat yang tidak akan bisa orang temukan."Ucap Ellen dengan senyuman.
Viona akhirnya pasrah dengan perintah teman barunya."Baiklah, aku akan melakukan perintahmu. Aku...mengandalkanmu."
Ellen tersenyum lebar dan dia memeluk Viona lagi. Dia sangat bahagia karena punya teman baru. Akhirnya musuhnya sendiri bisa menjadi temannya. Padahal di novel sebenarnya Viona adalah pemeran antagonis. Tapi dia bisa berubah hanya karena seseorang dapat mengerti dirinya.
****
Di hari yang dinanti-nanti seluruh negeri, akhirnya acara upacara pernikahan dilaksanakan.
"Putriku...kamu sungguh cantik!"Ucap Nyonya Ziane dengan mata berkaca-kaca merasa terharu.
Ellen hanya tersenyum. Kali ini entah kenapa dia tidak merasa takut lagi walau masih gugup. Dia memakai gaun pengantin berwarna putih dengan tudung dan mahkota. Semua orang yang memandang begitu kagum. Tidak lupa juga Aldrich yang memakai tuxedo berwarna hitam, sesuai dengan pembawaannya yang dingin. Meskipun begitu, dirinya malah semakin gagah.
Ellen berjalan sambil diiringi oleh sang ayah. Ellen memandang calon suaminya yang sudah berdiri di hadapannya. Dia kaget melihat ada ukiran senyum di wajah calon suaminya.
Tanpa sadar Ellen terpesona dengan senyuman Aldrich yang terlihat begitu manis dan tulus.
Ellen pun segera mengerjap-ngerjapkan matanya menyadarkan dirinya ke realita.
Apa yang kupikirkan?! Ingat! Dia adalah Raja Aldrich yang kejam!
Upacara pernikahan itu pun berlangsung dengan perjanjian suci. Ellen tidak menyangka bahwa sang Raja mengucapkan janji sucinya dengan begitu lancar. Ellen untungnya juga lancar saat mengucapkannya karena dia sudah menghapalnya mati-matian.
Setelah itu mereka berdua saling menyematkan cincin kawin di jari manis masing-masing. Sesi terakhir adalah ciuman.
Jantung Ellen berdegup sangat kencang saat Aldrich memajukan wajahnya ke arah gadis yang masih polos itu. Dia kemudian menunduk karena tubuhnya lumayan tinggi. Ellen sampai memejamkan mata karena tidak sanggup melakukan adegan yang sungguh menjijikan baginya.
Cup! Aldrich sudah menempelkan bibirnya di bibir Ellen dan dia memegang tengkuk Ellen agar ciuman mereka terasa lebih dalam.
Semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan sangat keras dan mereka semua bersorak. Mereka mengucapkan selamat atas pernikahan Yang mulia Raja Aldrich dan juga Yang mulia Permaisuri Ellenavier.
Setelah selesai, mereka berdua saling meminta restu kepada orang tua mereka secara bergantian. Keluarga belah pihak Ellen lebih merasa sedih dan kehilangan, sebab putri cantik satu-satu mereka akan pergi.
"Ibu, terima kasih karena telah merawatku dengan baik sampai sekarang. Terima kasih sudah mengajari dan menuntunku untuk menjadi yang lebih baik."Ucap Ellen.
Nyonya Ziane tidak bisa menghentikan air matanya yang jatuh. "Iya sayang, ibu juga berterima kasih padamu karena sudah menjadi putri yang baik budi dan tidak pernah melawan. Semoga kamu bahagia."Ucap ibunya sambil mengecup kening putrinya.
"Ayah, terima kasih karena sudah menjadi pelindung dan pahlawan yang hebat. Ayah sudah menjadi sandaran terbaikku dan ayah selalu memberikan kata-kata semangat untukku."Ucap Ellen.
"iya, Ayah juga nak. Ayah harap kamu bahagia..."Ucap Tuan Duke singkat karena dia tidak sanggup melihat putrinya yang akan berpisah dengannya.
"Kak Erick, terima kasih karena sudah menjadi sandaranku yang kedua. Kakak juga sudah mengajarkanku tentang banyak hal agar aku bisa menghadapinya dengan berani. Semoga kakak bisa segera mendapatkan jodoh kakak yang terbaik dan bahagia."Ucap Ellen.
"Iya Ellen. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku berharap kau yang baik-baik saja dan suamimu bisa memperlakukanmu dengan baik. Nasihat terakhir, jangan mudah menyerah."Ucap Erick.
"Haha, tentu saja kak."
Selesai meminta restu kepada keluarga, Ellen teringat akan Viona. Dia sudah berjanji akan membawa Viona kabur bersamanya.
Dia pun melihat Viona yang ikut hadir ke pesta pernikahannya sesuai janjinya dan dia melambaikan tangannya saat mata mereka bertemu.
Ellen menelan salivanya untuk meminta tolong kepada Aldrich yang kini sudah menjadi suaminya itu.
"Yang mulia...bisakah...saya meminta tolong kepada Anda?"Ucap Ellen pelan.
"Katakan."Ucap Aldrich singkat.
"Itu, saya berencana membawa teman saya untuk kabur sejauh mungkin, dan tidak mudah ditemukan orang lain. Saya ingin menyelamatkannya supaya dia tidak dihukum mati Yang mulia."
"Apa kesalahannya?"Tanya Aldrich.
"Nanti...akan saya jelaskan Yang mulia. Saya minta maaf karena tidak bisa mengatakannya saat ini.
Aldrich tersenyum samar seolah dia sudah memikirkan sesuatu terhadap istrinya itu. Tak lama Aldrich memanggil salah satu anak buahnya dan membisikkan sesuatu yang bahkan Ellen tidak dapat mendengarnya.
Kenapa harus bisik-bisik segala?
Anak buah sang Raja itu mengangguk setelah mendengar perintah dan dia bergegas mendatangi Viona yang masih berada disana.
Ellen tadinya ingin melihat kepergian Viona, sayangnya dia tidak sempat melihatnya karena mereka harus segera kembali ke istana untuk upacara penobatan Ellen menjadi seorang Permaisuri.
Pasutri baru itu duduk berhadapan di dalam kereta kuda namun tidak ada yang membuka suara. Ellen merasakan matanya yang berat dan tanpa sadar dia pun tertidur.
****
"Ellen, bangunlah. Kita sudah sampai."Panggil Aldrich sambil menggoyangkan bahu Ellen pelan.
"Huh? Dimana...?"Ellen membuka matanya sedikit untuk mengumpulkan nyawanya.
Aldrich turun dari kereta kuda lebih dulu. Ellen segera membuka matanya lebar karena dia baru sadar jika mereka sudah sampai di istana.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
pyaoliang
waaah niat gak bagus tuh. yg namanya penjahat mah musti di adili dan di hukum.
2021-11-28
1
Bzaa
selamat ya Ellen semoga sang raja bs di taklukan
2021-11-22
3
Risma
menarik cerita na...
2021-10-14
2