...LIKE DULU DONG!!!!...
...~...
Mansion Mewah
Tepatnya di Paviliun belakang, asisten Roy sedang asik meminum segelas kopi hitam buatan Bibi Nam, yang mana asisten Roy sudah sampai di mansion mewah itu, ia masih ingat perintah dari si Bos alias Tuan mereka, memerintahkan jangan ada yang menganggu dia serta menginjakan kakinya kedalam rumah utama tanpa ada perintah darinya.
"Bibi Nam, aku lupa kalo bawa sarapan bubur di bangku belakang mobil ku, bisa Bibi perintahkan para penjaga membawanya juga suruh mereka sarapan bersama dan jangan lupakan kunci gerbangnya dahulu sebelum mereka kesini. Sebelumnya maaf ya, Bibi Nam." Roy yang tengah asik menikmati segelas kopi tidak rela untuk hanya sekedar mengambil kantung sarapan ia beli beberapa jam lalu.
"Santai saja sama Bibi, Nak Roy."
Bibi Nam sudah menganggap asisten Roy sebagai anaknya, dikarenakan 15 tahun lalu suami beserta anak laki-lakinya mengalami kecelakaan pada saat ingin menjenguk Bibi Nam di kediaman Tuannya.
Saat itu sang suami yang mengendong anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun tidak melihat adanya pengendara mobil yang ugal-ugalan yang mana mengakibatkan anak laki-laki itu lepas dari gendongan dan terlempar jauh hingga 2 meter jauhnya sedangkan suami Bibi Nam tersenggol badan mobil, lalu tubuhnya terbentur tiang listrik dan tidak sampai situ saja setelah terbentur di tiang listrik lemas dan tidak tahu dibawah sana ada batu yang runcing dan tajam dan tertancap hingga menembus tubuh suami Bibi Nam.
Bibi Nam saat itu berusia 35 tahun dan sudah menjadi janda serta sebatang kara, dahulu Bibi Nam hanya memiliki suami juga anaknya, tapi sekarang ia hanya sebatang kara dan mengabdikan hidupnya dengan majikannya saja.
Usia Bibi Nam saat ini sudah genap 50 tahun, ia bersyukur masih di bisa bekerja dan di percayai majikannya alias si Tuan Besar Bos juga Nyonya Besar Bos menjadi kepala asisten rumah tangga.
Sungguh Bibi Nam sangat beruntung.
Setelah menelpon kedua penjaga yang berjaga di depan gerbang untuk mengambil kantung sarapan yang dibeli oleh asisten Roy juga mengunci pintu gerbang, mereka pun sarapan bersama di meja makan yang sudah tersedia juga dengan wajah yang bahagia.
Walau majikannya itu si Tuan Muda suka semena-mena tetapi mereka masih bisa mentolerir karena bagi mereka itu hal yang sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Satu persatu para pekerja lainnya sudah selesai dengan sarapannya, mereka pun kembali ke aktifitas awal mereka tanpa menganggu Tuan Mudanya apalagi menampakan diri walau hanya sebatas halaman rumah itu saja.
Semua asik dengan pekerjaan masing-masing berbeda dengan asisten Roy yang ingin menanyakan sesuatu dengan Bibi Nam.
"Bibi, aku ingin menanyakan sesuatu tapi Bibi bisa tidak?" Tanyanya.
"Bisa, tapi Bibi mau antar piring ini dulu, baru kita bisa bicara, tunggu yah nak." asisten Roy mengangguk.
"Baiklah, Bibi."
Tak lama Bibi Nam mengantar piring kotor ke dapur pun telah duduk di hadapan asisten Roy.
"Bibi, apa kau pernah di telpon Tuan?"
"Pernah, Nak. Kenapa?"
"Dan juga apa..." Ucapan asisten Roy pun terhenti.
Ternyata Bibi Nam paham maksud dari pertanyaan dari asisten Roy tersebut.
"Huufft." Bibi Nam mengembuskan napasnya dengan kasar.
"Ada apa, Bi. Jangan buat aku penasaran."
"Sebentar Bibi tarik nafas dulu, nak."
"It's oke."
"Jadi...perempuan yang dibawa oleh Tuan muda kita itu masih virgin, Bibi melihat ada bercak merah yang Bibi yakini itu darah virgin perempuan itu..." Ucap Bibi Nam terhenti saat asisten Roy memotong pembicaraannya.
"Gadis, namanya Gadis, Bibi."
"Maaf Bibi gak tau nama perempuan itu, jadi bercak merah itu pyur darah virgin kepunyaan Gadis juga pada saat Bibi masuk ke kamar Tuan kamar itu layaknya terkena kapal pecah atau apa lah itu, pokoknya berantakan, Nak Roy. Bibi juga pertama kali diperintahkan oleh Tuan untuk datang membawa makan siang mereka yang telah juga obat-obatan juga yang lainnya, Bibi mendengar Tuan muda masih saja melakukannya di dalam kamar mandi dan bisa Bibi dengar suara jeritan Gadis penuh siksaan dan ingin disudahi tapi Tuan muda tidak mau. Bibi gak habis pikir dengan Tuan dengan teganya melakukan hal itu, ia tidak berubah apa penyakitnya tiba-tiba datang. Bibi tidak bisa melihat keadaan Gadis setiap Bibi diperintahkan oleh Tuan muda pasti Tuan muda sudah ada di kamar mandi dan melakukan itu terus hingga sampai hari ini tepatnya sudah 4 hari Tuan muda hanya menyuruh Bibi bawakan makan mereka dan merapikan semua yang berantakan." Cerita Bibi Nam panjang lebar.
"Roy juga gak habis pikir dengan pemikiran yang ada di otak Tuan, Bi. Tapi pagi ini Tuan sudah menelpon Bibi belum?"
"Belum, Nak Roy. Bibi juga tidak melihat adanya pakaian yang berserakan hanya di hari pertama saja pakaian Gadis robek bisa Bibi pastikan di gunting oleh Tuan muda tapi tidak jauh dari itu semua dalamnya juga di robek hingga tak terbentuk. Bibi hanya bisa mendoakan semoga kelak Gadis menjadi istri Tuan muda dan Tuan juga Nyonya Besar Bos menerima Gadis menjadi menantu satu-satunya. Bibi yakin Gadis adalah perempuan baik dan tepat menjadi pendamping hidup Tuan muda."
"Amin, Roy juga kasian sama Gadis Bibi, tapi Roy gak bisa buat apa-apa, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka terutama pada Gadis, semoga ia kuat dengan semua tindakan yang Tuan muda lakukan padanya."
"Amin." Bibi Nam juga asisten Roy hanya bisa mendoakan yang terbaik pada kedua pasangan itu.
Mengalir lah percakapan Bibi Nam dan juga asisten Roy. Dari Bibi Nam yang menanyakan apakah asisten Roy sudah memiliki kekasih jika belum ia akan kenalkan dengan majikan tetangga sebelah yang menurutnya cocok dengan asisten Roy.
Jangan salah fikir mengenai asisten Roy hanya berkerja dengan si Bos dengan embel-embel 'asisten'.
Asisten Roy adalah asisten yang paling loyal dan berdedikasi tinggi semenjak ia bekerja bersama si Bos.
Pendidikannya juga jangan main-main ia sudah mengambil Master di jurusan Bisnis di salah satu kampus di luar negri ternama.
Walau status sosialnya tidak setara dengan si Bos justru kedua orang tuanya memiliki beberapa cabang rumah makan.
Selang beberapa menit Bibi Nam juga asisten Roy saling berbagi cerita juga beberapa pertanyaan dari kedua pihak, tiba-tiba Mbak Ratih tergopoh-gopoh dengan ponsel Bibi Nam di tangannya.
"Haah...Bibi...Bibi.."
"Ada apa Ratih kenapa kamu jalannya cepet sekali nanti kamu tersandung baru tau rasa."
"Bukan masalah Bibi, ini..ini...ada telpon dari Tuan." Mbak Ratih pun menyerahkan ponsel ke si empunya.
Ia merasa takut jika mengangkat panggilan itu, bisa-bisa ia di pecat dan juga tidak sopan jika menjawab panggilan pada ponsel orang lain.
"Oh, yaudah kamu lanjut lagi, nanti kita seperti biasa mengantar sarapan telat si Tuan, hihi." Canda Bibi yang sudah tahu apa yang akan di perintahkan majikannya itu.
Mbak Ratih pun meninggalkan Bibi Nam juga asisten Roy untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, tadinya Mbak Fitri yang ia suruh mengangkat panggilan itu, tetapi pas dilihat nama si penelpon adalah 'Si Tuan' diurungkan niatnya untuk menjawab dan mengembalikan kembali pada Mbak Ratih, cukup alot perdebatan mereka dan keputusan akhirnya mereka untuk adalah menyerahkan ponsel itu kepada Bibi Nam, supaya Bibi Nam saja yang menerima panggilan telepon itu.
"Halo, Tuan."
"......."
"Maaf tadi saya sedang memasak, Tuan. Apa saya sudah bisa mengantar sarapan, Tuan?"
Bibi Nam sudah paham maksud dari Tuan mudanya menelpon.
"......."
"Baik, segera saya bawakan semua yang Tuan suruh."
Panggilan pun sudah berakhir, Bibi Nam menghembuskan nafas dengan sangat kasar.
Sedangkan di rumah utama tepatnya di kamar utama si Tuan muda.
"Kenapa buang nafas gitu banget, Bi?"
"Biasa, Nak Roy. Tuan minta sarapan juga diminta bawakan sprei bersih serta susu dan obat-obat yang membuat Gadis cepat hamil."
"APA!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Zaskia cayang ZayZaenal
up up
2023-07-09
0
Maulida Sahman
semangat ka upnya
2023-03-14
0
syafridawati
bom like
2021-08-17
1