5. Akibat Kesalahan Satu Malam

“Pantes aku gak dicariin, ternyata istriku enak-enak tidur. Padahal suaminya belum pulang.” Dean sudah duduk di belakang setir dan bersungut-sungut pada Winarsih.

“Aku ngantuk. Makanya jangan dihamilin terus. Aku sampe nggak denger Mas pulang jam berapa.” Winarsih baru masuk ke mobil dan memangku tasnya saat mendengar keluhan Dean pagi hari.

“Semaleman aku tidur nggak dipeluk. Dipunggungi. Padahal kemarin malem aku pengen,” keluh Dean lagi.

“Maaf Mas Dean … sini aku peluk.” Winarsih merentangkan tangannya meminta Dean mendekat.

Dean langsung menyambut pelukan itu. “Aku pulang malem karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan karena pagi ini mau nganter kamu ke dokter.”

“Iya, Sayang …” jawab Winarsih mengeratkan pelukannya dan mengecup lembut leher Dean.

Dean hampir tertawa terkikik, namun menutup mulutnya di balik punggung Winarsih. Andai saja istrinya tahu bahwa kemarin malam ia adu mulut dengan seorang dukun wanita di hutan belantara. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan oleh istrinya. Dean menikmati Winarsih yang sedang merasa bersalah dengan mengecupi lehernya berkali-kali.

“Kalau Mas buru-buru pagi ini, besok juga bisa ke dokternya.” Winarsih melepaskan pelukannya dari Dean.

Pagi itu mereka sudah cukup terlambat karena ada dua anak yang tantrum tak mau lepas dari ibunya. Dean harus mengendap-endap agar tak ditangisi Widi, putri bungsunya. Dan saat ia berhasil melepaskan diri, giliran Winarsih yang harus membujuk Dita yang tak mau makan disuapi babysitter-nya.

“Bisa kok, bisa … aku udah janji sama Bu Winar. Masa udah aku yang menghamili, tapi ke dokternya sendirian terus. Nanti dari dokter, kita makan dulu, terus aku anter pulang. Baru … aku ke kantor.” Dean mencondongkan tubuh untuk melingkarkan tangan kanannya di pinggang Winarsih. “Cium Win,” bisik Dean.

“Kan tadi bisa di kamar,” sahut Winarsih mulai gelisah karena Dean sudah menciumi pipi dan mengusap-usap perutnya yang berisi janin 12 minggu.

“Tapi tadi dor—” Dean mengatupkan mulutnya. Hampir saja dia keceplosan menyebutkan Dirja, Dita dan Widi sebagai doremi. Winarsih bisa mengomelinya lagi kalau anak-anak mereka dipanggil dengan sebutan anak tangga nada, meski kenyataannya mendekati kebenaran. Tinggi badan Dirja, Dita, dan Widi, runtut seperti anak tangga. Dan sekarang, anak tangga nada berikutnya sedang dikandung.

“Aku udah rapi mau diacak-acak lagi.” Winarsih cemberut.

“Jangan pelit-pelit … nanti anak kamu mirip aku lagi,” gumam Dean kemudian menekan punggung Winarsih sampai menempeli tubuhnya. “Wangi banget kamu … tadi mau aku acak-acak di kamar, anak kamu nangis.” Dean menyibak rambut Winarsih ke belakang telinga dan mengecup ruas leher istrinya.

“Udah kesiangan …” tegur Winarsih pada suaminya. Meski mengatakan hal itu, tangannya sudah berpindah ke paha Dean dan menggaruk lembut bagian itu.

Dean memberikan ciuman selamat pagi pada Winarsih. Memiliki tiga orang balita yang besarnya hampir sama, membuat ranjang mereka selalu penuh dengan anak-anak yang mau tidur di pelukan ibunya setiap malam.

Winarsih masih menjalani masa kuliahnya. Ajakan-ajakan mahasiswa di kampus agar istrinya mengikuti banyak kegiatan, membuat Dean merasa harus kembali menghamili wanita itu. Dan syukurnya, Winarsih yang merasa harus berbakti pada suami, tak pernah mengeluh atau menolak keinginan suaminya.

Dalam sekejab saja, Winarsih yang tengah mengandung sudah tersengal-sengal melepaskan ciuman Dean. “Udah, nanti malah ngajak ke dalem. Makanya pulang cepet,” kata Winarsih menyeka bibir Dean yang terkena noda lipstik.

“Aku kan, kerja Sayang …” sahut Dean menurunkan sun visor untuk mengecek wajahnya. “Entar malem ya .…” Belum apa-apa Dean sudah memesan slotnya.

“Masih ada noda lipstiknya.” Winarsih menoleh sekeliling dasbor dan tak menemukan tisu. “Tisunya nggak ada?” tanya Winarsih membuka laci dasbor. Tak berhasil menemukan tisu di depan, tangan Winarsih terjulur merogoh kantong belakang jok Dean. Karena tak juga menemukan, ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang dan merogoh kantong belakang jok yang didudukinya.

“Nggak ada juga Mas …” ucap Winarsih.

Mendengar itu, Dean melipat sun visor dan berbalik menghadap istrinya. “Mundur dikit, nyangkut ini.” Dada mereka berhimpitan di antara jok.

Winarsih mencibir melihat wajah genit suaminya. “Eh tunggu—ini apa?” Winarsih merasakan tangannya memegang plastik yang isinya benda bulat dan keras. Ia langsung mengangkat plastik itu dari dalam kantong jok.

Dean yang masih mencoba menghilangkan noda lipstik mahal yang tadi dilahapnya, mengernyit penasaran dengan kantong plastik yang sedang dibuka Winarsih.

Sejurus kemudian, “Ini kembang siapa, Mas?”

“Hah?” Dean setengah ternganga. Bibirnya masih berwarna pink dan rautnya benar-benar bingung.

Winarsih kembali mengaduk isi plastik kresek hitam yang ditemukannya.

“Ada jeruk purutnya juga … Mas ke dukun? Lulusan luar negeri, pulang ngantor bawa kembang tujuh rupa.” Winarsih berdecak dan melemparkan tatapan kesal pada suaminya.

“Itu kemb—”

“Apa pesona Mas udah mulai pudar, sampe perlu ke dukun?”

“Nggak mungkin kalo itu Win … bukan aku.”

“Jadi siapa?” tanya Winarsih menyodorkan isi kembang yang dibungkus daun pisang.

“Toni itu—si bule sinting,” jawab Dean.

“Kok bisa di sini? Kemarin malam pulang terlambat memangnya ke mana? Katanya di kantor,” tuntut Winarsih meletakkan plastik kresek di dasbor tengah.

“Emang di kantor Sayang … tapi Toni mampir, trus dia nebeng pulang.” Dean mengalihkan pandangannya ke depan dan mulai melajukan mobil. “Kita langsung ke dokter ya, entar keburu rame.”

Dean bisa merasakan Winarsih masih menatap tajam ke arahnya. Sekarang wanita itu sudah sangat ahli men-CT scan isi kepalanya. “Nanti aku taburi bunga itu di kepala Toni,” tukas Dean benar-benar kesal.

Sepertinya sore itu, mereka semua harus melakukan rapat darurat di Beer Garden. Dean merasa perlu mengembalikan bunga itu pada pemilik aslinya. Juga … soal snack Langit yang masih dirahasiakannya.

Selama Dean menemani Winarsih di dokter kandungan, wanita itu jadi minim berbicara. Istrinya terlihat tak percaya dengan hal yang dikatakannya barusan. Dean merasa tak mungkin jujur untuk hal itu. Harga dirinya tak terima kalau Winarsih sampai tahu ia bersama teman-temannya pergi membelah hutan hanya untuk bertemu dukun ngawur. Bisa-bisa hal itu malah mempersulit izin keluarnya di kemudian hari.

Tapi meski sedikit menekuk wajahnya, Winarsih tetap membiarkan tangannya berada di paha Dean. Itu sudah seperti perjanjian tak tertulis. Dean tetap menggenggam erat tangan istrinya di atas paha selama mereka duduk menunggu. Tak boleh bergerak.

***

Sorenya, Dean datang sedikit terlambat ke Beer Garden. Di saat ia tengah bersiap keluar dari ruangannya tadi, Ryan masuk menyerahkan setumpuk berkas yang harus ditandatanganinya. Sedikit tergesa ia mendorong pintu kaca café dan langsung menuju meja yang biasa mereka duduki.

Sebelum Dean melangkahkan kakinya menuju meja, pandangannya mengedar sekilas. Ia melihat dua pria yang sepertinya juga tim bapak muda, menempati meja yang berseberangan dengan lorong. Pasti pengunjung baru, pikir Dean. Wajah keduanya jarang terlihat di sana. Kalau dua orang pria itu akan sering berada di sana, bisa-bisa predikat bapak ganteng di Beer Garden tak akan bisa genk-nya pertahankan. Salah seorang pria yang berlesung pipi tersenyum padanya, sebelum ia menghempaskan diri di sebelah Langit.

“Lama banget lo! Kebiasaan kalo janji suka dateng paling telat,” umpat Toni.

“Biasa. Dia kalo dandan pasti paling lama. Dateng juga paling lama,” sambut Langit.

“Tapi entar pulang paling cepet. Alesannya bini gua udah nelfon,” sambar Rio. Dean hanya terkekeh-kekeh menanggapi ocehan para sahabatnya.

Baru saja Dean menepuk bahu Langit ingin memulai percakapan soal misteri snack, dari arah pintu masuk seorang wanita cantik lewat di lorong yang memisahkan dua baris meja di café itu. Blus ketat berwarna merah langsung memaku mata para lelaki yang berada di sana.

“Cinta!!” panggil wanita itu pada temannya yang sudah menduduki meja. Dengan langkah gemulai wanita itu berjalan bak model seolah menikmati tiap pasang mata yang sedang melahap tubuhnya dengan pandangan.

Tak sengaja, seperti sebelum-sebelumnya, mereka semua serentak mengeluarkan kata, “Uuuuuu ….” Saat bokong wanita itu baru berlalu dari hadapan mereka.

“Cinta katanya, gue udah mau jawab aja. Kirain gue,” kata Toni terkekeh.

“Cakep ya, pasti masih muda.” Langit berkata seolah pada dirinya sendiri.

“Gede.” Kata-kata itu langsung meluncur dari mulut Dean secara otomatis seperti sudah diprogram sebelumnya.

“Otak lo dari dulu yang gede terus. Yang di rumah kurang gede?” tanya Langit sambil menonjok pelan bahu Dean.

“Yang di rumah tetep yang terbaik,” sambung Dean sambil tertawa.

Dan saat mereka semua sedang terkekeh-kekeh, pandangan Dean kembali bertemu dengan pria berlesung pipi yang juga ikut tertawa kecil. Ia berani bertaruh bahwa apa yang mereka berempat katakan barusan soal wanita tadi, pasti sama dengan yang dipikirkan kedua pria di meja seberang.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩᥫ᭡𝐀⃝🥀PENOVⁿʲᵘˢ

🍌 ᷢ ͩᥫ᭡𝐀⃝🥀PENOVⁿʲᵘˢ

mas heruu

2023-12-20

1

deanova

deanova

pakde heru sama mas bara ituh

2023-11-23

1

Diyah Saja

Diyah Saja

ayahhh bara pak deee heruuuuu

2023-10-14

2

lihat semua
Episodes
1 1. Dean Danawira Hartono
2 2. Tony Setyo Anderson
3 3. Balada Perdukunan
4 4. Rio Haryanto Oey
5 5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6 6. Rangga Langit Kelana
7 7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8 8. Jurus Terakhir Dean
9 9. Bukan Rahasia Kelam
10 10. Tak Terlalu Spektakuler
11 11. Misi Mengamati (1)
12 12. Misi Mengamati (2)
13 13. Kerja Sama Tim
14 14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15 15. Keributan Lebih Dulu
16 16. Akhirnya Perkelahian
17 17. Resor Gratis
18 18. Anak Sulung Badung
19 19. Perjanjian Damai
20 20. Bujukan Dean
21 21. Akhir Misteri (1)
22 22. Akhir Misteri (2)
23 23. Untaian Isi Hati
24 24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25 25. Adu Ketahanan Mental (1)
26 26. Adu Ketahanan Mental (2)
27 27. Saran Dari Ahli
28 28. Memastikan Sesuatu
29 29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30 30. Rasa Dari Masa Lalu
31 31. Bukti Lipstik Waterproof
32 32. Cerita Teman Hidup
33 33. Bingkisan Panitia Outing
34 34. Teror Ucapan Bingkisan
35 35. Feedback Bingkisan
36 36. Man to Man
37 37. Ulah Para Sekretaris
38 38. That's Why We Adore Him
39 39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40 40. Andaikan Kau Datang Kemari
41 41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42 42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43 43. Untuk Kita Kembali Lagi
44 44. Aku Tak Biasa
45 45. Kantor Pengacara Tersohor
46 46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47 47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48 48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49 49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50 50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51 51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52 52. Heboh Sekompi
53 53. Modus Mulus
54 54. Tamu Makan Siang
55 55. Bertemu Nyonya Rumah
56 56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57 57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58 58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59 59. Pertengkaran Anak Asuh
60 60. Jauh Dari Rencana
61 61. Kurang Konsentrasi
62 62. Ternyata Selama Ini
63 63. Menuju Penyelesaian
64 64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65 65. Dari Toni Untuk Wulan
66 66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67 67. Sebuah Akhir
68 68. Makan Siang Bersama
69 69. Hasil Rapat
70 70. Sesuai Janjiku
71 71. Acara Sabtu Pagi
72 72. Di Luar Rencana
73 73. Kekacauan Lainnya
74 74. Adu Ilmu
75 75. Asih Sebenarnya
76 76. Hidup Tetaplah Misteri
77 77. Cieeee
78 78. Di Dalam Mobil
79 79. Dua Kantong Bingkisan
80 80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81 81. Tragedi
82 82. Bubar
83 83. Tentang Aku dan Kamu
84 84. Kita dan Anak Adopsi
85 85. Urusan Kita
86 86. H Minus Dua
87 87. Malam Gaduh
88 88. Percakapan IGD
89 89. Tembakan Santoso
90 90. Permintaan Toni
91 91. Suprise
92 PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93 92. P3K
94 93. Memenuhi Janjiku Padamu
95 94. Hadiah Dari Sahabat
96 95. Jamuan Makan Malam
97 96. Keahlian Lama
98 97. Semangat Baru
99 98. Tunggu Kami
100 99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101 100. Kado Untuk Mami
102 101. Menjelang Kebahagiaan
103 102. Kelahiran Handaru
104 103. Kabar Dari Santoso
105 104. Arisan Impian
106 105. Misteri Cuti
107 106. Menuju Sidang
108 107. Paparan Alasan
109 108. Kado Pernikahan
110 109. Menatapi Hasil Sidang
111 110. Dari Musdalifah
112 111. Kebahagiaan Untuk Asih
113 112. Hari Keluarga Anderson
114 113. Menjenguk Bayi
115 114. Obat Untuk Mami
116 115. Menjelang Arisan Besar
117 116. Arisan Besar
118 117. Akhirnya, Keluarga.
119 118. Puncak Masa Keemasan
120 119. Takdir
121 120. Keluarga Besar (1)
122 121. Keluarga Besar (2) TAMAT
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Dean Danawira Hartono
2
2. Tony Setyo Anderson
3
3. Balada Perdukunan
4
4. Rio Haryanto Oey
5
5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6
6. Rangga Langit Kelana
7
7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8
8. Jurus Terakhir Dean
9
9. Bukan Rahasia Kelam
10
10. Tak Terlalu Spektakuler
11
11. Misi Mengamati (1)
12
12. Misi Mengamati (2)
13
13. Kerja Sama Tim
14
14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15
15. Keributan Lebih Dulu
16
16. Akhirnya Perkelahian
17
17. Resor Gratis
18
18. Anak Sulung Badung
19
19. Perjanjian Damai
20
20. Bujukan Dean
21
21. Akhir Misteri (1)
22
22. Akhir Misteri (2)
23
23. Untaian Isi Hati
24
24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25
25. Adu Ketahanan Mental (1)
26
26. Adu Ketahanan Mental (2)
27
27. Saran Dari Ahli
28
28. Memastikan Sesuatu
29
29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30
30. Rasa Dari Masa Lalu
31
31. Bukti Lipstik Waterproof
32
32. Cerita Teman Hidup
33
33. Bingkisan Panitia Outing
34
34. Teror Ucapan Bingkisan
35
35. Feedback Bingkisan
36
36. Man to Man
37
37. Ulah Para Sekretaris
38
38. That's Why We Adore Him
39
39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40
40. Andaikan Kau Datang Kemari
41
41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42
42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43
43. Untuk Kita Kembali Lagi
44
44. Aku Tak Biasa
45
45. Kantor Pengacara Tersohor
46
46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47
47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48
48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49
49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50
50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51
51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52
52. Heboh Sekompi
53
53. Modus Mulus
54
54. Tamu Makan Siang
55
55. Bertemu Nyonya Rumah
56
56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57
57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58
58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59
59. Pertengkaran Anak Asuh
60
60. Jauh Dari Rencana
61
61. Kurang Konsentrasi
62
62. Ternyata Selama Ini
63
63. Menuju Penyelesaian
64
64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65
65. Dari Toni Untuk Wulan
66
66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67
67. Sebuah Akhir
68
68. Makan Siang Bersama
69
69. Hasil Rapat
70
70. Sesuai Janjiku
71
71. Acara Sabtu Pagi
72
72. Di Luar Rencana
73
73. Kekacauan Lainnya
74
74. Adu Ilmu
75
75. Asih Sebenarnya
76
76. Hidup Tetaplah Misteri
77
77. Cieeee
78
78. Di Dalam Mobil
79
79. Dua Kantong Bingkisan
80
80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81
81. Tragedi
82
82. Bubar
83
83. Tentang Aku dan Kamu
84
84. Kita dan Anak Adopsi
85
85. Urusan Kita
86
86. H Minus Dua
87
87. Malam Gaduh
88
88. Percakapan IGD
89
89. Tembakan Santoso
90
90. Permintaan Toni
91
91. Suprise
92
PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93
92. P3K
94
93. Memenuhi Janjiku Padamu
95
94. Hadiah Dari Sahabat
96
95. Jamuan Makan Malam
97
96. Keahlian Lama
98
97. Semangat Baru
99
98. Tunggu Kami
100
99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101
100. Kado Untuk Mami
102
101. Menjelang Kebahagiaan
103
102. Kelahiran Handaru
104
103. Kabar Dari Santoso
105
104. Arisan Impian
106
105. Misteri Cuti
107
106. Menuju Sidang
108
107. Paparan Alasan
109
108. Kado Pernikahan
110
109. Menatapi Hasil Sidang
111
110. Dari Musdalifah
112
111. Kebahagiaan Untuk Asih
113
112. Hari Keluarga Anderson
114
113. Menjenguk Bayi
115
114. Obat Untuk Mami
116
115. Menjelang Arisan Besar
117
116. Arisan Besar
118
117. Akhirnya, Keluarga.
119
118. Puncak Masa Keemasan
120
119. Takdir
121
120. Keluarga Besar (1)
122
121. Keluarga Besar (2) TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!