Tok, tok, tok!"Kak! Bisa kita bicara sebentar? Ini darurat!"Ellen mengetok pintu kamar Erick dengan keras sehingga si pemilik kamar begitu terganggu. Padahal tadi niatnya dia sudah mau tidur.
Cklek, Erick membuka pintunya. Dia sudah memakai piyamanya dan terlihat sekali kedua matanya bergelanggang kurang tidur.
"Kau mau apa lagi? Apa kau belum cukup lelah seharian ini? Apa perlu kita berlari mengelilingi kastil ini supaya kau tidak menggangguku lagi?!"
Ellen seketika terdiam merasa bersalah. Tapi dia tidak punya ide lagi untuk membuat pelayan kesayangannya bahagia dan juga ingin mengubah takdir kakaknya.
"Maaf kak. Tapi ini sangat penting. Bisakah kita bicara di dalam?"Ucap Ellen dan Erick memilih pasrah saat melihat wajah adiknya terlihat murung.
Akhirnya mereka berdua bicara di dalam.
"Hal penting apa yang ingin dibicarakan? Jika kau masih membahas tentang kehidupan asmaraku, lebih baik kutendang kau dari kamar ini."Erick sudah muak tentang kehidupan asmaranya yang tidak pernah berjalan mulus.
"Apa mood kakak sedang buruk? Kupikir tadi kakak berkencan dengan Nona Carol."Ucap Ellen.
"Yah, memang tadi kami sempat berjalan-jalan sebentar. Tapi aku mengacaukannya"Ucap Erick menundukkan kepalanya.
"Memangnya apa yang telah kakak lakukan?"
"Kau pasti tahu dengan sikapku yang bodoh ini. Kau tadi tidak sempat melihat kejadiannya. Aku kalau berjalan berdua dengan seorang wanita pasti akan grogi. Nona Carol tadi tiba-tiba ingin memegang tanganku, tapi aku reflek menolak tangannya. Aku merasa sangat malu seperti orang idiot dan tidak sengaja menyenggolnya jatuh ke rawa yang ada disamping taman."Kata Erick menjelaskan.
"Pfft!"Entah kenapa Ellen merasa lucu mendengar cerita kakaknya.
"Kau menertawaiku?!"
"Tidak kok! Aku bukan menertawakan kakak! Aku malah merasa lucu karena Nona Carol jatuh ke rawa. Entah kenapa aku merasa puas dia jatuh ke dalam rawa."Ucap Ellen dengan senyuman.
"Kau psikopat ya?"Ucap Erick menatap ngeri.
"Jangan bicara sembarangan kalau tidak mau aku bunuh."
"Tuh kan."
"Ah sudah, ini bukan saatnya bercanda! Aku minta tolong kali ini pada kakak besok datang ke taman untuk menemui Maya!"Ucap Ellen memohon.
"Temani siapa katamu?"Tanya Erick terkejut dengan permintaan adiknya yang selalu jadi beban buatnya.
"Temani Maya! Apa belakangan ini telinga kakak sakit? Apa perlu periksa ke dok-"
"Aku tidak tuli! Buat apa aku menemani Maya? Apa kau tidak mendengar penjelasanku tadi? Bagaimana jika aku melakukan kesalahan yang sama kepada Maya?!"
"Tenang kak. Jangan teriak-teriak tengah malam. Tadi Maya sempat mengadu kepadaku bahwa dia memergokimu berjalan berdua bersama Nona Carol. Aku tidak bisa melihat wanita itu sedih! Jadi kubilang padanya bahwa kakak ingin menemuinya besok."Ucap Ellen tanpa merasa bersalah.
"Kau sudah gila?!"Erick begitu gemas dengan pernyataan adiknya yang selalu menyusahkan.
"Kak, aku mohon sekali padamu. Ini juga permintaanku yang terakhir kalinya. Apa kakak tidak mau melakukannya demi aku? Aku...sebentar lagi akan pergi dari sini, iya kan?"Ucap Ellen dengan wajah muram.
"Kau memang suka sekali ya menggunakan cara itu sebagai alasan? Haah, baiklah. Akan kucoba besok untuk menemuinya. Tapi jangan salahkan aku jika aku melakukan hal yang bodoh lagi."Akhirnya Erick setuju meskipun dia terpaksa.
Ellen tiba-tiba memeluk kakaknya merasa sangat senang. "Terima kasih Kak. Aku sayang padamu. Semoga berhasil! Selamat malam!"Ucap Ellen lalu dia pergi menuju kamarnya.
Erick hanya diam dan merasa tersentuh saat adik satu-satunya itu memeluknya setelah sekian lama.
Keesokan harinya sesuai janji, Erick datang ke taman. Sementara Maya merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia berlari menuju kamar Ellen meminta pendapat Nonanya.
"Nona! Saya...saya harus bagaimana? Apa penampilan saya sudah rapi? Saya bingung Nona, saya--!"Maya begitu panik karena ini kencan pertama seumur hidupnya.
"Tenang dulu Maya...kamu sudah rapi dan cantik. Hanya perlu...hm ganti pakaianmu dengan yang lebih cantik! Dan sebaiknya rambutmu ini di gerai!"Ucap Ellen mulai sibuk menata penampilan Maya.
"Tapi...saya tidak punya gaun yang cantik Nona."Maya merasa sedih karena dia tidak punya baju mewah seperti wanita bangsawan pada umumnya.
"Tenang saja Maya. Akan kupinjamkan gaunku. Tunggu sebentar ya."Ucap Ellen segera membuka lemari pakaiannya.
"Tunggu Nona! Jangan! Saya tidak bisa memakai gaun anda!"Maya merasa takut.
Duh, sepertinya aku sudah sangat merepotkan Nona ya?
Ellen tidak menghiraukan ucapan Maya yang sudah komat-kamit. Dia mengeluarkan salah satu gaunnya yang hampir tidak pernah dipakainya. Itu hanyalah gaun sederhana dengan corak warna hijau muda. Dia tidak terlalu suka dengan warna hijau tetapi jika dipakai oleh Maya mungkin akan terlihat manis.
"Nah, ini pakailah gaunku. Jika kau suka, kau boleh mengambilnya."Ucap Ellen menyodorkan gaun itu kepada Maya.
"Tapi Nona, saya tetap tidak bisa memakainya! Ini kan gaun Nona...!"
"Tidak apa Maya. Jangan terlalu sering cemas begitu. Aku tidak terlalu suka gaunnya karena warnanya. Aku pikir jika gaun ini lebih cocok untukmu. Coba pakai dulu biar aku nilai."
Maya pasrah dan segera mengganti pakaiannya dengan gaun itu. Setelah beberapa menit, Maya terlihat sangat anggun dan gaun itu sangat pas di tubuhnya.
"Wah Maya, kau sungguh cantik! Cocok sekali! "Puji Ellen bangga.
"Benarkah Nona? Saya rasa...juga begitu?"Ucap Maya terlihat suka dengan gaunnya.
"Bagus! Sekarang cepatlah temui kakakku. Dia pasti sudah menunggu dari tadi."Seru Ellen mendorong tubuh Maya.
Maya langsung bergegas menuju taman dengan penampilan barunya. Dan benar saja, pria pujaan hatinya sudah menunggu disana.
Maya berjalan perlahan memunculkan dirinya menemui Erick. Erick melihat bayangan yang mendekat ke arahnya dan dia pun melihat kedatangan orang itu.
Erick membulatkan matanya melihat gadis manis dengan balutan gaun berwarna hijau dihadapannya. Rambut lurusnya digerai dan tingkahnya yang malu-malu mendatangi Erick.
"Ah...kamu Maya?"Tanya Erick tidak percaya dengan penampilan Maya yang berubah.
"Iya Tuan. Saya...Maya."Jawab Maya malu-malu.
"Oh, maaf aku hampir tidak mengenalimu karena aku selalu melihatmu yang biasanya..."Ucap Erick canggung.
"Tak apa Tuan. Saya memang selalu memakai baju pelayan karena saya jarang berpergian."
Erick mengangguk paham. Kemudian dia terdiam sejenak memikirkan sebuah rencana sselanjutnya.
"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar?"Ajak Erick.
"Baik Tuan."
Ah, Maya orangnya kaku sekali ya? Aku harus membuatnya tidak merasa aku sebagai tuannya.
Erick dan Maya keluar dengan kereta kuda. Maya tidak menyangka bahwa mereka akan berkencan di luar kastil. Rasanya ini benar-benar pengalaman Maya yang pertama kalinya.
"Kita...mau kemana Tuan?"Tanya Maya masih belum tahu kemana tujuan mereka.
"Kita hanya akan berjalan-jalan ke kota. Mungkin kamu sudah sering kesana untuk berbelanja...tapi aku sudah lama tidak pergi kesana. Jadi...mungkin kita bisa ke tempat yang belum pernah kita kunjungi?"
"Oh baik Tuan! Saya akan mengajak Anda ke berbagai tempat yang belum Anda kunjungi."Ucap Maya tiba-tiba bersemangat.
Erick hanya mengangguk sambil tersenyum.
Kurasa, berkencan dengannya juga tidak terlalu buruk? Saat ini aku belum mengacaukan apapun.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Kania Rahman
😀😀, untungnya kejebur ke rawa coba kalau kejebur ke got,,, sehat selalu
2022-03-28
1
Rx one 01
maaf mau nanya sejak kapan kerajaan tau istilah psikopat menurut saya itu masa modern 🙏🙏😁
2022-02-02
1
Bzaa
semoga saja maya bisa bikin erick gak bertingkat bodoh lgi... 😁
2021-11-22
7