13. Kerja Sama Tim

Hari pertama di acara outing gabungan perusahaan ekspedisi, pukul 07.00 pagi, restoran sudah ramai. Seluruh kursi dan meja sudah terisi penuh oleh karyawan yang mengejar jadwal berkumpul di lapangan. Dean berdiri dengan wajah ditekuk menatap pintu restoran yang tadi sudah didekatinya.

“Kita entar aja, tunggu sepi.” Rio baru tiba di sebelah Dean dengan ponsel di telinganya. Ia kembali berjalan mengitari bagian depan restoran sambil berbicara di telepon.

“Sudah sarapan, Pak?” tanya Musdalifah yang tiba-tiba sudah berada di belakang Dean.

Dean sudah mulai terbiasa dan tak terlalu terkejut dengan kehadiran sekretaris Toni yang ajaib itu. Musdalifah terlihat sangat segar dan energic dengan seragam outing berupa training.

“Belum, Mbak Ifa … kita nanti aja, tunggu sepi. Pegawai yang lain sedang ngejar jadwal pagi.” Rio menggantikan Dean untuk menjawab pertanyaan Musdalifah. “Ooh, itu—sekretaris Toni.” Rio menjawab pertanyaan Jenni yang bertanya soal perkataannya barusan.

“Seragam outing-nya nggak dipakai, Pak?” tanya Musdalifah lagi pada Dean.

Mata Dean yang memang sudah sipit sejak lahir, terlihat semakin menyipit menatap Musdalifah.

“Oh, nggak apa-apa Pak, cuma tanya aja. Permisi Pak,” kata Musdalifah langsung bergegas pergi.

Rio sudah selesai menelepon dan merangkul bahu Dean sambil tersenyum-senyum.

“Anti banget De, sama si Mus …” ucap Rio.

“Bukan anti. Tapi sebel aja,” jawab Dean dengan wajah datar. Ia memang bukan anti dengan sekretaris Toni. Tapi Musdalifah memang sering datang dan berbicara di waktu yang salah.

“Ayo, makan. Udah sepi tuh!” Langit yang baru datang langsung melangkah menuju restoran melewati dua sahabatnya.

“Toni ke mana lagi?” Dean celingukan. “Ngajak ke sini, tapi dia ngilang terus.” Dean masih mencari-cari sahabatnya.

“Itu Toni,” kata Rio menunjuk Toni yang kembali terlibat pembicaraan serius dengan Tasya.

“Heran deh, padahal kan, udah mantan. Kenapa ribut terus?” Dean memang sedikit heran dengan kehadiran Tasya yang dianggapnya tiba-tiba di sana.

“Kayaknya emang ribut beneran. Apa selama ini masih jalan? Setau lo gimana?” Rio balik bertanya.

“Setau gue, Toni lagi gak ada pacar.” Dean kemudian masuk ke restoran untuk memulai sarapan paginya.

Tempat itu ramai. Banyak orang lalu-lalang. Dan Dean sedang bersama teman-temannya. Tapi ia merasa ada yang kurang. Keluarganya. Istri dan anak-anaknya yang ramai itu. Winarsih tipe perempuan yang tak akan mengganggunya untuk hal-hal sepele. Ia hanya ditelepon untuk ditanya soal makan. Dan itu malah membuatnya uring-uringan.

Dibebaskan berada di luar, malah membuat Dean merasa kurang berharga. Ia menoleh ponselnya berkali-kali. Berharap Winarsih mengiriminya foto Widi, Dita atau Dirja yang sedang melakukan hal lucu. Sering-sering menelepon istrinya, ia juga takut malah mengganggu.

Wajahnya masih cemberut saat keluar dari restoran. Baru satu malam, namun ia sudah tak betah. Sedang asyik tenggelam dalam pikiran, matanya menatap sudut halaman dan melihat Toni sudah berpindah posisi mengobrol. Terlihat pembicaraan serius juga, tapi kali ini lawan bicaranya adalah Wulan.

“Luar biasa …” gumam Dean.

“Sangat luar biasa,” sambut Rio.

“Gue lebih suka kalo Toni balikan ama Wulan.” Langit yang baru keluar dari restoran beratap ijuk juga menatap objek pandangan yang sama.

“Tapi kayaknya gak mungkin. Wulan udah moved on,” jawab Dean.

“Masih mungkin. Pasti Wulan masih ada rasa. Toni aja kurang usaha,” kata Langit.

“Ah, kalo udah mantan kayaknya berat untuk balikan.” Dean menguatkan pendapatnya.

“Tapi ini mantan istri, De. Beda dengan mantan pacar. Beda kayak lo ama Ara atau lo ama Disty,” kata Rio yang mendukung pendapat Langit. Pandangan mereka bertiga masih menatap Toni yang semakin serius berbicara.

“Gak yakin gue,” kata Dean keras kepala.

“Coba bayangin, lo cerai ama bini lo. Trus lo mau gak balikan ama dia? Perasaan lo gimana?” tanya Langit.

“Dih, perumpamaan lo serem amat. Beda tipe. Kalo gue yang jadi Toni, gue gak akan sempet cerai ama Wulan. Gak akan semudah itu ngelepasin orang yang udah jadi temen berbagi segala-galanya, Lang …. Untuk kasus Toni, walau dia temen kita, kita tetap salahin Toni. Tapi untuk kasus ama cewe-cewe lain, Toni udah dewasa. Itu tergantung anunya dia.”

“Toni dateng,” kata Rio memberi kode agar Dean dan Langit berhenti berdebat.

“Kenapa?” tanya Rio.

Wajah Toni terlihat pias. “Lo semua kemarin malem, ada liat Wulan ama cowonya ya?” tanya Toni. Ketiga orang pria yang sedang ditanya mengangguk serentak.

“Wulan mau nikah lagi, guys …” sambung Toni. "Mau tunangan bulan depan."

“Terus kenapa? Lo kira setelah cerai ama lo, Wulan bakal mengasingkan diri ke gunung bertapa dan memutuskan kehidupan duniawinya? Lo juga gak spektakuler banget …” cerca Dean yang masih terbawa kekesalan berdebat dengan Langit barusan.

“Kok lo nyolot anjing …” sergah Toni.

“Lo kecewa dia mau nikah lagi? Yah … usaha lo untuk dapetin dia lagi apa Toni? Selama ini lo ke mana aja? Sekarang lo baru ribut-ribut,” kesal Dean sambil memandang punggung Wulan yang pergi menjauh. Entah kenapa, ia iba dengan wanita itu.

Toni terdiam.

“Itu ribut ama si Tasya kenapa?” tanya Langit penasaran. “Dari kemarin lho Ton … setidaknya kasi kita clue siapa cewe yang minta handuk.” Langit tak sanggup menahan tawanya. Dean dan Rio ikut tertawa terbahak-bahak.

“Gak usah deh, kalo itu …” sahut Toni. “Gak yang gimana-gimana banget. TTM doang,” katanya lagi.

“TTM? Temen tapi mendesah?” tanya Dean ikut terkekeh.

“Ke lapangan aja yuk, kita bisa ikut games yang melatih kekompakan, menjalin kerja sama dan menumbuhkan kepercayaan satu sama lain. Cocok untuk kita,” kata Toni.

“Enggak—enggak, gak perlu. Menumbuhkan kepercayaan? Gak ada latihan yang bisa menumbuhkan rasa percaya gue ke lo semua. Gue percaya ama bini gue aja … cuma dia yang bisa gue percaya.” Dean mengibaskan tangannya menghalau ucapan Toni.

Pagi ke siang mereka berempat menjadi penonton berbagai games yang diselenggarakan acara outing.

Seperti khas acara-acara di manapun. Dari pagi menjelang siang, semua peserta dijamin tertib dan berlomba memenangkan tiap games. Namun sesudah makan siang, para peserta menyusut sedikit demi sedikit. Dan begitu menjelang sore, peserta kembali ramai untuk acara lucky draw.

Dean, Langit dan Rio duduk berjam-jam mengomentari tiap orang sambil sesekali mengomentari Toni yang sedang ikut games namun matanya tak lepas menatap Wulan.

“Yang pertama itu, memang sulit dilupakan.” Dean menatap Toni dan Wulan bergantian.

“Wulan kayaknya juga udah deket banget ama pacarnya. Gimana perasaannya ke Toni ya?” Langit yang tadi begitu ngotot dengan pendapatnya, kini ikut ragu melihat Wulan yang bersikap acuh tak acuh.

“Nah, berdebat lagi lo bedua. Pusing gue,” ketus Rio.

“Dua-duanya masih ada rasa,” kata Dean. “Liat tuh …” ucap Dean menunjuk Toni yang sedang membuka air mineral dan menyerahkannya pada Wulan yang sedang terengah-engah setelah ikut games.

Toni hanya memutar tutup botol air mineral dan berjalan melewati Wulan untuk menyerahkannya. Tanpa perlu bertanya atau bereaksi berlebihan, Wulan mengambil botol itu dari tangan Toni.

“Ini yang gue suka dari Wulan,” kata Dean. “Dari dulu, Wulan nggak pernah tergesa-gesa. Beda ama si bule sinting.”

Kejadian sederhana namun manis itu, diamati oleh tiga pasang mata pria, sahabat Toni. Juga sepasang mata laki-laki, kekasih Wulan. Dan sepasang mata wanita yang meminta handuk pada Toni.

“Air mineralnya, Pak …” kata Musdalifah tiba-tiba. Rio dan Langit menoleh pada Dean yang tak menoleh pada Musdalifah di sebelahnya.

“De …” tegur Rio. Dean kemudian menoleh.

“Udah kayak dagang di gerbong aja ya Mus … by the way, makasih …” kata Dean mengambil sebotol air.

Musdalifah memberi air mineral pada dua pria lainnya. Di antara hiruk pikuk peserta outing yang sedang berteriak-teriak kesenangan mendapat hadiah lucky draw, Siska dan Devy muncul di dekat mereka.

“Lang, entar malem ngobrol yuk …” ajak Siska santai.

Langit sedikit tergagap menoleh pada Rio dan Dean bergantian. Ia tak menyangka bahwa Siska sesantai dan selugas itu mengajaknya keluar.

“Ha?” Langit hanya sedikit terperangah.

“Jam delapan malem, deket danau ya …” kata Siska kemudian melenggang pergi.

Langit hanya mengangguk, sedangkan Rio masih memuaskan matanya memandang Devy yang ikut pergi.

"Jangan berantem-berantem ya kalo ketemuannya deket danau," ujar Dean.

"Kenapa emangnya?" tanya Rio.

"Pikir aja sendiri ..." sahut Dean dengan wajah malas.

Kemudian ....

“Pak! Cemilan,” kata Musdalifah kembali berdiri di sebelah Dean memegang tiga kotak berisi kue-kue.

“Iya Mus … makasih ya …” kata Dean menghela napas panjang menatap Musdalifah yang tersenyum simpul padanya.

To Be Continued

Bantu like-nya ya ... :*

Maafkan njuss yang belakang sedikit sibuk kejar tayang. Nanti kalau sudah lebih luang, njuss balesin komen-komennya.

Yang penting, njuss usahakan selalu up setiap hari.

Sehat-sehat semuanya.

Next up, sesaat lagi.

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

mus percuma loe naksir pakde, die udeh cinta manti sama mbak winar, mending loe nyelem aje😂😂😂

2025-01-12

0

Emy Chumii

Emy Chumii

si Mus, ini udah kayak hantu aja ya 😂😂😂

2024-12-08

0

dyul

dyul

pakde gitu..... pendapat nye bener

2025-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dean Danawira Hartono
2 2. Tony Setyo Anderson
3 3. Balada Perdukunan
4 4. Rio Haryanto Oey
5 5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6 6. Rangga Langit Kelana
7 7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8 8. Jurus Terakhir Dean
9 9. Bukan Rahasia Kelam
10 10. Tak Terlalu Spektakuler
11 11. Misi Mengamati (1)
12 12. Misi Mengamati (2)
13 13. Kerja Sama Tim
14 14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15 15. Keributan Lebih Dulu
16 16. Akhirnya Perkelahian
17 17. Resor Gratis
18 18. Anak Sulung Badung
19 19. Perjanjian Damai
20 20. Bujukan Dean
21 21. Akhir Misteri (1)
22 22. Akhir Misteri (2)
23 23. Untaian Isi Hati
24 24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25 25. Adu Ketahanan Mental (1)
26 26. Adu Ketahanan Mental (2)
27 27. Saran Dari Ahli
28 28. Memastikan Sesuatu
29 29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30 30. Rasa Dari Masa Lalu
31 31. Bukti Lipstik Waterproof
32 32. Cerita Teman Hidup
33 33. Bingkisan Panitia Outing
34 34. Teror Ucapan Bingkisan
35 35. Feedback Bingkisan
36 36. Man to Man
37 37. Ulah Para Sekretaris
38 38. That's Why We Adore Him
39 39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40 40. Andaikan Kau Datang Kemari
41 41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42 42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43 43. Untuk Kita Kembali Lagi
44 44. Aku Tak Biasa
45 45. Kantor Pengacara Tersohor
46 46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47 47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48 48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49 49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50 50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51 51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52 52. Heboh Sekompi
53 53. Modus Mulus
54 54. Tamu Makan Siang
55 55. Bertemu Nyonya Rumah
56 56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57 57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58 58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59 59. Pertengkaran Anak Asuh
60 60. Jauh Dari Rencana
61 61. Kurang Konsentrasi
62 62. Ternyata Selama Ini
63 63. Menuju Penyelesaian
64 64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65 65. Dari Toni Untuk Wulan
66 66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67 67. Sebuah Akhir
68 68. Makan Siang Bersama
69 69. Hasil Rapat
70 70. Sesuai Janjiku
71 71. Acara Sabtu Pagi
72 72. Di Luar Rencana
73 73. Kekacauan Lainnya
74 74. Adu Ilmu
75 75. Asih Sebenarnya
76 76. Hidup Tetaplah Misteri
77 77. Cieeee
78 78. Di Dalam Mobil
79 79. Dua Kantong Bingkisan
80 80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81 81. Tragedi
82 82. Bubar
83 83. Tentang Aku dan Kamu
84 84. Kita dan Anak Adopsi
85 85. Urusan Kita
86 86. H Minus Dua
87 87. Malam Gaduh
88 88. Percakapan IGD
89 89. Tembakan Santoso
90 90. Permintaan Toni
91 91. Suprise
92 PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93 92. P3K
94 93. Memenuhi Janjiku Padamu
95 94. Hadiah Dari Sahabat
96 95. Jamuan Makan Malam
97 96. Keahlian Lama
98 97. Semangat Baru
99 98. Tunggu Kami
100 99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101 100. Kado Untuk Mami
102 101. Menjelang Kebahagiaan
103 102. Kelahiran Handaru
104 103. Kabar Dari Santoso
105 104. Arisan Impian
106 105. Misteri Cuti
107 106. Menuju Sidang
108 107. Paparan Alasan
109 108. Kado Pernikahan
110 109. Menatapi Hasil Sidang
111 110. Dari Musdalifah
112 111. Kebahagiaan Untuk Asih
113 112. Hari Keluarga Anderson
114 113. Menjenguk Bayi
115 114. Obat Untuk Mami
116 115. Menjelang Arisan Besar
117 116. Arisan Besar
118 117. Akhirnya, Keluarga.
119 118. Puncak Masa Keemasan
120 119. Takdir
121 120. Keluarga Besar (1)
122 121. Keluarga Besar (2) TAMAT
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Dean Danawira Hartono
2
2. Tony Setyo Anderson
3
3. Balada Perdukunan
4
4. Rio Haryanto Oey
5
5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6
6. Rangga Langit Kelana
7
7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8
8. Jurus Terakhir Dean
9
9. Bukan Rahasia Kelam
10
10. Tak Terlalu Spektakuler
11
11. Misi Mengamati (1)
12
12. Misi Mengamati (2)
13
13. Kerja Sama Tim
14
14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15
15. Keributan Lebih Dulu
16
16. Akhirnya Perkelahian
17
17. Resor Gratis
18
18. Anak Sulung Badung
19
19. Perjanjian Damai
20
20. Bujukan Dean
21
21. Akhir Misteri (1)
22
22. Akhir Misteri (2)
23
23. Untaian Isi Hati
24
24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25
25. Adu Ketahanan Mental (1)
26
26. Adu Ketahanan Mental (2)
27
27. Saran Dari Ahli
28
28. Memastikan Sesuatu
29
29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30
30. Rasa Dari Masa Lalu
31
31. Bukti Lipstik Waterproof
32
32. Cerita Teman Hidup
33
33. Bingkisan Panitia Outing
34
34. Teror Ucapan Bingkisan
35
35. Feedback Bingkisan
36
36. Man to Man
37
37. Ulah Para Sekretaris
38
38. That's Why We Adore Him
39
39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40
40. Andaikan Kau Datang Kemari
41
41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42
42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43
43. Untuk Kita Kembali Lagi
44
44. Aku Tak Biasa
45
45. Kantor Pengacara Tersohor
46
46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47
47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48
48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49
49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50
50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51
51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52
52. Heboh Sekompi
53
53. Modus Mulus
54
54. Tamu Makan Siang
55
55. Bertemu Nyonya Rumah
56
56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57
57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58
58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59
59. Pertengkaran Anak Asuh
60
60. Jauh Dari Rencana
61
61. Kurang Konsentrasi
62
62. Ternyata Selama Ini
63
63. Menuju Penyelesaian
64
64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65
65. Dari Toni Untuk Wulan
66
66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67
67. Sebuah Akhir
68
68. Makan Siang Bersama
69
69. Hasil Rapat
70
70. Sesuai Janjiku
71
71. Acara Sabtu Pagi
72
72. Di Luar Rencana
73
73. Kekacauan Lainnya
74
74. Adu Ilmu
75
75. Asih Sebenarnya
76
76. Hidup Tetaplah Misteri
77
77. Cieeee
78
78. Di Dalam Mobil
79
79. Dua Kantong Bingkisan
80
80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81
81. Tragedi
82
82. Bubar
83
83. Tentang Aku dan Kamu
84
84. Kita dan Anak Adopsi
85
85. Urusan Kita
86
86. H Minus Dua
87
87. Malam Gaduh
88
88. Percakapan IGD
89
89. Tembakan Santoso
90
90. Permintaan Toni
91
91. Suprise
92
PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93
92. P3K
94
93. Memenuhi Janjiku Padamu
95
94. Hadiah Dari Sahabat
96
95. Jamuan Makan Malam
97
96. Keahlian Lama
98
97. Semangat Baru
99
98. Tunggu Kami
100
99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101
100. Kado Untuk Mami
102
101. Menjelang Kebahagiaan
103
102. Kelahiran Handaru
104
103. Kabar Dari Santoso
105
104. Arisan Impian
106
105. Misteri Cuti
107
106. Menuju Sidang
108
107. Paparan Alasan
109
108. Kado Pernikahan
110
109. Menatapi Hasil Sidang
111
110. Dari Musdalifah
112
111. Kebahagiaan Untuk Asih
113
112. Hari Keluarga Anderson
114
113. Menjenguk Bayi
115
114. Obat Untuk Mami
116
115. Menjelang Arisan Besar
117
116. Arisan Besar
118
117. Akhirnya, Keluarga.
119
118. Puncak Masa Keemasan
120
119. Takdir
121
120. Keluarga Besar (1)
122
121. Keluarga Besar (2) TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!