Bruukkk...suara tabrakan mobil dan motor menggema, semua karyawan yang menyaksikan segera mendekat menolong pengendara motor yang kini melepas helm dalam keadaan berbaring.
Shhiittt.... pagi pagi harus ada drama, ujung ujungnya minta ganti rugi.
Pria yang masih ada di dalam mobil itu hanya bisa memukul setirnya dan menggerutu.
''Tu,.... ini mah kayak di film film, tabrakan lalu di marahin bos gara gara makanannya hancur,'' dalam keadaan terluka masih sempat sempatnya mengoceh.
Seorang gadis hanya bisa menatap nanar makanannya yang kini berantakan di bawah, motornya roboh, sedangkan ia mengalami luka kecil bagian lutut setelah kuda besinya menghantam mobil yang juga masuk bersamaan.
''Gimana ini?'' ada sebuah penyesalan pada dirinya, pasti ia harus bertanggung jawab atas apa yang di bawanya.
Pengendara mobil itu segera turun saat melihat kerumunan yang menghalangi mobilnya untuk masuk.
Ehemm... suara deheman berat membuyarkan para karyawan untuk segera kembali setelah menyapa ramah.
''Siapa yang salah?'' tanya pria itu dengan kedua tangan yang masuk kantong celana.
Gadis itu menoleh dan mendongak menantap pria yang mematung di belakangnya dengan pandangan jauh ke depan.
Sepertinya aku mengenalnya, tapi siapa ya?
''Harusnya bapak juga lihat dong, kalau Saya ini bawa makanan, jadinya kayak gini kan rugi, belum gajian lagi, uang dari mana coba buat ganti,'' mencoba untuk bangkit menghampiri makanan dan memungutnya.
''Pagi pak,'' Sapa Sigit, sang sekretaris yang baru keluar dari dalam.
Hemm..... jawabnya. ''Kasih dia uang, dan siapkan meeting hari ini.
''Baik pak,'' jawab Sigit lalu meraih uang di saku celananya.
''Ya Ampun Alina, lain kali hati hati.''
Mendengar suara sekretarisnya, pria itu menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap punggung keduanya yang sedang membersihkan sisa kotoran.
Alina, nama dia Alina, dan sepertinya dia pekerja restoran, apa wanita itu yang di maksud Putra.
Ya, ternyata gadis itu bernama Alina yang bertugas mengantarkan makanan setiap ada pesanan.
''Iya pak, memang saya yang salah, tadi malam Bibi suruh nyuci bajunya, jadi saya telat tidur, dan sekarang masih ngantuk,'' jawabnya diiringi dengan menguap.
''Untung kamu nabrak mobil bos di sini, kalau di jalan raya kan bisa panjang urusannya.''
Pria yang masih mematung itu dengan jelas mendengar ungkapan Alina.
Iya benar, ternyata dia adalah Alina yang di maksud Putra, bukan Alina ku.
Setelah mendapat kejelasan, pria itu kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk.
Sedangkan Alina yang baru saja menerima uang kembali untuk mengambil makanan, kali ini ia sedikit buru buru takut terlambat.
''Baru datang, Rick,'' suara itu mengejutkan Erick yang masih traveling dengan otaknya, entah kenapa ia masih memikirkan gadis yang membuat mobilnya tergores.
''Iya paman, apa klien kita sudah datang?'' tanya Erick.
''Belum, mungkin perjalanan kesini,'' melihat jam yang melingkar di tangannya.
Keduanya berjalan menuju ruangan Erick, karena pak Bima memang sengaja datang karena ingin menunjukkan sesuatu yang sangat penting.
Lima belas menit Alina sudah tiba di restoran tempatnya bekerja, gadis itu tergopoh gopoh menghampiri Erna untuk membuatkan makanan kembali seperti tadi.
''Memangnya yang tadi ke mana?'' Erna penasaran seraya menyaksikan nafas Alina yang ngos ngosan.
''Ceritanya panjang, ini uangnya, dan tolong cepat, nanti kalau terlambat bisa bisa aku kena marah si bos.''
Tak menunggu waktu, semua sahabatnya membantunya untuk kembali membuat makanan.
Untung masih ada sisa, mereka tinggal menata dan itu tak butuh waktu lama, hanya berkisar tiga puluh menit sudah siap di antar. Namun waktunya tinggal lima belas menit.
"Hati hati ya!" seru Erna saat Dinda membawa makanannya keluar.
Baru saja membuka pintu depan, Alina merasa ada malaikat penolong datang.
"Bang Putra, bang, tolong dong anterin ke PT Distro depan." menunjuk ke arah kanan.
Itu kan perusahaan kak Erick.
Putra yang memang sudah mengenal Alina segera membantunya membuka mobilnya.
"Terlambat lagi?"
Alina menggeleng, dan menceritakan kejadian yang tadi pagi menimpanya secara detail.
"Wah... kalau lihat yang menabrak kamu sudah aku tonjok dia."
Alina tertawa keras... "Mana mungkin bang Putra berani, kayaknya dia bos perusahaan itu." Jelasnya.
Itu artinya yang nabrak Alina kak Erick sendiri dong. Jika yang di cari Alina ini pasti Kak Erick mengenalnya, tapi sepertinya bukan.
Jika naik motor harus menempuh jarak lima belas menit, kini cukup tujuh menit Alina sudah tiba di depan perusahaan tadi.
''Perlu aku bantu?'' Tawar Putra.
Alina menggeleng.
Dengan langkah besar ia memasuki kantor itu membawa makanannya dengan dua tangannya.
''Langsung bawa ke lantai 13 saja, nanti Mbak cari ruang meeting.''
Alina mengangguk.
Mudah mudahan saja mereka belum ada di ruangan itu.
Gadis itu merasa was was saat keluar dari lift, seperti biasa tak sendiri, gadis itu di bantu OB yang sudah menunggu di sana.
''Mbak telat, semua tamu sudah di dalam,'' kata OB membuat Alina menciut, bahkan sedikit tak ada keberanian masuk.
Apakah hari ini adalah hari sialku, setelah semalam dapat hukuman dari bibi, apakah nanti aku akan di pecat gara gara keteledoranku.
Setelah menghirup napas dalam dalam, Alina mengetuk pintu.
Pintu terbuka, Sekretaris Sigit mematung di sana dengan wajah serius.
"Silahkan!" memberi jalan untuk Alina masuk.
''Maaf pak, Saya terlambat." ucapnya sembari menunduk.
Alina melewati ruang meeting menuju ruang makan khusus para tamu penting, ternyata di sana juga sudah tersaji beberapa menu mewah.
"Lain kali jangan seperti tadi." bisik Sigit saat Alina selesai dengan tugasnya.
Dengan menundukkan kepala, Alina kembali keluar melewati seorang pria yang membenarkan dasinya. Dan itu tak sengaja tersorot oleh matanya, sesuatu yang memang sangat ia kenal.
Tangan ini, bukankah tangan ini, Ah... mungkin cuma kebetulan saja, manusia di dunia ini begitu banyak, dan aku tidak boleh berburuk sangka.
Karena begitu lelah, Alina langsung saja duduk di kursi depan ruangan itu, mengembalikan tenaga yang dari pagi terkuras habis.
"Siapa dia, apa dia juga klien perusahaan ini, ataukah dia anggota pekerja disini, terus siapa pemilik perusahaan ini. Kalau memang benar dia orangnya, itu artinya..." Alina kembali diam dan tak melanjutkan omongannya.
Kak Erick, kamu di mana, apa kamu lupa sama janji kamu untuk menjemput aku, aku tersiksa di rumah Bibi, aku butuh kamu.
Banyak tanda tanya dalam hati Alina, namun ia harus segera pergi mengesampingkan apa yang baru saja di lihatnya demi pekerjananya.
Setelah selesai meeting yang cukup menegangkan, dan Erick berhasil memenangkan tender, kini tinggal pria itu dan pak Bima yang ada di ruangan.
Pleekkk.... berapa foto terlempar di atas meja.
''Apa ini, Paman?'' tanya Erick sebelum menyentuh beberapa gambar di depannya.
"Lihat saja sendiri!" ucapnya tegas.
Dengan sigap Erick mengambil gambar itu.
"Ini kan om Johan dan papa." cicitnya sembari menatap gambarnya satu persatu. Tiba di paling akhir, terlihat dalam gambar itu keduanya seperti berdebat.
"Untung perusahaan masih menyimpan semua data data dan video sebelum kejadian papa kamu meninggal."
Pak Bima membuka laptop dan memutar sebuah Video lima belas tahun yang lalu.
Dengan seksama keduanya menyaksikan perdebatan hebat antara papa Erick dan papa Alina, keduanya memperebutkan saham antar perusahaan, dan terbukti jelas jika keduanya tak ada yang mengalah.
"Ini tanggal kejadian saat cctv menangkap kejadian." Dan malamnya Papa kamu terbunuh." jelasnya lagi.
''Erick Tercengang, tak menyangka dengan apa yang saksikan, tak pernah terpikir olehnya kalau papanya dan papa Alina punya masalah sebelum terbunuh.
"Dan kemungkinan besar Papa Alina lah pembunuh papa kamu."
Erick mengepalkan kedua tangannya dan mengeratkan giginya, emosinya melunjak setelah mendengar ucapan pak Bima.
Aku berjanji, demi apapun di dunia ini, aku akan membalas apa yang papa rasakan, meskipun itu pada gadis yang aku sayangi dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Renesme Kiky
paman nya yang jahat pasti
2022-12-22
0
Dwi Hartati08
wah wah wah pak Bima sembunyi tangan kayaknya menumbalkan orang lain untuk perbuatan nya sendiri
2022-09-04
0
Cicih Sophiana
nyimak thor
2022-03-05
0