Beautiful Day

“Duit di bank kok berkurang, pasti lo nyolong ya?” tuduh Ucup curiga pada Angga. Pukul setengah dua pagi dan kedua orang itu sibuk bermain monopoli sementara Nathan dan Rian sibuk bermain PS.

“Enggak lah, sembarang aja lo. Gue mah orangnya jujur!” ketus Angga sewot.

Ucup memicingkan mata, ekspresinya terlihat sangat curiga melihat banyaknya lembaran uang monopoli Angga. “Kata nyak gue hati-hati sama orang yang ngakunya jujur. Sering berbanding terbalik”

“Nih, hitung aja duit gue” seru Angga menyerahkan uangnya ke Def, penonton sekaligus juri. Def mulai menghitung-hitung uang monopoli Angga dengan teliti, takut ikut terseret jadi korban pembacokan atlet monopoli.

“Awas ya kalo beneran elo yang nyolong” ancam Ucup.

“Dibilang bukan gue”

“Kan gue cuman ngancam”

“Kan gue juga cuman membela diri”

“Ah berisik lo berdua, jadi kalah kan gue” dengus Rian melemparkan stik PSnya ke atas sofa dan meregangkan punggung yang kaku karena hanya duduk di satu posisi.

“Kalo goblok main mah goblok aja, nggak usah nyalahin orang” cibir Ucup didukung anggukan setuju Angga. Kalau masalah bersatu untuk mencibir orang kedua cowok itu juaranya, sampai lupa dengan masalah uang monopoli.

“Minum nih biar kepala lo nggak penat” tawar Nathan menyodorkan sebotol bir, Rian menggeleng lebih memilih mengambil sebatang rokok milik Ucup.

“Gimana kabar anak baru?” goda Angga iseng.

“Hah?”

“Itu loh si anak baru cantik yang lo patahin tangannya”

“Oh baek kenapa? mau gue kenalin?”

“Justru elu yang mau kita kenalin ke dia” ujar Angga bersemangat. Rian langsung mengangkat kaki pura-pura ingin menyepak wajah Angga.

“Hubungan lo sendiri kak urusin”

“Ah payah” cibir Angga lanjut bermain monopoli dengan Ucup.

“Mau ngerokok nggak diluar? sekalian nyari udara segar” tawar Nathan, Rian mengangguk mengambil bungkus rokok milik Ucup dan berjalan keluar sebelum cowok itu menyadari rokoknya lenyap dari atas meja. Ia menyalakan sebatang dan berjongkok di teras halaman belakang yang luas. “Mau cerita sesuatu nggak?”

“Nggak, cuman mood gue lagi jelek, lo nyadar kan ini hari apa?”

“Iya”

“Yaudah” kata Rian singkat. Mereka terdiam cukup lama, hanya merokok tanpa melemparkan topik untuk bercerita. Mata Rian menatap ke arah gazebo di tengah halaman, tidak sebesar miliknya tapi gazebo itu pernah menjadi tempat ketika pertama kali Rian bertemu Esther saat mereka masih SMP dan merayakan ulang tahun Nathan, saat dimana ia merasa Esther adalah cewek paling cantik dan baik yang pernah ia temui dalam hidupnya.

Tidak ada yang berbeda dari gazebo itu kecuali cat yang terus diperbaharui.

“Nath”

“Iya?”

“Lo pernah nggak malam-malam gini rebahan di genteng mapolda pake autan?” Dan Nathan hanya bisa mendengus pura-pura tidak mendengar pertanyaan dari mahluk aneh yang jongkok di sebelahnya itu.

...*****...

“Bil pinjem PR, mau nyalin” korek Clara buru-buru begitu masuk ke kelas, napasnya tersengal-sengal kelelahan setelah berlari tanpa henti dari gerbang menuju kelas.

“Tumben Cla nyalin, biasanya disalin, kesambet apa lo?” tanya Sybil heran tapi tetap memberikan buku PR matematikanya. Clara nyengir langsung menyalin jawaban matematika yang tidak sempat ia kerjakan kemarin karena terlalu fokus melamun sampai tertidur dan baru terbangun jam enam lewat, untung tidak terlambat masuk kelas.

“Fan, lo sakit?” tanya Clara berhenti menyalin sejenak ketika mendengar rintihan kecil Fani, cewek itu mengangguk pelan memegang perutnya.

“Haid hari pertama”

“Mau gue anterin ke UKS?” tawar Icha khawatir.

“Eh Fan lo kenapa? mau lahiran? udah bukaan berapa?” imbuh Sybil malah bercanda disambut cekikan Clara dan delikan singkat Icha, teman lagi sakit bukannya ditolongin malah diajak bercanda.

“Ke UKS yuk, dua jam tiduran lumayan kan? lagian jam pertama kan olahraga nanti gue laporin ke babe” saran Icha memaksa Fani pergi ke UKS, ia paling tidak suka melihat temannya kesakitan seperti itu.

“Gue nggak ikut ya Cha lagi sibuk nyalin”

“Gue juga enggak” kata Sybil menunjuk ke arah kaos kaki pendek tersembunyi di bawah mata kaki. Sekilas, tampak kaos kaki berwarna merah, ungu, dan hijau. “Gue nggak pake kaos kaki wajib hari ini. Bisa-bisa digorok sama Ibu Indah, dia kan rese kalo masalah kaos kaki, nggak bisa lihat muridnya bahagia dikit”

“Emang kemana kaos kaki lo?”

“Digondol Mickey” jawab Sybil santai. Mickey, anjing kesayangannya memang lagi hobi-hobinya mencuri barang milik tuannya. Apa saja kena gigit, kaos kaki, sepatu, sendal, sampai panci mamanya Sybil juga bocor kena gigit Mickey. “Lagi jatuh cinta dia makanya hobi gigit-gigit. Kemarin gue ngeliat dia ciuman sama anjing sebelah” lanjut Sybil serius. Ketiga temannya meringis, ternyata Sybil berbakat jadi orang aneh.

“Gila sih anjing lo, kaos kaki busuk aja masih mau diembat, nggak keracunan?” ejek Fani sambil menahan rasa sakit tapi sukses membuat Sybil menatapnya sewot. Ia kemudian keluar bersama Icha menuju UKS.

“Cla ini gue baru dikasih kemarin, awas jangan sampe lecek.” Sybil memberikan sebuah tiket berwarna abu-abu dengan tulisan VIP di sudut sebelah kiri atas. “Karena sepupu gue baik dia ngasihnya yang ini, jadi dalam sehari lo bisa masuk dua kali.”

Mata Clara langsung berbinar memeluk Sybil sampai cewek itu sesak napas, ia memukul punggung Clara agar melepaskan pelukannya. “Aduh Bil makasih banyak, gue sayang sama elu”

“Eh ini nggak gratis”

“Gue harus bayar berapa?”

“Janji sama gue lo nggak bakalan cuek sama Gerald”

“Gue nggak cuek”

“Tapi cuman read chat?”

“Gue bukan bermaksud read bil, sumpah. Tapi gue pelupa, gue punya kebiasaan udah ngebuka chat terus gue ngelakuin hal lain dan akhirnya gue lupa balas chatnya”

“Oh bagus kalo gitu, bisa gue jelasin ke Gerald” angguk Sybil paham. Clara hanya bisa memukul bahu Sybil lalu kembali menyalin PR. Tidak menggubris perkataan Sybil tentang seribu satu kebaikan Gerald, ia tahu cewek itu sedang berusaha mendekatkan Gerald dengan dirinya tapi sayangnya Clara tidak merasa tertarik. Hatinya seperti sudah terlanjur hampir mati rasa.

...*****...

Ibu Indah tersenyum masam membagikan sapu satu persatu kepada Ucup, Angga, Nathan, Rian, dan Def. Tangannya memberikan kode agar kelima anak bandel itu pergi ke tempat hukumannya masing-masing. “Awas aja kalo sampai nggak bersih, orang tua kalian saya panggil ke sekolah buat lihat kelakuan kalian” ancam Ibu Indah jengkel membuat kelimanya bubar dengan wajah terpaksa membersihkan area yang diperintahkan Ibu Indah.

“Lumayan nyapu sambil ngecengin adek kelas olahraga” celetuk Ucup berbinar melihat cewek-cewek cantik kelas XA sedang melakukan pemanasan. Sapunya bergerak membersihkan dedaunan di bawah pohon besar tapi matanya jelalatan kemana-mana. “Itu si cewek cantik”

“Clara” gumam Rian ikut menoleh sejenak melihat Clara bersama teman-temannya, cewek itu mengikat dan menjepit samping kiri rambutnya dengan jepitan berwarna kuning. Ia terlihat mulai lelah setelah pemanasan dan harus berlari tiga putaran.

“Cakep gitu kok nggak mau lo pepet sih?”

“Judes anaknya, malas gue”

“Heh dengar ya bro, judesnya cewek itu bukan berarti akhir dari perjuangan, justru itu yang bakal buat lo harus semangat berjuang” nasehat Ucup sok tahu. “Pake cara gue.”

Rian memasang ekspresi tidak tertarik ketika Ucup memanggil paksa seorang anak cowok kelas sepuluh yang kebetulan baru keluar dari ruang guru, anak itu menatapnya takut-takut dengan wajah mendadak pucat “K-kakak manggil s-saya?”

“Enggak, kepsek. Apa kabar beliau? Ya manggil elu lah!” degus Ucup sambil mengeluarkan duit dua puluh ribuan dari saku celananya. “Lo ke kantin sekarang beli air mineral dingin bawa kesini, cepat nggak pake lama” perintahnya memaksa, anak itu buru-buru melakukan apa yang Ucup minta, ia berlari tergesa-gesa ke kantin dan kembali dalam waktu cepat membawa air mineral dingin yang diminta Ucup.

“Duit kembaliannya buat lo aja” kata Ucup. “Lo mau masuk kelas kan?”

“Iya kak”

“Sebelum lo masuk kelas, lo kesana ngasih air mineral ini ke cewek yang namanya Clara, bilangin dari Rian”

“T-tapi kak, itu lagi pelajaran-”

“Lo mau kan bantuin gue ngasih air ini?” potong Ucup tersenyum tapi malah terkesan menakutkan karena ekspresinya terlihat jelas tidak senang mendengar kalimat penolakan. Akhirnya mau tidak mau anak itu berjalan mendekati Clara yang sedang duduk di pinggiran taman kecil bersama teman-temannya menunggu permainan voli berakhir.

“Permisi, lo yang namanya Clara?” Clara memalingkan wajah dan mengangguk heran. “Ini ada air dari cowok yang disana, namanya Rian” lanjutnya menyerahkan air mineral lalu berlari pergi meninggalkan Clara yang masih kebingungan, bahkan teman-teman ceweknya juga ikut kebingungan sekaligus tidak percaya mendengar nama orang yang menitipkan air untuk Clara lewat anak tadi.

“Cla, Rian ngelihat kesini” senggol Icha membuat Clara mendongak ke arah tatapan cewek itu, tampak Rian bersama Ucup sedang melihat ke arahnya.

“Fix Rian suka sama lo” celetuk Caca berspekulasi, teman-temannya mengangguk setuju sementara Clara langsung memasang ekspresi tidak nyaman dan memilih berpindah tempat duduk di dekat Sybil. Ia meneguk air mineralnya sampai setengah lalu mengangkat botol itu ke arah Rian sebagai ucapan terima kasih dan setelah itu memalingkan wajah bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

“Gue bilang juga apa kan, dia itu rada unik” kata Rian ketika melihat Clara mengangkat botol minuman ke arah dirinya.

Ucup mengangguk-angguk setuju. “Bener. Tapi lo tetap tertarik kan?”

“Ntah” jawab Rian pendek lalu terus menyapu daun di bawah pohon yang terus berguguran ketika tertiup angin.

...*****...

Jam pulang sekolah, dengan wajah lesu dan setengah semangat Rian menjeduk-jedukan bola basketnya di atas lapangan. Matanya menatap Manda berlari ke arahnya. “Napa lo lari-lari? dikejar malaikat pencabut nyawa?”

“Ih bercandanya jelek” dengus Manda memukul bahu Rian kuat-kuat, cowok itu meringis melemparkan bolanya pada Nathan lalu mengambil tas dan handuk kecil untuk mengelap keringat. “Gue mau ajak lo ke pameran lukis”

“Sekarang?”

“Iya”

“Harus banget?”

“Iya” angguk Manda lagi menyodorkan tiket pameran seninya kepada Rian. “Om gue jadi salah satu sponsor acara ini, terus lukisannya Esther dipajang juga.”

Rian diam tapi tangannya bergerak mengambil tiket dari tangan Manda.

I’m in it with all of my heart adalah kalimat kecil yang tertulis di balik tiket itu. Ia tidak pernah menyukai pameran seni karena tidak terlalu mengerti, jangankan seni lukis acara fashion show yang ia datangi terakhir kali bersama Manda membuatnya paham betul seperti apa rasanya salah jurusan kuliah tapi tetap harus menyelesaikan pelajaran di jurusan itu sampai wisuda. Hanya saja mendengar nama Esther dan keterlibatan cewek itu di pameran seni ini membuat Rian tertarik, bahkan meskipun sekedar lukisan yang tidak ia mengerti.

“Semua lukisan Esther?”

“Enggak, cuman satu. Kalo nggak salah yang judulnya beautiful day”

“Yaudah yuk”

“Serius lo mau pergi sama gue?” tanya Manda berbinar. Rian mengangguk dengan senyum tipis mengambil hoodie hitamnya dan mengganti sepatunya dengan sendal jepit.

“Gue duluan mau anterin ibu suri keliling dunia” canda Rian melambaikan tangan ke arah teman-temannya lalu melangkah pergi mengikuti Manda dari belakang, tangannya menimang-nimang tiket dengan perasaan tidak karuan.

Gue datang ke tempat ini sama aja kayak gue ngunjungin elu kan? batinnya dalam hati.

...*****...

Kaki Rian melangkah menyusuri setiap lukisan yang tergantung di dinding, matanya mulai memberat karena rasa kantuk yang timbul akibat terlalu lama menatap lukisan. Sebenarnya ia tidak terlalu mengerti seni dan tujuannya datang kesini hanya untuk melihat lukisan milik Esther, tapi Manda memaksa untuk melihat semua lukisan yang menurut Rian tidak terlalu menarik untuknya. Ia bahkan tidak bisa mengerti bagaimana semua orang bisa memuji sebuah lukisan abstrak dan merasa tersentuh dari kisah dibalik lukisan itu.

“Gue mau ke toilet, lo kalo mau ngeliat lukisannya Esther ke arah sana, terus belok kiri, ntar gue nyusul” kata Manda lalu pergi ke toilet.

Rian buru-buru melangkahkan kaki mencari lukisan milik Esther, ia bergumam membaca setiap judul lukisan untuk memastikan tidak melewatkan lukisan berjudul beautiful day. Langkah kakinya terhenti begitu melihat seseorang berdiri di depan sebuah lukisan cewel berdiri di depan gerbang hitam. Senyum Rian mendadak muncul melihat Clara terdiam disana dengan ekspresi tanpa makna.

“Kalo kata nenek gue cewek ngelamun sendirian itu nggak baik” bisik Rian tepat di telinga Clara membuat cewek itu bergeser kesamping dengan ekspresi terkejut.

“Kok lo bisa disini?”

“Kan gue udah pernah bilang peletnya kuat” jawab Rian tersenyum lebar. Clara mendengus kembali memalingkan wajah menatap lukisan di depannya. “Tertarik banget sama lukisan di depan sampai cowok ganteng di sebelahnya dicuekin.”

Clara memalingkan wajah menatap Rian, ia menarik napas menunjuk lukisan itu dengan jari kelingkingnya. “Tau nggak apa yang aneh dari lukisan ini?” Rian menggeleng memalingkan wajah membaca judul lukisan itu, beautiful day by Esther Charmelian, seketika matanya membulat terkejut menemukan apa yang ia cari sejak tadi. “Judulnya beautiful day, tapi lukisannya agak ambigu buat gue”

“Maksud lo?”

“Menurut gue perempuan dalam lukisan ini nggak bahagia, dia punya banyak masalah, kelihatan dari gaun hitam yang dipakai. Gerbang hitam ini juga nunjukin kalo dia merasa tertekan dengan kehidupannya, makanya dia berusaha keluar, dan lo perhatiin baik-baik ada siluet laki-laki di seberang gerbang” tunjuk Clara membuat Rian maju sedikit menatap kearah siluet laki-laki yang ditunjuk Clara.

“Dan itu yang menurut gue rada ambigu, karena gue nggak tau siluet laki-laki itu adalah tanda dari hari bahagianya dia atau tanda orang yang ngambil kebahagiannya dia. Dan kata beautiful day itu juga nggak jelas menunjukan hari-hari lampu sebelum bertemu laki-kaki ini atau hari-hari setelah mereka bertemu. Tapi kemungkinan besar siluet laki-laki ini adalah sumber kebahagiaan dia.”

Kening Rian berkerut dengan perasaan camput aduk . “Lo yakin?”

Clara angkat bahu, “gue cuman melihat dari sudut pandang gue sendiri, kalo lo punya persepsi berbeda ya nggak masalah. Emang lo nggak setuju sama gue?”

Rian tidak menjawab, tiba-tiba ia teringat keluhan lama  Esther yang tidak ingin ayahnya menikah lagi. Cewek itu benar-benar merasa putus asa ketika ayahnya memutuskan menikah padahal kematian mamanya belum sampai setahun. Tapi seperti yang Rian lihat, Esther adalah seseorang yang baik, ia tidak membenci mama tirinya dan adik tirinya Manda, meskipun beberapa kali Esther menangis di bahu Rian dengan alasan ia merasa lelah.

“Menurut lo laki-laki itu siapa?” tanya Rian memalingkan wajah kembali menatap Clara.

“Menurut lo sendiri siapa?”  sahutnya malah balik bertanya. Rian baru akan bertanya lagi tapi tertahan karena Sybil datang dan menepuk pundak Clara.

“Halo kak” sapa Sybil canggung, Rian tersenyum kikuk. “Udah selesaikan Cla? cabut yuk, gue udah lapar.”

Clara mengangguk lalu melambaikan tangan kepada Rian, “gue duluan” ujarnya lalu pergi bersama Sybil meninggalkan Rian terdiam tanpa suara, sampai kemudian Manda datang membuyarkan lamunan cowok itu.

“Bagus kan lukisan Esther?” tanya Manda, kepala Rian mengangguk kaku merasa tidak bersemangat. “Lo lihat siluet cowok disitu, tau nggak dulu gue pernah tanya Esther dia bilang siluet itu terinspirasi dari elu. Dia ngelukis ini khusus buat elu, karena dia ngerasa lo yang bikin hari-harinya dia jadi lebih indah, makanya meskipun warna lukisan ini agak gelap tapi judulnya beautiful day. Esther bilang lo adalah orang paling berharga dalam hidupnya dia” lanjut Manda menjelaskan panjang lebar.

Rian tercekat, matanya mendadak terasa panas bersamaan dengan perasaannya yang sekali lagi berkecamuk. Ia tidak membalas perkataan Manda hanya saja tubuhnya terasa kaku, sampai akhirnya tangan Manda bergerak menepuk pundak Rian pelan. “Jangan nangis”

“Gue nggak nangis” balas Rian berbohong. “Cabut yuk gue lapar” ajaknya lalu melangkah pergi tanpa memperdulikan Manda akan mengikutinya atau tidak. Lukisan itu sukses membuatnya merasa ingin mati di tempat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!