8. Jurus Terakhir Dean

Dean masih berdiri dengan wajah yang susah payah ia pertahankan agar bisa tetap santai. Tatapan Bu Amalia terasa menusuknya dari meja makan. Sedangkan tatapan Winarsih membuatnya ingin memeluk wanita itu segera.

Mata Winarsih seperti anak anjing menggemaskan. Tatapan mata istrinya tak pernah menyiratkan kemarahan. Tapi … kekecewaan. Bayangan tatapan mata Winarsih itulah yang sejak dulu berhasil membuat Dean mati kutu karena rasa bersalah.

“Ha? Mau ke mana? Gak ada kok. Emang kenapa?” Dean malah balik bertanya. Apa lagi yang bisa diucapkannya di depan Bu Amalia.

“Pasti ada sesuatu yang mau disampein. Kalo nggak sekarang, nanti-nanti pasti ada.” Bu Amalia masih melemparkan tatapan tak yakin. Namun wanita itu kembali melanjutkan makan siangnya.

Bu Amalia benar-benar telah berpindah posisi. Protektifnya malah melebihi saat Dean masih melajang. Dulu meski diomeli, Dean masih bisa menjawab ibunya dengan santai dan melenggang pergi. Sekarang?

“Gak ada mau ke mana-mana lho. Uti-nya Dirja kok gitu nanyanya.” Dean melirik istrinya. “Gak ada Win, gak ada ...” sambungnya lagi menoleh Winarsih.

Winarsih berdiri menggeser kursinya dan berjalan mendekati Dean yang sedang menggendong Widi.

“Sini aku gendong, Mas makan.” Winarsih kembali melemparkan pandangannya pada sepiring nasi putih yang sudah dingin. “Nasinya udah bener-bener hangat kuku.”

Dean berdiri sesaat merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel. Jemarinya dengan lincah menggulir kursor mencari nama Pak Hartono. Ia berniat mengadukan soal Bu Amalia yang membuatnya mati kutu di depan istrinya sendiri.

Namun matanya malah terbelalak membaca pesan yang sesaat lalu baru diterimanya. Dari Rio.

‘Gue jadi berangkat ke Sukabumi. Jenni oke. Lo?’

“Sok keren,” gumam Dean pada Rio yang tak bisa mendengarnya. Ia menutup pesan Rio dan mencari nama ‘PAPA’ di sana. Dean lalu mengetikkan sesuatu.

‘Pa, kayaknya Dean bukan anak kandung Mama. Makin lama, sikap Mama ke Dean makin berubah.’

Dean mengantongi ponsel dan berjalan kembali ke meja makan. Bu Amalia masih melanjutkan makan. Winarsih mengambil Widi yang langsung mencondongkan tubuh padanya.

Lalu, ponsel yang kini berada di kantong kemeja pantai Dean, kembali bergetar. Kemungkinan besar Pak Hartono membalas pesannya tadi.

‘Bukan anak kandung Mama? Coba kamu ngaca.’

Setelah membaca pesan dari Pak Hartono, Dean mencibir. Siapa yang bakal percaya kalau ia bukan anak kandung Bu Amalia. Wajah Dean dan ibunya sangat mirip. Masih dengan wajah menekuk, Dean merasakan ponselnya kembali bergetar. Ternyata masih dari Pak Hartono.

‘Inget, anak udah mau empat. Jangan ngambek sama Mama. Malu sama istri kamu.’

Pak Hartono segera tahu kalau putra bungsunya sedang berniat merajuk pada ibunya.

Dean menempati kursi di depan Bu Amalia. Sesaat lamanya, ibu dan anak itu beradu pandang. Bu Amalia melemparkan tatapan berarti, “Mama tau apa yang kamu rencanakan.”

“Win … jangan berdiri gendong Widi. Beratnya udah lumayan. Duduk sini,” kata Dean menepuk kursi bekas duduk istrinya tadi. Winarsih menuruti perkataannya dan langsung duduk masih sambil memangku putri bungsu mereka.

Dean melemparkan tatapan pada Bu Amalia yang mengatakan, “Ada Winarsih, jangan ngomong macem-macem.”

Bu Amalia lalu meletakkan sendoknya dan meraih gelas air putih. “Mbak—Mbak,” panggil Bu Amalia pada babysitter Widi yang duduk di sofa ruang keluarga tak jauh dari sana. “Ambil Widi, udah nggak rewel lagi kok. Ini gantian Bapaknya yang rewel.”

“Apa sih Mama …” sungut Dean.

Bu Amalia berdiri dan meraih tongkat yang disodorkan seorang perawat yang sejak tadi duduk di belakangnya. Wanita itu tak peduli dengan anak bungsunya yang uring-uringan karena langsung diskakmat sebelum menjalankan rencana.

Dulu, Bu Amalia tak bisa begitu mencurahkan perhatian penuh pada Dean yang sering ditinggal di rumah semasa remaja. Begitu pula saat putra bungsunya melajang. Dean yang keras kepala, sulit sekali dilarang. Kemauannya harus dituruti. Pergi ke sana kemari bahkan tak bisa dikontrol bersama siapa. Tapi sekarang berbeda.

Sejak Bu Amalia sudah menonton dua video yang dikirimkan Disty, mantan pacar Dean, ia merasa benar-benar kapok. Video itu memang ‘hanya’ video sepasang manusia bercumbu. Tapi ia sebagai ibu saja, jijik melihatnya. Apalagi Winarsih yang merupakan seorang istri.

Bu Amalia merasa tak bisa memberi kelonggaran pada Dean. Sebagai seorang ibu, ia sebisa mungkin menjaga anaknya yang kadang masih bertingkah seperti remaja saat bersama teman-temannya. Walau ia juga tak bisa menampik kalau anak laki-lakinya itu masih sangat menawan di usia 33 tahun. Dean yang sejak dulu sangat perfeksionis, tak akan membiarkan tampilannya asal meski hanya pergi ke ATM mini market.

Untuk makan siang di rumah pada akhir pekan saja, Dean berdandan seperti pergi berlibur ke pantai. Pagi-pagi betul, Winarsih telah mengenakan terusan berwarna hijau pupus yang membalut tubuhnya dengan elegan. Busana pilihan siapa kalau bukan suaminya.

Winarsih tak pernah melangkah keluar kamar mengenakan daster. Daster hanya untuk tidur kata Dean. Selebihnya, pasti berbagai pakaian tidur seksi dengan warna mencolok. Winarsih pernah membawa ibu mertuanya ke kamar demi bertanya soal mode pakaian. Tak sengaja pintu lemarinya terbuka lebar.

Bu Amalia masih ingat bagaimana wajah menantunya yang merona saat menyadari pandangannya mengarah pada deretan lingerie. Sebagai seorang ibu, Bu Amalia merasa pengertiannya terhadap anak laki-lakinya jauh di atas rata-rata. Menjadi ibu Dean itu perlu energi besar.

Bu Amalia benar-benar tak heran kenapa jumlah anak-anak Dean berkembang dengan pesat. Ditambah lagi pemikiran Dean yang kolot soal tugas seorang istri. Banyak bertingkah semasa muda ternyata membuat Dean bertransformasi menjadi suami yang posesif. Mungkin di kepalanya terbayang dengan kelakuan dan omongan-omongannya selama ini. Anjuran kontrasepsi pun hanya dijawab nanti-nanti.

Bu Amalia sekarang bersyukur bahwa menantunya adalah Winarsih yang kalem dan tak banyak tingkah. Ia tak bisa membayangkan kalau Dean memiliki istri yang sama berisik dengannya.

Dulu Bu Amalia pernah mengatai-ngatai Winarsih yang hamil di luar nikah karena menggoda Dean. Walau mungkin Winarsih sudah memaafkan ibu mertuanya, perasaan tak enak selalu menjalari tiap Dean berulah di luar. Bu Amalia merasa harus mencegahnya lebih awal. Apapun itu.

Tapi semuanya tetap kembali pada Winarsih. Sebagai istri, Winarsih pasti lebih paham dalam meletakkan kepercayaan pada suaminya. Dan yang paling utama, yang penting Bu Amalia merasa sebagai ibu, ia sudah cukup berusaha.

Bu Amalia melangkah perlahan masuk ke kamarnya. “Istri disuruh hamil terus tapi dianya mau kelayapan aja.” Hampir saja tadi ia mengatakan hal itu pada Dean di depan Winarsih.

Sorenya Dean mengajak istri dan anak-anaknya ke sebuah mal. Tiga orang anak dan tiga orang babysitter. Mobil seketika penuh dengan suara jerit dan ocehan balita. Winarsih yang selalu tenang tak terlihat terganggu dengan suara anak-anak yang bergantian menggelantungi kakinya. Setengah hari Dean memanjakan keluarganya. Membelikan Winarsih sebuah tas branded terbaru dan tiga pasang sepatu untuk kakinya yang mulai membengkak karena kehamilan.

Saat sedang sendirian atau bersama teman-temannya, Dean bisa memasang wajah angkuh dan berjalan elegan melepas pesonanya ke mana-mana. Sikap yang sangat bertolak belakang jika ia sedang bersama istri dan anak-anaknya. Dean tak sempat melepas pesonanya karena sibuk memomong anak. Tapi, bukannya luntur atau hilang sama sekali, bagi Winarsih pesona Dean semakin memancar saat ia menjalankan tugasnya sebagai seorang bapak.

Winarsih masih sering melihat suaminya menjadi objek tatapan para wanita meski sedang menggendong balita yang merengek memanggil, “Bapak ….”

Ketiga balita sudah tertidur dalam perjalanan kembali ke rumah. Rupanya bermain di playground sangat menguras tenaga ketiga balita itu. Setibanya di rumah, Winarsih mengawal semua anaknya kembali ke kamar. Ia mengawasi semua babysitter mengganti pakaian dan memberi susu pada Widi yang sempat rewel saat diletakkan di box-nya.

Selesai dengan anak-anaknya, Winarsih kembali ke kamar dan melihat lampu sudah disetel ke lampu tidur. Seperti biasa, suaminya sudah berada di ranjang dengan sikap posisi paripurna. Sebuah buku di tangan kiri dan lampu baca yang mengarah padanya. Ketika masuk ke kamar, pandangan mereka bertumbuk sesaat. Winarsih melihat bagian depan rambut suaminya basah karena ritualnya mencuci wajah dan menggunakan skincare yang pasti secepat kilat dilakukan agar tak tertangkap basah.

Padahal sudah menikah cukup lama, tapi Dean selalu menjaga hal itu agar tak terlalu kentara. Kadang-kadang Winarsih merasa geli sendiri.

“Kakinya gak pegel?” tanya Dean pada Winarsih yang berdiri membelakanginya menggantungkan tas.

“Pegel sedikit,” jawab Winarsih. Ia menggeser lemari dan mengeluarkan daster. Hampir 20 menit berada di kamar mandi, ia lalu keluar dengan daster batik kebanggaannya.

“Sini Win,” panggil Dean menepuk sisi ranjang sebelahnya. “Sini aku pijetin,” kata Dean bangkit dari posisinya dan mengatur letak bantal.

Winarsih merangkak naik ke atas ranjang dengan menggenggam tangan Dean yang terulur menyambutnya. Ia lalu membaringkan kepala pada bantal yang telah diatur Dean sedemikian rupa untuknya. Matanya melirik, Dean sudah menggenggam sebotol minyak zaitun yang memang biasa digunakan suaminya untuk memberinya pijatan.

Winarsih sudah berbaring miring menatap Dean yang sedang memangku kaki dan mengoleskan minyak zaitun di sepanjang betisnya.

“Capek ya Win … kamu hamil anakku terus-terusan.” Dean memijat lembut betis istrinya. Pengacara narsis yang mencuci tangan puluhan kali sehari, malam itu jemarinya berlumur minyak.

“Jadi aku hamil anak siapa lagi?” tanya Winarsih melirik suaminya. Dean terkekeh.

“Iya, harus anakku dong. Namanya juga aku yang rajin.”

Winarsih mengusap paha Dean yang duduk bersila di dekatnya. “Mau pergi bareng temen-temen ya? Berapa lama? Aku nggak apa-apa. Pergi aja, anggap Mas refreshing. Aku percaya Bapak anak-anakku bisa bijaksana di luar.”

Dean mengangkat wajah menoleh istrinya. “Enggak kok Win, gak apa-apa. Mereka bertiga aja udah cukup. Lagian tiga hari dua malem, aku bakal kangen anak-anak.” Dean menelusuri betis istrinya sampai ke belakang lutut.

“Tapi nggak rame karena biasanya pergi berempat,” kata Winarsih. “Nggak apa-apa. Aku percaya bapaknya Dirja.”

“Sebenernya aku gak apa-apa, tapi kalo kamu bilang gitu … ya udah. Nanti aku kabari Toni kalo aku jadi berangkat,” sahut Dean. “Yang atas ini, pegel juga gak?” Tangan Dean mulai beranjak dari belakang lutut Winarsih terus naik dan terus lagi sampai tangan itu berhenti di tempatnya.

Winarsih meringis. Ternyata pijatan enak di betisnya tak bertahan lama.

“Makasi Bu … aku cinta kamu.” Dean mengungkung Winarsih masuk ke dalam pelukan. Winarsih bergulung melingkarkan tangan ke pinggangnya.

Pada siapa lagi ia bisa mengadu dan meminta belas kasihan selain dari pada Winarsih? Ibunya sudah kebal terhadap semua ucapannya. Lagi pula, sejak dulu, Winarsih-lah tempatnya berkeluh kesah. Winarsih satu-satunya perempuan yang pernah membuatnya meneteskan air mata. Mana mungkin ia bermain-main dengan perempuan di luar sana dengan resiko kehilangan Winarsih.

Dean merasa pasti bakal mati kalau winarsih yang meninggalkannya.

Yang penting ia telah mengantongi izin dari istrinya. Itu sudah cukup. Teman-temannya tak perlu tahu seberapa memelas wajahnya barusan hingga membuat Winarsih iba.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Iriana Sudesy

Iriana Sudesy

perang bathin yg sangat menggelikan.. ahahahhahaha

2024-02-06

0

Trusthi Widhi

Trusthi Widhi

ha ha ha

2023-12-25

0

Titik Sastrowiyono

Titik Sastrowiyono

abis itu selesai ritual pijitnya

2023-12-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Dean Danawira Hartono
2 2. Tony Setyo Anderson
3 3. Balada Perdukunan
4 4. Rio Haryanto Oey
5 5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6 6. Rangga Langit Kelana
7 7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8 8. Jurus Terakhir Dean
9 9. Bukan Rahasia Kelam
10 10. Tak Terlalu Spektakuler
11 11. Misi Mengamati (1)
12 12. Misi Mengamati (2)
13 13. Kerja Sama Tim
14 14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15 15. Keributan Lebih Dulu
16 16. Akhirnya Perkelahian
17 17. Resor Gratis
18 18. Anak Sulung Badung
19 19. Perjanjian Damai
20 20. Bujukan Dean
21 21. Akhir Misteri (1)
22 22. Akhir Misteri (2)
23 23. Untaian Isi Hati
24 24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25 25. Adu Ketahanan Mental (1)
26 26. Adu Ketahanan Mental (2)
27 27. Saran Dari Ahli
28 28. Memastikan Sesuatu
29 29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30 30. Rasa Dari Masa Lalu
31 31. Bukti Lipstik Waterproof
32 32. Cerita Teman Hidup
33 33. Bingkisan Panitia Outing
34 34. Teror Ucapan Bingkisan
35 35. Feedback Bingkisan
36 36. Man to Man
37 37. Ulah Para Sekretaris
38 38. That's Why We Adore Him
39 39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40 40. Andaikan Kau Datang Kemari
41 41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42 42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43 43. Untuk Kita Kembali Lagi
44 44. Aku Tak Biasa
45 45. Kantor Pengacara Tersohor
46 46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47 47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48 48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49 49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50 50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51 51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52 52. Heboh Sekompi
53 53. Modus Mulus
54 54. Tamu Makan Siang
55 55. Bertemu Nyonya Rumah
56 56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57 57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58 58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59 59. Pertengkaran Anak Asuh
60 60. Jauh Dari Rencana
61 61. Kurang Konsentrasi
62 62. Ternyata Selama Ini
63 63. Menuju Penyelesaian
64 64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65 65. Dari Toni Untuk Wulan
66 66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67 67. Sebuah Akhir
68 68. Makan Siang Bersama
69 69. Hasil Rapat
70 70. Sesuai Janjiku
71 71. Acara Sabtu Pagi
72 72. Di Luar Rencana
73 73. Kekacauan Lainnya
74 74. Adu Ilmu
75 75. Asih Sebenarnya
76 76. Hidup Tetaplah Misteri
77 77. Cieeee
78 78. Di Dalam Mobil
79 79. Dua Kantong Bingkisan
80 80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81 81. Tragedi
82 82. Bubar
83 83. Tentang Aku dan Kamu
84 84. Kita dan Anak Adopsi
85 85. Urusan Kita
86 86. H Minus Dua
87 87. Malam Gaduh
88 88. Percakapan IGD
89 89. Tembakan Santoso
90 90. Permintaan Toni
91 91. Suprise
92 PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93 92. P3K
94 93. Memenuhi Janjiku Padamu
95 94. Hadiah Dari Sahabat
96 95. Jamuan Makan Malam
97 96. Keahlian Lama
98 97. Semangat Baru
99 98. Tunggu Kami
100 99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101 100. Kado Untuk Mami
102 101. Menjelang Kebahagiaan
103 102. Kelahiran Handaru
104 103. Kabar Dari Santoso
105 104. Arisan Impian
106 105. Misteri Cuti
107 106. Menuju Sidang
108 107. Paparan Alasan
109 108. Kado Pernikahan
110 109. Menatapi Hasil Sidang
111 110. Dari Musdalifah
112 111. Kebahagiaan Untuk Asih
113 112. Hari Keluarga Anderson
114 113. Menjenguk Bayi
115 114. Obat Untuk Mami
116 115. Menjelang Arisan Besar
117 116. Arisan Besar
118 117. Akhirnya, Keluarga.
119 118. Puncak Masa Keemasan
120 119. Takdir
121 120. Keluarga Besar (1)
122 121. Keluarga Besar (2) TAMAT
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Dean Danawira Hartono
2
2. Tony Setyo Anderson
3
3. Balada Perdukunan
4
4. Rio Haryanto Oey
5
5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6
6. Rangga Langit Kelana
7
7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8
8. Jurus Terakhir Dean
9
9. Bukan Rahasia Kelam
10
10. Tak Terlalu Spektakuler
11
11. Misi Mengamati (1)
12
12. Misi Mengamati (2)
13
13. Kerja Sama Tim
14
14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15
15. Keributan Lebih Dulu
16
16. Akhirnya Perkelahian
17
17. Resor Gratis
18
18. Anak Sulung Badung
19
19. Perjanjian Damai
20
20. Bujukan Dean
21
21. Akhir Misteri (1)
22
22. Akhir Misteri (2)
23
23. Untaian Isi Hati
24
24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25
25. Adu Ketahanan Mental (1)
26
26. Adu Ketahanan Mental (2)
27
27. Saran Dari Ahli
28
28. Memastikan Sesuatu
29
29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30
30. Rasa Dari Masa Lalu
31
31. Bukti Lipstik Waterproof
32
32. Cerita Teman Hidup
33
33. Bingkisan Panitia Outing
34
34. Teror Ucapan Bingkisan
35
35. Feedback Bingkisan
36
36. Man to Man
37
37. Ulah Para Sekretaris
38
38. That's Why We Adore Him
39
39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40
40. Andaikan Kau Datang Kemari
41
41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42
42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43
43. Untuk Kita Kembali Lagi
44
44. Aku Tak Biasa
45
45. Kantor Pengacara Tersohor
46
46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47
47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48
48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49
49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50
50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51
51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52
52. Heboh Sekompi
53
53. Modus Mulus
54
54. Tamu Makan Siang
55
55. Bertemu Nyonya Rumah
56
56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57
57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58
58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59
59. Pertengkaran Anak Asuh
60
60. Jauh Dari Rencana
61
61. Kurang Konsentrasi
62
62. Ternyata Selama Ini
63
63. Menuju Penyelesaian
64
64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65
65. Dari Toni Untuk Wulan
66
66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67
67. Sebuah Akhir
68
68. Makan Siang Bersama
69
69. Hasil Rapat
70
70. Sesuai Janjiku
71
71. Acara Sabtu Pagi
72
72. Di Luar Rencana
73
73. Kekacauan Lainnya
74
74. Adu Ilmu
75
75. Asih Sebenarnya
76
76. Hidup Tetaplah Misteri
77
77. Cieeee
78
78. Di Dalam Mobil
79
79. Dua Kantong Bingkisan
80
80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81
81. Tragedi
82
82. Bubar
83
83. Tentang Aku dan Kamu
84
84. Kita dan Anak Adopsi
85
85. Urusan Kita
86
86. H Minus Dua
87
87. Malam Gaduh
88
88. Percakapan IGD
89
89. Tembakan Santoso
90
90. Permintaan Toni
91
91. Suprise
92
PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93
92. P3K
94
93. Memenuhi Janjiku Padamu
95
94. Hadiah Dari Sahabat
96
95. Jamuan Makan Malam
97
96. Keahlian Lama
98
97. Semangat Baru
99
98. Tunggu Kami
100
99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101
100. Kado Untuk Mami
102
101. Menjelang Kebahagiaan
103
102. Kelahiran Handaru
104
103. Kabar Dari Santoso
105
104. Arisan Impian
106
105. Misteri Cuti
107
106. Menuju Sidang
108
107. Paparan Alasan
109
108. Kado Pernikahan
110
109. Menatapi Hasil Sidang
111
110. Dari Musdalifah
112
111. Kebahagiaan Untuk Asih
113
112. Hari Keluarga Anderson
114
113. Menjenguk Bayi
115
114. Obat Untuk Mami
116
115. Menjelang Arisan Besar
117
116. Arisan Besar
118
117. Akhirnya, Keluarga.
119
118. Puncak Masa Keemasan
120
119. Takdir
121
120. Keluarga Besar (1)
122
121. Keluarga Besar (2) TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!