...LIKE DULU DONG!!!!...
...~...
BIBI NAM POV
Seketika tubuhku menegang kala mendengar suara yang sangat familiar di telinga ku, ya itu suara Tuan muda kami.
Dia berteriak keras dan mengatakan kenapa aku masih di kamarnya, ia juga melarang aku untuk menolehkan wajah.
Aku pun menjawab dengan suara bergetar dan keluar dengan suasana hati yang takut serta tubuh yang bergetar hebat.
Dapat aku pastikan jika Tuan dan Nyonya muda tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuh mereka, karena suara bariton itu sangat terdengar menahan amarahnya.
Tanganku bergetar hebat kali mengambil kunci di saku apron yang aku kenakan serta tak lupa menguncinya.
Sungguh pengalaman yang paling aku takutkan ketika Tuan muda mengeluarkan suara baritonnya itu.
Aku berjalan dengan tergopoh-gopoh ingin rasanya sampai didalam paviliun untuk menenangkan hati juga jantungku, fikiranku saat ini tak menentu.
Akhirnya aku sampai di depan pintu paviliun, aku membuka pintu dengan tangan bergetar. Aku langsung saja duduk di meja makan dengan tatapan kosong.
Ku dengar sayup-sayup suara-suara langkah kaki mendekat yang tergesa-gesa.
Ya suara kaki itu milik Ratih juga Fitri, mereka terkejut melihat keadaan aku yang duduk lemas dan pandangan kosong.
suara Ratih juga Fitri terdengar di telingaku mengalihkan atensi ku yang melamun, mereka menanyakan mengapa aku seperti ini.
"Bibi...Bibi kenapa kok Ratih liat tadi pas Bibi masuk kesini muka Bibi lemas juga pucat? Bibi sakit?" Tanya Ratih padaku. Aku hanya menggelengkan kepala.
Fitri juga mengeluarkan suaranya tapi berbeda dengan Ratih ia menawarkan aku minum dan segera mengambilnya.
"Bibi...aku ambiliin air minum hangat ya, tunggu yah Bibi, Mbak Ratih jagain Bibi Nam!"
Ratih hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan, Fitri secepat mungkin berjalan kearah dapur untuk mengambil gelas juga air didalam dispenser dengan air hangat.
...~...
Mbak Fitri pun segera ia berjalan cepat dan hati-hati takut airnya tumpah dan berceceran dan membahayakan orang lain.
Menyodorkan gelas berisi air hangat di hadapan Bibi Nam.
"Bibi ini diminum dulu air hangatnya."
Bibi Nam pun segera meminumnya dengan sebelumnya berdoa terlebih dahulu.
Bibi Nam terlihat haus dengan sekali teguk habis seketika.
"Bibi haus banget yah!" Timpal MbakFitri.
"Ah, iya. Bibi haus banget nih, Fit."
"Kenapa gak ambil minum di dapur rumah utama, Bibi? Tanya Mbak Ratih.
"Kan kamu tau, kita gak bisa lama-lama di rumah utama walau hanya di dapur aja, bisa-bisa Bibi kena marah Tuan, Rat." Ucapan Bibi Nam ada benarnya, terbukti ia sudah terkena marah dari si Tuan tadi di kamar dengan di keluarkan nya suara bariton khas si Tuan mudanya jika sudah amat marah.
"Aku sampai gemetaran gini, apa tadi kata Ratih muka aku sampe pucet, astaga Tuan muda sungguh berubah setelah bertemu Gadis, semoga saja kelak mereka jadi pasangan suami-istri yang sah dan bahagia. Amin." Gumamnya dalam hati.
"Kok Bibi ngelamun sih, Bibi bener gak kenapa-kenapa?" Tanya Mbak Ratih lagi.
"Bener loh, ini Bibi buru-buru mau minum trus tadi hampir jatuh pas nurunin tangga, takut Tuan keburu keluar dari kamar mandi."
Ucapan Bibi Nam tidak sepenuhnya bohong, ia hampir terjatuh dari tangga saat ia turun dengan. tergesa-gesa.
"Apa Bibi hampir jatuh di tangga, mana mana apa ada yang terkilir sini coba Ratih liat, Fitri ayo bantu liat kaki Bibi Nam kamu sebelah kanan aku kiri." Mbak Ratih yang khawatir pun tidak berhenti mengoceh hingga tidak ada tanda koma atau titik bahkan nafasnya tersengal-sengal saat berbicara.
"Udah-udah, gak ada yang sakit juga terkilir, kan tadi Bibi bilang hampir jatuh bukan sudah jatuh. Udah sana kalian lanjutin pekerjaan kalian lagi, Bibi mau istirahat sebentar masih capek dan deg-degan karena hampir jatuh dari tangga."
"Bener nih, gak ada yang sakit atau terkilir. Kalo ada apa-apa panggil aku atau Mbak Ratih yah, Bibi."
"Betul kata Fitri, Bibi kalo ada apa-apa atau minta sesuatu tinggal panggil aku atau Fitri, oke Bibi!"
"Oke-oke, sana kalian lanjut lagi."
"Oke, Bibi." Jawab Mbak Ratih dan Mbak Fitri kompak.
Bibi Nam pun diam di bangku dengan mengatur kembali nafasnya serta fikirannya yang masih takut akan teriakan bariton Tuan mudanya itu.
...~...
Sedangkan disisi lain tepatnya di Bar Rafaeli.
Terlihat Shaybila tengah berjalan memasuki ruang kerja Mamih yang sebelumnya ia telah mengkonfirmasi terlebih dahulu pada Mamih lewat panggilan telpon.
Tok
Tok
Tok
"Masuk aja, Bila. Pintunya gak dikunci, sayang." Jawab Mamih dari dalam ruangannya.
Shaybila pun membuka pintu dan menghampiri Mamih yang tengah duduk di sofa.
"Mamih." Panggilnya dengan duduk di sebelah Mamih.
"Iya, sayang. Ada apa sampai kamu telpon gak biasanya nanya keberadaan Mamih, pasti penting ini masalahnya." Tebak Mamih.
"Mamih cenayang yah, kok tau apa yang ada dalam fikiran Bila." Ucapnya bergelut manja di lengan Mamih.
"Mamih kenal kamu itu bukan tadi sore aja, tapi udah berbulan-bulan. Jadi apa masalahnya, semoga Mamih bisa bantu."
"Gini, Mih. Tapi sebenarnya Bila juga takut." Ucap Shaybila dengan memeluk Mamih dan menenggelamkan kepalanya di perut Mamih.
"Kenapa? katakan saja, kali aja Mamih bisa kasih solusi." Ucap Mamih dengan mengelus rambut Shaybila.
"Bila mau ketemu Gadis juga minta maaf, Gadis mau Mamih cari tau dimana tempat si bos sok misterius itu berinvestor di perusahaan mana. Aku ingin sekali, sekali ini saja bertemu Gadis atau hanya menelpon untuk mendengar suaranya, Bila khawatir sama keadaan Gadis takut dia sakit atau parahnya disiksa habis-habisan sama si bos sok misterius itu, Mih. Mamih ingat kan kejadian dulu, yang membuat gempar bar ini, yang diperbuat si bos sok misterius itu."
"Iya, Mamih akan cari perusahaan mana yang si bos misterius itu berinvestor, Mamih ada salah satu bodyguard yang tidak pernah di liat sama siapa-siapa termasuk kamu, Bila. Mamih masih ingat jelas dan gak akan pernah lupa akan kejadian itu, tapi kita baiknya kubur baik-baik gak usah diingat lagi. Semoga Gadis gak kenapa-kenapa, kamu doain aja hal yang baik untuk Gadis." Jawab Mamih santai walau di hati dan mulut tidak sama.
"Aaaaaah, Mamih bener-bener deh buat aku tambah ngidolaiin Mamih jadi idola aku, Mamih bijak banget kasih solusi ke aku, masa sih Mih, bodyguard Mamih manusia kan bukan hantu."
"Kamu ini ada-ada aja, ya manusia lah. Dia juga makan nasi, kakinya napak ke tanah juga masih punya darah di tubuhnya."
Hahahaha
Suasana pun cair dengan sedikit candaan dari Shaybila dan Mamih.
Shaybila atau Nabila atau Bila, ia menggunakan kata-kata 'aku' pada yang lebih tua darinya dan jika dengan tempat kerjanya ya pakai bahasa kasar seperti 'lu dan gue'.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Zaskia cayang ZayZaenal
sabar sabar
2023-07-10
0
𝑅𝒶𝓇𝒶𝒮𝑒𝓁𝓋𝒾𝓃𝓏𝒶𝒶
sabar bibi
main detektifan ya
semangat kaka up tiap hari
2021-08-11
12