''Bang Putra,'' Sapa Erna.
Pria yang lagi sibuk dengan makanannya itu menoleh ke arah suara gadis yang familiar, meskipun tak sedekat seperti Alina, setidaknya Erna juga mengenalnya. Sedikit canggung, tapi Erna harus tetap bertanya, tak mau lagi memendam kejanggalan dalam hatinya beberapa hari ini.
''Ada apa, kelihatannya serius amat?'' Tanya Putra basa basi, berpikir sejenak, tak biasanya Erna menyapanya. Apa lagi semenjak Alina menikah Putra pun jarang datang ke restoran. Ia memilih makan di rumah supaya bisa lupa tentang Alina yang saat ini menjadi sepupu iparnya.
Erna menarik kursi dan duduk di depan Putra, tak enak jika bicara dengan berdiri.
''Bang, setelah menikah ponsel Alina nggak bisa di hubungi, aku khawatir, takut terjadi apa apa dengannya. Abang kan saudara suaminya Alina, barang kali abang tau kenapa?'' Tanyanya secara detail.
Putra yang dari tadi sibuk dengan makannya malah tersendat.
Dengan cepat Erna menyodorkan segelas air putih ke arahnya. ''Pelan pelan dong bang, nggak ada yang minta,'' goda Erna.
Putra hanya tersenyum tipis.
''Kenapa harus khawatir, mungkin dia bulan madu, atau mungkin dia sibuk mengurus suaminya.'' jawabnya simple.
Erna menghela nafas panjang, kenapa ia tak berpikir sejauh sana.
Benar juga sih apa yang di katakan bang Putra, mungkin saja Alina sudah lupa sama aku, lagian sekarang dia kan sudah hidup enak. suaminya kaya, pengin apapun bisa tercapai, dan pasti pak Erick melarangnya untuk berhubungan dengan orang rendahan sepertiku.
Cetiiikkk..suara jari Putra membuyarkan lamunan Erna yang jauh terbang ke angkasa.
Gadis itu mengukir senyum meski hatinya sedikit cemas.
''Kenapa bengong, kamu ingin nikah juga?'' Celetuk Putra. Sekali kali menggoda cewek selain Alina.
Ckckck..... berdecak kesal.
''Calonnya masih sembunyi di lubang semut, mungkin akan keluar beberapa tahun lagi.'' jawabnya seraya beranjak meninggalkan Putra.
''Ternyata Erna lucu juga, baru kali ini aku tau, apa memang aku terlalu fokus dengan Alina, hingga tak bisa menilai di sekelilingnya.'' gumamnya.
Setelah punggung Erna menghilang, Putra merogoh ponselnya dari kantong celana mencari cari kontak Alina yang tersimpan.
Putra hanya menatap kontak dengan profil wajah manis itu. ''Kak Erick sangat beruntung bisa mendapatkan kamu, andai saja aku yang di posisi dia, pasti kali ini aku menjadi laki laki yang paling bahagia di dunia ini.'' gumamnya lagi.
Karena penasaran, Putra mencoba menghubungi Alina.
Setelah beberapa menit Putra kembali menatap layar ponselnya.
Benar kata Erna, ternyata ponsel Alina nggak bisa di hubungi, apa kak Erick mengganti nomor ponsel Alina dengan yang baru.
''Aku harus pastikan kalau Alina baik baik saja.''
Setelah membayar makanan yang di pesan. Putra langsung hengkang dari restoran menuju rumah Erick.
Tak butuh waktu lama untuk sampai tujuan, tiga puluh menit Putra sudah mendaratkan mobilnya di depan rumah mewah Erick.
Kok banyak penjaga di sini.
Sebelum turun Putra mengedarkan pandangannya di setiap sudut rumah Erick, tak seperti biasanya yang sepi, kali ini banyak pria berbaju hitam dengan tubuh kekar berkeliling di area rumah pria itu.
Memangnya siapa yang di jaga, batinnya lagi.
Putra segera turun menuju pintu utama, namun saat ini langkahnya harus berhenti karena ada tangan yang menghalangi jalannya.
''Bapak tidak boleh masuk.'' Ucap pria yang ada di hadapannya dengan lantang dan tegas.
''Kenapa, ini kan rumah kak Erick, kenapa kalian yang mengatur?'' ucap Putra tak mau kalah.
''Kami hanya menjalankan perintah.'' Jawabnya lagi.
Sebenarnya ada apa sih ini, apa saking cintanya sama Alina kak Erick menjaganya dengan ketat, sampai aku, sepupunya saja tak bisa menemuinya. Apa lagi orang lain, sungguh posesif abis, tapi keterlaluan.
Terpaksa Putra harus mundur dari pada membuat masalah dengan Erick.
''Nona mau ke mana?'' jika Di luar Putra di larang masuk, Alina yang ada di kamar pun di larang keluar, padahal ia ingin sekali menghirup udara segar di depan, nyatanya kini ia bagaikan hidup di dalam jeruji besi, bagaimana tidak, kamar yang di tempatinya pun persis gudang, hanya ada jendela kecil yang menghubungkan ke taman samping.
''Aku mau turun sebentar saja,'' ucap Alina berbohong, padahal ia tau dari jendela kalau Putra datang.
''Jika nona butuh sesuatu, bilang saja, kami akan ambilkan.''
Apa kalian juga bisa mengambilkan bang Putra dan membawanya kesini.
Nyatanya Alina hanya berani menggerutu di dalam hati, masih takut dengan orang asing yang kini menjadi penjaga pintu kamarnya.
Alina memejamkan matanya, tak tau lagi cara apa yang bisa mengelabuhi penjaga tersebut.
Alina tenanglah dulu, mungkin bukan sekarang kamu bisa ketemu bang Putra.
Karena sudah kehabisan akal, Alina kembali masuk dan menutup pintunya dengan keras lalu membuka gorden jendelanya.
Terlihat Putra yang kembali masuk mobil tanpa menatap ke atas arah kamarnya.
Siapa lagi yang bisa menolongku, aku nggak mau disini, lebih baik aku bekerja keras di luaran sana dari pada harus hidup di kandang ini.
Mengeluh pun percuma, karena saat ini tak akan ada yang bisa membebaskannya kecuali Erick dan sebuah keajaiban yang akan datang.
Alina kembali menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit langit kamarnya, bayangan indah masa kecilnya kembali melintasi otaknya.
''Kalau aku tau akan begini aku nggak mau menikah sama kamu, lebih baik aku menikah sama orang lain, kamu tega sama aku, kamu lebih mementingkan wanita lain dari pada istrimu sendiri. Kamu benar benar berubah.''
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
''Putra....Tumben kamu kesini,'' sapa Erick terkejut melihat sepupunya datang ke kantor.
''Iya kak, pengin latihan kerja sama kakak, aku nggak mau di ajari sama papa, terlalu ribet,'' ucapnya, entah itu hanya bualan atau serius yang pastinya Putra ingin sekali mengetahui keadaan Alina saat ini lewat Erick.
''Silahkan duduk, biar Sigit yang ajarin.''
Erick ikut menemani Putra yang kini memilih duduk di sofa ruangannya, namun tetap pandangannya tak lepas dari laptop.
Aku harus mulai dari mana, nggak mungkin tiba tiba saja aku menanyakan keadaan Alina, pasti Kak Erick akan curiga.
Erick mulai serius, karena Putra sudah dewasa dan waktunya terjun ke dunia bisnis bukan hanya ke sana kemari tak jelas. Pikirnya.
''Kakak nggak bilang madu?'' Tanya Putra.
''Sibuk, nggak ada waktu untuk bulan madu.''
Jawaban macam apa itu, kaku banget, kasihan Alina jadi istrinya orang kaya tapi tidak bisa bersenang senang saat menjadi pengantin baru. batin Putra jengkel.
''Kak, nanti malam boleh kan aku ke rumah, mau makan malam di rumah kakak.''
Erick meletakkan pulpen yang dari tadi di pegangnya, dan beralih menatap wajah Putra penuh selidik.
''Mulai hari ini kamu jangan lancang datang ke rumah, aku tau kalau kamu suka sama Alina, dan jangan pernah berharap kamu bisa dekat dengannya.'' Tegasnya.
Sebesar apa cinta kak Erick untuk Alina, sampai bertemu denganku saja tidak boleh, meskipun aku suka sama dia, aku juga tau batasan, dan aku nggak akan merebut Alina darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nora Hutapea
bgs outra
2021-12-07
0
Lutha Novhia
rebut zha putra
kamu lebih baik dr kakak spupumu itu
2021-12-03
0
Sri Lestari E
dendam.... sereeeem
2021-11-14
0