Seperti menemukan sosok pelindung, itulah Alina saat ini, rumah mewah yang berdiri kokoh di depannya bukanlah tempat yang paling aman, namun sosok yang mematung di sampingnya lah yang memberi kenyamanan hidup.
Dengan membawakan tasnya, Erick melangkahkan kakinya menuntun Alina memasuki rumah mewahnya.
Di bukanya lebar lebar pintu, menunjukkan sudut ruangan yang begitu indah dengan hiasan hiasan mahal yang melengkapi.
''Ini rumah, kakak?''
Alina tak begitu heran, hanya berkisar lima tahun ia meninggalkan kekayaan sang Ayah yang tiba tiba saja katanya bangkrut semenjak papa dan mamanya meninggal, karena di saat itu Alina belum tau apa apa dan memilih tinggal bersama bibinya.
''Iya, mulai sekarang kamu akan tinggal di sini.'' membawa Alina menuju kamar yang berada di paling ujung.
''Ini kamar kamu,'' Alina dan Erick memasuki ruangan itu.
Alina hanya bisa mengabsen isi ruangan yang saat ini menjadi tempat tidurnya.
''Dan sebentar lagi kita akan menikah.'' Imbuhnya lagi.
Sontak Alina yang baru saja membuka lemari kembali menutupnya dan mendekati Erick.
''Menikah, kenapa harus secepat ini?'' tanya Alina.
Sebelum bertemu, Alina memang merindukan sosok Erick, tapi setelah keduanya beradu mulut setelah beberapa jam, Alina merasa ada perubahan di diri Erick, pria itu tak se renyah dulu, bahkan dari tadi hanya ada sekali senyuman yang terukir dari sudut bibirnya.
''Bukankah ini rencana kita dari dulu, aku akan menjemputmu dan menikahi kamu.''
Kembali ke masa lalu, benar itulah yang pernah di ucapkan Erick padanya, Alina melukis senyum.
Ternyata kak Erick tidak lupa dengan janjinya, semoga keputusan ini yang terbaik untukku.
Alina mengangguk setuju, lagi pula apa yang di tuju selain mendapatkan laki laki yang serius, baik dan mapan seperti Erick, apa lagi mereka sudah saling kenal sejak kecil, meskipun lama berpisah tak menggoyahkan hati Alina untuk berpaling. Dan baginya Erick tetaplah pria yang bisa menjaga dirinya.
''Aku mau ke kantor, kalau kamu lapar bilang saja sama pembantu.''
Tanpa menunggu jawaban lagi, Erick meninggalkan Alina di kamar itu sendirian.
''Kenapa kak Erick sangat kaku padaku, sepertinya banyak yang berubah dengan dirinya, apa karena sekarang dia sudah sukses dan menjadi orang besar.''
Setelah bermonolog, Alina keluar dari kamarnya, masih sangat asing, gadis itu menyusuri tangga menuju dapur, mungkin berkenalan dengan penghuni rumah bisa membuatnya lebih nyaman.
Baru aja sampai di sisi meja, pintu depan kembali terbuka sosok gadis cantik masuk menghampirinya.
Keduanya saling pandang dengan tatapan masing masing.
Siapa dia, kenapa ada di rumah kak Erick, apa dia pembantu baru.
Alina memilih tersenyum ramah saat gadis di depannya itu hanya melipat kedua tangannya.
Ini siapanya kak Erick, sepertinya sudah terbiasa di rumah ini.
Sebagai penghuni baru Alina ingin bersikap baik.
''Kenalkan, aku Alina.'' Mengulurkan tangannya ke arah gadis di depannya yang masih menatapnya sinis.
Gadis itu menerima uluran tangan Alina.
''Melani.''
Jadi ini gadis yang di cari cari kak Erick selama ini, itu artinya gadis ini yang akan menikah dengan kak Erick, kasihan kak Luna, masa dia yang lebih cantik kalah dengan gadis kampungan seperti ini.
Ternyata Melani, sepupu Erick yang datang.
Baru saja berapa langkah melanjutkan jalannya menuju dapur, lagi lagi terdengar ada tamu yang datang.
''Maaf, Non Alina nya ada?''
Mendengar namanya di sebut, Alina segera ke depan untuk menemui siapa yang datang.
''Saya di sini, Mbak.'' sapanya mendekat.
''Saya desainer yang akan membuat gaun pernikahan Non dan pak Erick, dan kedatangan saya kemari ingin menanyakan seperti apa permintaan Non.''
Bingung, Alina belum memikirkan itu, lagi pula ini sangat mendadak baginya, dan Alina belum tau selera Erick.
''Sebentar ya, Mbak, aku tanya kak Erick dulu.''
Duh...kenapa tadi nggak bilang kalau akan ada desainer datang sih, kalau kayak gini kan aku bingung mau model yang kayak gimana.
Alina menghubungi Erick, untung tadi sudah minta nomor ponselnya, kalau belum, pasti akan bingung dua kali.
''Halo, kak, ada desainer datang, katanya mau buat gaun untuk pernikahan kita, aku nggak tau yang kakak suka.''
Terserah kamu saja, aku ikut, apapun yang kamu pakai, pasti akan terlihat cantik.
Meskipun hanya lewat telepon, pujian Erick mampu mengubah wajah Alina merah merona.
Mendengar jawaban Erick yang meringankan dirinya, Alina langsung memilah milih gambar yang di bawa wanita cantik itu, pilihannya jatuh pada gaun tertutup yang simple dan elegan dengan warna kalem yang sangat cocok dengan kulit putihnya.
''Apa nggak kurang glamor?'' tanya desainer yang duduk di sampingnya.
Alina menggeleng tanpa suara. Baginya apapun yang di pakai akan tetap sama, yang penting pernikahannya akan langgeng.
Tim.. tin... lagi lagi suara klakson mobil yang berhenti di depan rumah Erick.
Itu pasti kak Luna.
Dengan antusiasnya Melani berlari kecil menuju pintu utama.
Sedangkan desainer itu pun langsung pulang setelah urusannya selesai.
''Kak Luna...'' Serunya seraya memeluk tubuh semampai di depannya.
Alina hanya bisa menatapnya dari jauh.
Siapa lagi perempuan itu, cantik sekali.
Dengan gontainya Luna dan Melani mendekati Alina yang masih duduk di ruang tamu, wanita itu saling pandang, empat lawan dua.
''Ini calon istri Mas Erick?''
Ternyata kabar pernikahan itu memang sudah menyebar ke seluruh penjuru, bahkan semua kolega penasaran dengan nama yang tertera di undangan tersebut.
Alina tersenyum. ''Iya, namaku Alina.'' Memperkenalkan diri dengan sopan.
Cih...kenapa dia yakin banget kalau tidak ada sesuatu yang terselubung dalam pernikahan ini, masa iya Erick jatuh cinta sama dia.
Di lihat dari penampilan, Alina memang jauh beda, meskipun ia juga cantik namun dari segi tinggi dan bodi, tetaplah berselisih dengan Luna yang berprofesi seorang model internasional.
''Kenalkan Ini kak Luna, pacar kak Erick.'' Ucap Melani ketus.
''Apa?'' Alina memastikan kalau yang ia dengar tidak salah.
''Kamu tuli, atau pura pura budeg.''
''Terserah kalian mau ngomong apa, dan terserah siapa dia, aku tidak peduli, toh pernikahan kami akan berlangsung, itu artinya, dia bukan siapa siapa jika sudah ada aku yang menjadi istrinya.'' Bantah Alina tak mau kalah.
Sialan, ternyata gadis ini tak seperti yang aku kira, bahkan baru calon saja dia sudah berani melawanku, apa lagi nanti kalau sudah menjadi istri kak Erick, pasti dia yang akan berkuasa di rumah ini.
Karena sudah kesal dengan pengakuan yang belum ia ketahui kebenarannya, Alina menggertakkan kakinya lalu meninggalkan keduanya di ruang tamu.
Gadis itu memilih untuk kembali ke kamar, baginya itu adalah tempat yang pas untuk menghindari dua wanita ganjen di bawah.
Kenapa Melani bicara seperti itu, kalau memang Luna adalah pacar kak Erick, kenapa dia mau menikah denganku, sebenarnya apa yang terjadi semenjak kami berpisah. Dan kenapa kak Erick buru buru ingin menghalalkanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Gilang Hamzah
Smg Alina g jd wanita yg lemah, semangat Alina
2021-12-15
0
Dasmi Lismi
siap siap makan hati alina
2021-12-13
0
Nora Hutapea
Luna dan mekanisme egois
2021-12-07
0