''Alina Fitriani beserta keluarganya tidak tinggal di kota itu lagi, mereka pindah sepuluh tahun yang lalu ke kota ini.''
Erick mengernyit dan menatap Sigit.
Sebuah laporan yang jelas dan tak perlu di pertanyakan lagi dengan keafdolannya. Erick hanya bisa diam dan mulai traveling dengan nama Alina, wanita yang di temuinya.
''Restoran apa yang menjadi langganan perusahaan?'' Sebuah pertanyaan yang menurut Sigit sangat menyimpang dari permasalahan yang di bahas saat ini.
''Restoran XX yang ada di depan jalan.''
Tak membuka suara lagi, Erick menyambar jasnya dan keluar ruangan.
''Apa perlu saya temani, pak?'' Tanya Sigit mengikuti langkah lebar bosnya.
Erick menghentikan langkah, menurutnya terlalu gegabah jika harus turun tangan sendiri.
''Kamu tau kan, gadis yang waktu itu mengantar makanan ke sini.''
Sigit mengingat ingat hari yang lalu.
''Ingat, namanya Alina.''
''Kamu temui dan interogasi dia, tapi jangan sampai dia tau kalau aku orang di balik semua ini.''
Erick kembali ke ruangannya meninggalkan Sigit yang masih mematung dengan memendam beberapa pertanyaan.
Alina, namanya sama, apa dia yang di cari pak Erick, jika iya, itu artinya pekerjaan ini tidak menyusahkanku.
Sigit makin bersemangat untuk pergi ke restoran itu, dan berharap kali ini sasarannya tepat.
Lima belas menit Sigit sudah memarkirkan mobilnya di depan restoran yang terbilang ramai itu, sebelum keluar, Sigit merapikan penampilannya, karena sebenarnya ia juga punya perasaan khusus sama gadis itu, hanya saja pekerjaan yang selalu menuntut dan harus menomer duakan asmaranya.
Setelah sampai didalam, Sigit langsung duduk disalah satu kursi yang kosong, pandangannya mengedar ke sana kemari, ternyata gadis yang di cari tak nampak batang hidungnya.
''Permisi mas, pesan apa?'' Tanya pelayan lain.
''Saya mau cari Alina,'' ucapnya ke inti karena sekretaris itu tak mau basa basi dengan wanita, apa lagi tak di kenalnya.
Wanita itu langsung ke dalam untuk memanggil Alina yang kini sibuk dengan pekerjaan lain.
''Alina, ada yang cari kamu,'' meletakkan nampan dengan kasar.
''Siapa?'' tanya Alina penasaran.
''Mana aku tau, temui saja.'' jawabnya ketus.
''Nggak usah sinis gitu kenapa sih?'' sahut Erna.
''Suka suka aku dong, lagian apa urusan kamu.''
''Lusi, sudah, kalian ini bisa nggak sih kalau nggak berantem.''
Alina hanya tersenyum ke arah Erna. ''Biarkan saja, aku keluar dulu ya,'' melepas celemek yang di pakainya.
Pasti itu laki laki kaya yang sudah di pelet dia, kira kira selain pak Anton siapa lagi yang sudah menjadi korbannya.
Alina keluar, celingak celinguk mencari seseorang yang di maksud Lusi.
Kira kira siapa.
Saking ramainya terpaksa Alina membelah tamu yang sibuk dengan makanannya
''Alina...'' Suara berat membuatnya menoleh.
Alina tersenyum dan menghampiri laki laki yang saat ini mengangkat tangannya.
''Bapak cari saya?'' tanya Alina.
Sigit mengangguk dan menarik kursi untuk Alina duduk.
''Ada apa, pak?'' tanya Alina tak mau mengulur waktu karena itu jam kerja.
Aku harus mulai dari mana.
''Alina, apa Saya boleh tau data diri kamu, maksud Saya tentang keluarga kamu?'' Tanya Sigit.
''Untuk apa?'' tanya Alina lagi.
''Tidak apa apa, Saya hanya ingin tau saja, lagi pula kita kan sudah kenal, tidak mungkin saya akan jahat pada mereka.''
Alina menunduk, wajah yang tadinya berseri seri kini kembali suram.
''Kenapa?'' tanya Sigit.
''Papa dan mama saya sudah meninggal, saya sudah tidak punya keluarga lagi, sekarang saya tinggal sama Bibi.'' Jelasnya.
Eheemmm.....Tiba tiba saja suara deheman membuat Sigit terpaksa menunda ucapannya yang hampir saja meluncur.
''Pak Anton.''
''Ini jam kerja, kenapa kamu malah ngobrol disini,'' nada marah sembari menunjuk jam tangannya.
Sigit mengeluarkan kartu nama dari saku jasnya dan menyodorkan ke arah Anton.
Sekretaris PT Distro.
Baca Anton dalam hati.
"Silahkan di lanjutkan!"
Alina tercengang, tak mengerti dengan tingkah Anton yang sepertinya takut dengan Sigit, padahal wajahnya tampan, sikapnya juga ramah, aneh.
"Maksud saya nama papa kamu dan asal mula kamu."
Tanpa memikirkan sesuatu Alina menceritakan semuanya pada Sigit, gadis itu dengan detailnya mengucapkan apa yang menimpa dirinya hingga ia bisa ikut sang Bibi.
Huuaa... huaaaa.... Tangis Alina pecah kala ingat kedua orang tuanya.
Jadi yang di maksud pak Erick adalah Alina ini.
"Alina kamu tenang, jangan nangis." menyodorkan tisu di depannya.
Tak malu, Alina mengelap ingus yang hampir saja keluar dari rongga hidungnya.
"Maaf ya pak kalau saya jorok."
Sigit hanya bisa mengerutkan dahinya dan mengangguk, baru kali ini laki laki itu harus menginterogasi gadis.
"Ya sudah, terima kasih, Saya balik dulu maaf sudah mengganggu."
Alina mengangguk dan menatap punggung Sigit berlalu.
Sebenarnya apa tujuan pak Sigit nanya keluargaku.
Tak mau larut dengan hal yang tidak pasti, Alina kembali bekerja.
Dengan wajah berbinar Sigit yang sudah tiba di perusahaan kembali menuju ruangan Erick.
"Permisi..." mengetuk pintu yang sedikit terbuka.
"Masuk!" sahut Erick dengan pandangan yang masih tertuju pada laptop.
"Bagaimana?" tanya Erick tanpa menghentikan aktivitasnya
"Benar pak, Namanya Alina Fitriani, putri pak Johan, dulu tinggal di kota B, dan sekarang tinggal dengan bibinya."
Erick mengepalkan tangannya dan menggebrak meja.
"Kamu cari Om Johan dan pastikan perusahannya bangkrut." ucapnya dengan wajah berapi api.
"Maaf pak, Tapi papa dan mamanya Alina sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."
Ucap Sigit lagi menjelaskan.
"Apa?" tanya Erick kaget, tak menyangka kalau Alina seperti dirinya, namun itu tak menyurutkan rasa sakit yang mendekap di dadanya saat ini.
Sigit kembali mengangguk.
Itu artinya Alina yang harus menanggung apa yang sudah di lakukan papanya. Aku tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.
"Sigit, kamu siapkan pernikahanku dan Alina di hotel paling mewah, dan daftarkan juga ke KUA, undang seluruh kolega bisnis kita. Buat se meriah mungkin."
"Baik pak," meskipun hatinya sudah mengomel kayak emak emak, Sigit tetap mematuhi perintah dari Erick. Tak mau membuat bosnya itu marah, apa lagi murka dan memecatnya.
Dia yang kawin aku yang sibuk, dia yang mendapatkan calon istri aku yang harus interogasi, sebenarnya Alina itu siapa sih, kenapa tiba tiba pak Erick mau menikahinya, apa dia pacar pak Erick di masa kecil.
Sigit segera menghubungi seseorang untuk menyiapkan semua yang di titahkan bosnya.
"Pagi, Rick." Suara Familiar membuyarkan Erick yang sedang memikirkan sesuatu.
"Luna, kapan kamu datang?" Sapa Erickk beranjak dan membenarkan dasinya.
"Baru kemarin," Gadis yang bernama Luna itu mendekati Erick, namun tidak bagi Erick yang memilih untuk mundur menghindari wanita itu.
"Maaf, Lun, silahkan duduk!"
Apa kepergianku selama ini tak bisa membuatnya sadar, apa dia memang tak bisa membuka hatinya untukku, harus dengan cara apa aku mendapatkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
💜 Cindy Cantik 💜
pastiii ceritanyaaa banyak mengandung bawang nihh 😢😢 samaa kyk Penjara Cinta Sang Mafia bikin nyeseekk jg 😣😣😣
semangaatt thor 😍😍😍😍
2022-02-10
1
Gilang Hamzah
Ntar nyesel loh Rik,dan disaat Luna SDH pergi jauh baru Lo menangissss
2021-12-15
0
Roslia Roslia
sabar alina kenanaran pesti trungkap jga
2021-12-14
0