...LIKE DULU DONG!!!!...
...~...
Mansion Mewah
"Roy..."
"Iya, Bos eh maksud saya iya Tuan Muda Bos." Roy menjawab dengan gugup karena ia salah menyebutkan nama panggilan bos nya jika sudah sampai di rumah.
"Santai saja, Roy. Mulai sekarang suka-suka kamu panggil aku dengan sebutan apa saja, suasana hatiku hari ini sangat bahagia, Roy."
"Terima kasih, Bos!"
"Kau tidak menanyakan aku bahagia kenapa, Roy!?"
"Iy...iya...Bos bahagia, kenapa? Kalo Roy ingin tahu?"
"Sebentar lagi, sebentar lagi Roy perempuan yang menyenangkan akan datang kedalam pelukanku juga menghangatkan ranjang ku."
"Saya ikut bahagia, Bos."
"Bos... Bos... cepatlah kau bertaubat aku takut Tuan Besar Bos juga Nyonya Besar Bos tahu, kau akan dicoret dari ahli waris, sedangkan aku bagaimana dampaknya hanya bisa pasrah." Roy hanya dapat berfikir bagaimana akhirnya situasi menyediakan ini.
"Roy, jangan lupa kau siapkan keperluan yang biasa ku gunakan sebelum melakukan hal menyenangkan dengan perempuan ku, aku tidak mau ada yang terlupa, aghh...aku tidak sabar menunggu besok pagi rasanya ini menyesakkan shi* Roy."
Si Bos pun segera menelpon seseorang.
"Bagaimana?"
Tanpa mengatakan kata halo, si Bos langsung memberikan pertanyaan.
".........." Seseorang di sebrang telpon.
"Aku tidak mau mendengar kata gagal, pastikan kau disana sampai aku datang, mengerti!!"
"........."
"Oke."
Tanpa membuang-buang waktu si Bos segera mematikan panggilan secara sepihak.
"Apa kita akan pergi lagi, Bos?"
"Tidak, aku capek ingin tidur supaya stamina ku kuat untuk esok hari, dan kau jangan lupa persiapan semuanya jangan ada yang lupa, mengerti!"
"Mengerti, Bos."
"Segera kerjakan, ROY!!!!!"
Roy pun lari terbirit-birit mendengar intonasi nada yang amat tinggi dari bos itu.
"Gila tuh bos teriak-teriak mulu kerjaanya, gak sakit apa tuh pita suara dia, bodo ah pokoknya malam ini hari siap gua gak mau sampe salah nyiapin keperluan si bos besok."
Hanya bisa menggerutu yang Roy lakukan, tapi masih ia kerjakan juga.
...~...
Rumah Shaybila
Pagi hari pun datang, matahari memancarkan sinarnya ke penjuru dunia.
Hanya seorang Shaybila yang tidak bisa tidur semalaman ia banyak memikirkan semua perkataan si Mamih, yang mana membuat ia tidak bisa tidur serta hal-hal yang bisa saja terjadi hari ini atau esok hari.
"Bangsa*, laki-laki gak punya perasaan semua mau ia lakuin dari ngeratain bangunan Mamih ampe mau celakain Kakek dan Nenek, ini gak bisa dibiarin. Gua harus bawa Gadis pergi jauh dari kota ini, tapi gua bingung mau bawa Gadis kemana, satu sisi gua takut nih bocah kesepian kalo gua bawa ke suatu tempat yang ia tidak familiar apalagi dia bawel dan banyak tanya kenapa-kenapa, Oh God... Bila harus apa."
Menjambak rambutnya saking frustasi memikirkan bagaimana menyelamatkan Gadis dari si Bos Misterius yang ingin menjadikan ia penghangat ranjang.
"Sha...udah bangun yah!"
Saking seriusnya ia melamun tidak menyadari kalau Gadis memanggil ia.
"Sha..." Panggilnya dengan segera banyak dan mengoyang-goyangkan lengan Shaybila.
"Aaah, apa sayang."
"Kamu ngelamun ya, ngelamunin apa sih!?"
"Gak ngelamunin apa-apa, ini lagi mikir..ah udahlah sana siap-siap lu duluan mandi biar kita nyabu dulu di pengkolan depan."
"Ha...nyabu." Gadis bingung ucapan sahabatnya itu dia disuruh menggunakan obat-obatan terlarang seperti sabu-sabu.
"Aku gak mau bersentuhan apalagi mengkonsumsi sabu-sabu itu obat yang buat kita ketergantungan, Sha. Kamu kalo stres jangan sampe lari ke obat terlarang itu dan juga jangan ngajak-ngajak aku, gak mau aku sampe di penjara."
Hahaha
Hahaha
Hahaha
Tawa pun pecah di penjuru kamar Shaybila.
"Ish, dikasih tahu malah ngetawain, gak lucu." Gadis yang sebal dengan sahabatnya itu mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha, iya-iya maapin, bukan nyabu itu lagian lu gak tau bahasa gaul ya!" Gadis hanya geleng-geleng kepala. "Maksudnya itu nyarapan bubur cintaaah, lu polos banget dah ah, gak tega sahabat gua ini dilepasin gitu aja." Shaybila langsung memeluk sahabatnya ia.
"Memang aku gak tahu bahasa-bahasa aneh itu, kan aku gak kayak kamu banyak temen juga suka bersosialisasi, gak kayak aku cuman di rumah gak bisa adaptasi sama yang lain hanya sama mendiang kedua orang tua aku aja, Sha."
Seketika suasana menjadi sedikit sedih jika membahas kedua orang tua Gadis.
"Udah ah pagi-pagi jangan sedih, cepet sana mandi biar nyabu." Shaybila pun mendorong Gadis menuju kamar mandi.
Setelah Gadis masuk kedalam kamar mandi.
"God, gimana ini dia bahasa nyabu aja gak ngerti gimana si bos sok misterius itu ngambil harta yang paling berharga dihidupnya, gak bisa dibiarin ini, gua harus bener-bener ungsiin Gadis ke salah satu kota terpencil supaya gak bisa ditemuin sama si bos sok misterius itu, mending gua minta pendapat Mamih."
Segera ia menelpon Mamih Veliz.
"Mih..."
.
.
.
.
.
.
"Oke, kita ketemuan di tukang bubur pengkolan biasa, mau ajak Gadis sarapan disitu supaya dia gak nanya-nanya masalah kemarin, see you Mih."
...~...
Kedai Bubur Ayam Pengkolan
Kini Gadis juga Shaybila sudah duduk di kedai bubur ayam dengan pesanan yang telah diantar.
"Makasih, Pakde. Oiya, minumnya biasa teh tawar anget jangan lupa bungkusan tehnya langsung di buang aja, terus minta tolong juga ambilin sate kulit, sate telur puyuh, sate ususnya dibuat masing-masing 2 yah, Pakde. Makasih loh sebelumnya."
"Beres deh, Mbake yang paling ayu"
"Biasa ae nih, Pakde."
Sepeninggalan Pakde pemilik kedai bubur ayam Gadis juga Shaybila mulai memakan bubur yang sudah dihidangkan dengan diselingi obrolan.
"Enak banget ini, Sha. Aku jadi kayaknya bakalan nambah, boleh kan!"
"Boleh, mau 3, 5, 10, apa 100." Jawab Shaybila dengan sedikit candaan.
"Ish, gak sebanyak itu."
"Iya-iya, jangan cemberut ih, udah jelek tambah jelek."
"Iya, nih aku senyum. Oiya, kemarin aku tuh masih penasaran loh kemarin malam kenapa aku disuruh ganti baju pake baju cs gitu, Sha?"
Sebelum menjawab pertanyaan dari Gadis, Pakde pemilik kedai bubur ayam sudah datang membawa menu tambahan yang beberapa menit lalu Shaybila pesan.
"Nuwun sewu, nih loh sate-sateannya."
"Matur nuwun, Pakde."
Pakde hanya menjawab dengan senyuman disertai anggukan kepala.
"Yaudah, lanjut nyok makan lagi, argh ini mah bubur ayam paling dabest yang pernah gua makan, Dis."
Gadis hanya mengangguk kepalanya saja juga memberikan 2 jempol tanda setuju, karena didalam mulutnya penuh dengan bubur.
Ketika mereka tengah asik dalam memakan bubur, mereka dikagetkan oleh kedatangan seorang perempuan yang tidak lagi muda juga tidak terlalu tua, tetapi Shaybila tidak terkejut.
"Mamih." Panggil Gadis.
"Iya, sayang. Lanjutin aja makannya jangan sambil ngomong." Jawab Mamih Veliz dengan segera duduk di samping Gadis sambil mengelus lembut surai hitam legam itu.
"Iya, Mih."
Selama Gadis juga Shaybila menghabiskan sarapan buburnya, Mamih Veliz masih setiap mengelus-elus rambut Gadis dengan sejuta fikiran yang ada dibenaknya tentang apa yang akan dilakukan oleh si Bos Misterius itu.
"Lebih baik aku kirim Gadis ke kampung halaman Kaka Murti, supaya ia bebas dari si Bos, aku gak rela kalo Gadis menjadi rusak masa depannya karena harta paling berharga dihidupnya diambil paksa oleh orang seperti si Bos itu, aku gak rela."
Kaka Murti adalah bos Mamih Veliz terdahulu, karena sudah berusia lanjut Kaka Murti pulang ke kampung halaman, karena ia sudah tidak ingin disisa umurnya dia lakukan di tempat biada* itu.
"Mamih, Mamih." Panggil Gadis sesaat ia usai sarapan.
"Ah, iya. Maaf Mamih gak denger kamu manggil, ada apa?" Tangan Mamih masih setia mengelus-elus rambut Gadis.
"Ngelamunin apa, Mih?"
"Bukan apa-apa, kamu udah kenyang Gadis juga Bila?"
"Udah, Mih."
"Mamih bayarin dulu, yah!"
"Gak usah Mamih, ini Bila yang ajak Gadis sarapan jadi Bila yang bayar, masa Mamih yang baru dateng udah mau bayarin sarapan kami berdua."
"Gak apa ini, gak sampe milyaran ini Mamih bayar, santai aja kamu, Bil."
"Okelah kalo Mamih maksa, kan aku jadi enak, hahaha."
Gadis dan Shaybila hanya bisa saling memandang dengan apa yang dilakukan oleh sang Mamih dengan membayar sarapan mereka.
Setelah membayar, Mamih Veliz mengajak Gadis juga Shaybila untuk jalan santai sampai ke taman yang tidak jauh dari kedai bubur ayam pengkolan.
Taman yang biasanya setiap hari Minggu ramai oleh orang-orang berolahraga atau berjalan santai dengan pasangan atau keluarganya juga terlihat sangat sepi.
Mereka pun dengan sesekali tertawa oleh tingkah Gadis maupun Shaybila, di saat Mamih Veliz juga Shaybila tengah duduk di bangku kosong dekat pepohonan yang asri
"Duduk disitu yuk, Mih." Unjuk Shaybila.
"Ayo."
"Gadis sini."
"Gadis mau main jungkat-jungkit, Mih."
"Yaudah hati-hati."
"Siap, Mih."
Gadis yang hendak mencoba permainan jungkat-jungkit di taman itu pun, terkulai lemas.
"Gadis!!!!" Mamih Veliz juga Shaybila kompak memanggil Gadis yang tengah terkulai lemas juga mata mereka melotot seakan-akan melihat hantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Zaskia cayang ZayZaenal
sabar sabar😬😬😬😬
2023-07-05
0
𝑅𝒶𝓇𝒶𝒮𝑒𝓁𝓋𝒾𝓃𝓏𝒶𝒶
bos asal meluk, sabar kelees..jgn marah2 terus dong nnti tmbah jelek loh...semangat ka..pengen sih up sehari banyk tpi gak apa yg pentg up
2021-07-29
13