...LIKE DULU DONG!!!!...
...~...
Di tempat lain, tepatnya sebelum kejadian Mamih Veliz di bantu berdiri oleh para cs, Shaybila tengah menenggak minuman berwarna bening dengan sejuta fantasi bagi yang meminumnya.
"Lu kenapa sih, Bil? Dari tadi gua liatin diem terus ngelamun, jangan sampe nih tempe gua di lalerin, hahaha."
"Bangsa*, lu masih aja becanda. Lu belum dapat mangsa, Nin?" Shaybila mengalihkan pembicaraan.
"Bangk*, napa lu gak jawab pertanyaan gua, malah nanya balik!"
" Gua gak kenapa-kenapa, Nin."
"Bokna lu, nji*."
"Sius deh, gua."
"Seriusan ah beg* serius bukan sius, sius sius, aneh lu."
"Oh." Nindia hanya beroh ria saja menanggapi jawaban Shaybila.
Sejenak suasana sunyi tak ada lagi pembicaraan, Nindia tahu kalau Shaybila atau Nabila itu sedang memikirkan sesuatu, tetapi ia tidak mau membaginya kepada orang lain.
"Gua tau kalo lu lagi mikirin sesuatu, semoga yang lu fikirin gak buat lu sedih juga jatuh, gua suka liat lu yang nyablak juga gilanya lu sama gua, Bil." Gumam Nindia dalam hatinya.
Tanpa Shaybila atau Nabila tahu bahwa Nindia sesekali melihat kearahnya, tetapi yang ditatap hanya menampilkan tatapan kosong.
"Bil, lu tau gak?"
"Gak tau." Shaybila langsung mematahkan pembicaraan.
"Eh beg*, gua belum selesai ngomong kenapa lu patahin aja, bangsa*."
"Iya, lanjut."
"Si Bos Misterius itu dateng, beberapa menit setelah lu sama sahabat lu itu dateng loh. Gak biasanya dia dateng di kala pengunjung rame biasanya dia minta ini surga di sterilin dari malaikat-malaikat."
"Beg*, masih aja lu ngomong kayak gitu, gua masih idup, lu tuh malaikat pencabut nyawa."
"Hahaha, lu mati gua sedih gak ada temen yang bar-bar kayak, lu nji*."
"Emm."
"Gua bingung aja deh sama tuh si Bos Misterius, mana biasanya kalo dateng ngabarin Mamih dulu, eh ini kagga mana kan biasanya dia dateng ada ujung-ujungnya minta yang baru dari open pemanggangan, hahaha."
"Gak tau gua, Nin."
"Gak asik lu, Bil."
Mereka berdua pun larut akan lamunannya tiba-tiba memukul tangan Nindia di lengan Shaybila membuat dia kaget juga sakit.
"Bil..Bil.." Serunya dengan memukul lengan temennya itu.
Nindia tidak segan-segan memukul seseorang dengan keras, ya walau hanya sedang bercanda gurau.
"Sakit, beg*" Shaybila kesal karena lengannya sakit serta ia sedang melamun pun menjadi terkejut.
"Maap...maap, noh liat Mamih Veliz kenapa mukanya tegang kayak gitu, ya?"
Shaybila larut akan fikiran-fikiran didalam benaknya tentang semua yang berkaitan dengan Gadis sahabatnya itu.
"God, semoga si Bos sok Misterius gak ngincer Gadis. Amin." Pintanya dalam hati.
"Gak tau gua, Nin. Kita liatin aja, awas aja kalo tuh si Bos sok Misterius macem-macem sama Mamih, gua duluan yang maju ngehajar dia." Ucap Shaybila dengan tangan satu ia kepalkan dengan kuat dan satu tangan lagi *******-***** wafer milik si bartender.
"Betul, gua ikut dukung lu dan menyemangati lu, Bil."
"Beg*, namanya lu takut bangsa*."
"Udah, Bil. Kita perhatiin aja supaya gak kecolongan."
Shaybila hanya mengangguk dan masih setiap pandangannya tertuju pada sang Mamih Veliz tercinta.
...~...
Beberapa detik pun seisi Bar terdiam, oleh karena suara lantang dan tegas dari si Bos Misterius itu.
"Wah, gak bener nih, gua mau samperin Mamih takut kenapa-kenapa."
Sebelum Shaybila melangkah jauh sudah ada tangan yang menghadang Shaybila untuk tidak melangkah lebih jauh lagi.
Siapa lagi kalau bukan beberapa bodyguard si Bos Misterius tersebut.
"Maaf Nona, silahkan melanjutkan aktivitasnya kembali."
Bodyguard-bodyguard si Bos Misterius itu berbicara sangat dingin dan tegas disertai tatapan mata yang menyeramkan.
Jangan lupakan badan yang tinggi besar menjadi nilai plus untuk kategori bodyguard menyeramkan. Alangkah takutnya Shaybila juga Nindia yang hendak melangkah menghampiri sang Mamih.
Mereka berdua pun pasrah kembali ke tempat duduk, dan suasana pun kembali kondusif juga banyak para pengunjung serta pekerja bar berbisik-bisik.
"Gak salah kita juluki dia si Bos Misterius, galak banget kalo lagi ngamuk, mana ngamuk sama Mamih Veliz."
"Lu, liat aja tuh muka penuh tato, tatoin muka aja dia berani, ampe tuh muka penuh ama lukisan, apalagi dia marah kayak tadi, ikh gua gak mau deh berurusan sama tuh Bos Misterius."
"Iya, gua juga gak mau."
Itu lah beberapa pembicaraan para pengunjung juga pekerja di Bar membicarakan perihal sifat si Bos Misterius itu.
"Bil, denger kan lu omongan tuh orang-orang, gua gak mau malam ini di bookin* dia, takut habis gua kayak yang dulu-dulu, auto kena mental gua, Bil"
"Udah lupain aja dulu-dulu, semoga dia udah berubah gak kasar-kasar mainnya juga gak pake acara nyuntik atau kasih kita minum obat penunda kehamilan, padahal dia udah pakai karet pencegah kehamilan masih aja nyuntik sama kasih kita minum obat penunda kehamilan, lagian dia udah gak butuh kehangatan lagi kali, Nin. Buktinya udah hampir setahunan dia gak bookin* salah satu dari pekerja Mamih dan hanya minta ditemenin minum."
"Gak paham lagi gua sama dia, Bil. Syukurlah kalo gitu, Bil."
Bos Misterius atau Tuan Muda Bos jika membookin* salah satu dari mereka memang sangat hati-hati sekali, selalu memakai karet pencegah kehamilan, menyuntikkan obat penunda kehamilan atau memberi minum obat penunda kehamilan, ia belum menemukan sosok perempuan yang cocok dan masuk dalam kriteria untuk mengandung anaknya kelak.
Semua perempuan yang bekerja di Bar sebagai penghangat ranjang sudah tahu semua perilaku si Bos Misterius tersebut dan mereka enggan atau yang lebih parahnya berpura-pura nyeri di bagian gua surgawi itu.
Pernah terjadi salah satu pekerja Penghangat ranjang yang diperlakukan oleh si Bos Misterius dengan amat tidak manusiawi yakni dengan kedua tangannya diikat di kepala ranjang serta kedua kaki diikat pula disisi ranjang, kemudian si Bos bukannya melakukan hubungan layaknya suami istri, malah sang Bos Misterius mencambuk pekerja Penghangat ranjang itu dengan amat kejinya.
Nasib si perempuan pekerja Penghangat ranjang itu pun sedikit trauma dan ia sudah enggan bekerja menjadi penghangat ranjang pada laki-laki hidung belang.
Kasus itu menjadi pertama juga terakhir kalinya.
Jika sekarang si Bos Misterius hanya ingin ditemani minum saja, tidak ingin melakukan hal-hal tersebut, dan semua itu disambut baik oleh pekerja perempuan Penghangat ranjang.
Beberapa menit kemudian mereka berdua dikejutkan oleh Mamih Veliz yang bersimpuh di kaki si Bos Misterius itu.
"Gak like gua, Bil! Kenapa Mamih sampe bersimpuh gitu ke si bos sok misterius itu sih, kesel gua!"
Nindia yang hendak melangkah masih di halangi bodyguard-bodyguard berpenampilan menyeramkan seketika Nindia ciut.
"Asli gua kena mental dari tadi."
"Sabar, masih gua pantau mereka. Lagi ngomongin apa, jangan gegabah oke, Nin."
Nindia hanya bisa pasrah dan mengikuti semua omongan Shaybila.
Tepat 30 menit dari saat sang Mamih bersimpuh di kaki si Bos Misterius, Mamih Veliz pun dibantu berdiri oleh pekerja cs di Bar.
Tidak tinggal diam Shaybila pun memberi gerakan untuk cs untuk menyerahkan Mamih kepada dia saja.
"Makasih, kalian boleh lanjut lagi."
"Baik, Nona. Kamu permisi."
Nindia pun paham untuk tidak mengeluarkan ocehannya di saat-saat seperti ini.
"Mamih...Kita ke ruangan Mamih Veliz, yah!"
"Iya, Nindia kamu ajak Gadis sahabatnya Bila ke ruangan Mamih, suruh dia pakai masker juga ganti pakaian dengan pakaian cs yang masih tersisa.
"Baik, Mih."
Tanpa meminta penjelasan Nindia pun seolah paham dengan arah tujuan tersebut.
"Oh God, kenapa harus Gadis." Shaybila hanya bisa merutuki kebodohannya yang dengan mengiyakan permintaan Gadis untuk bekerja di Bar Rafaeli.
...~...
Ruangan Mamih Veliz
Mamih sudah duduk di sofa juga telah meminum air hangat untuk menjernihkan fikirannya.
"Kamu pasti tahu kan, Bil."
"Iya, Mih."
"Permintaan Bos sangat berat, Mamih gak mau menambah dosa, dosa yang dahulu juga belum tentu dimaafkan apalagi ini bertambah, Bos mengancam meratakan bangunan ini kalo Mamih gak mau bawa Gadis besok ke hadapan Bos."
"Apa hak dia Mamih, meratakan bangunan ini? Mamih kan sudah bayar kontrak nya sesuai dan belum jatuh tempo, tempo juga masih 3 bulan lagi."
Mamih geleng-geleng kepala mendengar ucapan Shaybila.
"Dia sekarang pemilik tanah yang diatasnya bangunan Mamih, Mamih gak ada hak, Bil."
"Buat apa dia sampe beli tanah yang gak seberapa, bukannya kata Mamih dia itu salah satu investor dari Negara T untuk berkunjung ke salah satu perusahaan ternama di kota ini, Mih?"
"Mamih juga gak paham, Bila."
"Oke, Mih. Aku bakal bantu Mamih untuk membeli lahan kosong lagi, tabungan aku lumayan buat bantu-bantu, Mih."
"Gak semudah itu, Bila."
"Jelasin, Mih."
"Mereka juga mengancam kamu, kalo kamu gak bantu Mamih bawa Gadis ke hadapan dia, Kakek juga Nenek kamu akan dicelaki si Bos itu."
"Bangsa*." Sarkas Shaybila dengan kencang dan menendang meja yang di depannya.
Sekali tiga uang, pintu ruangan Mamih pun terbuka nampaklah Gadis dengan penampilan cs juga Nindia yang tersenyum kikuk.
"Kamu kenapa nendang meja, Bila." Tanya Shaybila yang sekelibat adegan Shaybila menendang meja yang ada dihadapannya.
"Emm, i..itu...Aku refleks tadi Mamih cerita serem-serem benar kan, Mih."
"Iya, Dis."
"Oh." Gadis hanya bisa beroh ria saja serta ikut gabung duduk bersama Mamih juga Shaybila.
"Mih, Nindia lanjut ada yang mau minta nemenin minum, kalian jangan ngomongin aku, yah!'
"Pede banget lu, bangsa*." Jawab Shaybila kasar tapi Mamih Veliz sudah biasa dengan semua itu, tidak dengan Gadis.
"Ish, ini mulut kenapa jahat banget ngomongnya, gak boleh gitu sama temen satu kerja." Gadis menyubit bibir Shaybila dengan gemas walau tidak terlalu sakit.
"Rasain, makanya jangan kasar ya, Gadis." Nindia merasa senang dan lucu ada yang membela juga masih merasa tidak percaya di jaman ini masih ada perempuan selembut Gadis.
MAGIC
"Udah sana kamu lanjut, jangan sampe pelanggan kamu nungguin."
Nindia pun segera keluar dari ruangan Mamih Veliz, sesungguhnya ia tahu Mamih Veliz juga Shaybila atau Nabila sedang ingin berbicara 6 mata, jadi Nindia beralasan adanya pelanggan yang ingin ditemani minum oleh dia.
"Mamih sakit?" Tanya Gadis dengan raut wajah sedikit cemas.
"Mamih hanya capek, dari tadi ada pelanggan yang ajak Mamih ngobrol jadi lemas aja, sayang."
Gadis mengangguk kepala tanda paham.
"Yaudah kamu pulang sama Gadis udah aman kan semua pelanggan!?" Entah ini pertanyaan atau pernyataan si Mamih tapi ia menekankan kata aman.
Seakan paham Shaybila pun beranjak dari sofa untuk melihat keadaan luar, pastinya si Bos Misterius itu apakah masih ada apa sudah pulang.
"Aman, Mih. Semua pelanggan terkendali." Jawabnya sesaat ia melihat kondisi sekitaran tempat duduk si Bos Misterius beberapa jam lalu ia duduki.
"Yaudah hati-hati kalian, pelan-pelan negendaraiin sepeda motornya, Bila."
"Siap, Mih."
Shaybila juga Gadis berpamitan pada Mamih dengan mencium tangan serta cipika-cipiki.
Gadis yang berjalan duluan pun tidak mendengar percakapan antara Mamih Veliz dengan Shaybila.
"Lewat pintu tikus Bila, Mamih takut si Bos masih ada sekitaran sini."
"Siap, Mih."
"Kalo bisa Gadis menginap semalam di rumah kamu aja, Mamih merasa gak tenang, pagi-pagi kamu antar dia."
"Siap, Mih."
Shaybila dan Gadis pun menuruti perkataan Mamih lewat jalan tikus serta Gadis mau menginap semalam di rumah Shaybila, dengan alasan Shaybila lagi butuh teman saat tidur, Gadis tidak akan menolak permintaan sahabatnya itu.
"Lindungi mereka Tuhan dari Bos Misterius berwujud manusia, tetapi berkelakuan layaknya iblis itu. Amin."
Masih nampak raut wajah khawatir sang Mamih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Zaskia cayang ZayZaenal
😜😜😜😜😜
2023-07-05
0
Maulida Sahman
up
2023-03-14
0
Moethia'AzzkhaRaeehaananAkbar'
semangat 💪💪
2022-05-03
1