9. Bukan Rahasia Kelam

Selama ini kebanyakan orang menganggap bahwa perempuan lebih mudah terbawa perasaan dan cepat jatuh cinta daripada laki-laki. Sebenarnya itu salah besar. Sebuah studi menemukan bahwa sebenarnya laki-laki cenderung mudah jatuh cinta dan ingin mengutarakan perasaan terlebih dahulu daripada perempuan.

Itulah yang dialami Langit kala ia bertemu dengan Siska pertama kali di lapangan basket sekolah. Langit yang masih cupu merasa jatuh cinta pada pandangan pertama. Bukan karena Siska anak perempuan paling cantik dan paling pintar di sekolah. Bukan. Ia menyukai Siska karena gadis itu unik.

Di saat gadis-gadis lain khawatir gosong karena sengatan matahari, Siska malah penuh peluh mencetak poin ke dalam ring. Di saat gadis lain sibuk bergerombol, Siska sepertinya oke-oke saja ke sana kemari sendirian. Langit yang sudah ditakdirkan lahir sebagai sosok laki-laki melankolis, pernah duduk berdua di bawah sebuah pohon rindang bersama Siska.

Hari itu, Langit berpikir akan menyatakan perasaan dengan kata-kata paling romantis. Namun, baru saja menarik napas membuka mulutnya, murid laki-laki dari kelas lain yang sangat biasa bernama Sanusi menghampiri mereka. Tak bisa ia lupakan bagaimana Sanusi yang dinilainya biasa, bisa mengulurkan tangan pada Siska dan mengajak gadis itu pergi dari tempat itu.

Langit hanya bisa diam membisu. Bahkan sampai di rumah pun ia masih larut dalam rasa syok. Dia, seorang cowok idaman di sekolah, Rangga Langit Kelana, kalah ditikung dengan seorang Sanusi yang banyak cengengesan. Sanusi yang pernah dilihatnya makan lima bakwan di kantin, namun hanya membayar dua.

Itu adalah salah satu kisah kelam Langit di masa remajanya. Tak ada yang tahu. Termasuk Rio dan Toni. Apalagi Dean. Memikirkan kemungkinan ucapan tajam Dean saja, rasanya ia tak sanggup.

Lalu Langit bertemu dengan Jingga. Wanita yang mengubah hidupnya. Tempatnya berlabuh dan melepaskan perjaka. Bagi Langit, sudah tentu Jingga adalah segala-galanya. Cantik, anggun, dan mempesona. Sifat-sifat yang tak perlu ia cari lagi dari wanita lain di luar sana.

Namun semua itu akan terlupakan sementara jika hal itu menyangkut soal Siska. Bagi Langit, hal itu masih misteri. Ia lebih memaklumi jika Siska memilih Dean, Toni atau Rio. Tapi tidak dengan Sanusi. Ada apa dengan Sanusi? Bertahun-tahun, bagi Langit itu masih misteri.

“Didi …” panggil Jingga dari ruang tamu. Panggilan itu begitu mesra buatnya yang telah diberi sepasang anak kembar oleh Jingga. Kalla dan Zurra. Balita berusia tiga tahun yang tampan dan cantik. Langit berjalan ke ruang tamu menghampir anak-anak dan istrinya. Sudah malam, tapi nampaknya Jingga kewalahan karena anak-anak mereka belum juga mau diajak ke kamar.

“Kangen sama Didi, ya?” tanya Langit berjongkok dan memeluk dua balita yang langsung menghambur ke pelukannya.

“Didinya sibuk terus belakangan ini … kayaknya lupa kalo Mima juga butuh waktu memanjakan diri.” Jingga cemberut seraya memunguti berbagai mainan yang sudah berpindah sebagian dari kamar anak-anak ke ruang tamu.

“Ya udah Mima santai aja. Si kembar ini biar Didi yang bawa ke kamarnya.” Langit bangkit menggendong dua anaknya sekaligus. “Mima siap-siap yang cantik ya … Me time-nya sama Didi aja.”

Langit bisa mendengar suara Jingga yang terkekeh saat ia mengatakan hal itu. Setelah menikah dan memiliki balita, waktu me time bersama pasangan memang kerap tak menjadi prioritas.

Kondisi melelahkan seusai bekerja di kantor dan terjebak jalanan yang macet membuat tubuh hanya mengingat soal beristirahat saja. Tidur.

Langit membawa anak-anaknya ke kamar dan meminta balita itu memilih salah satu buku yang akan dibacakannya untuk mereka.

Dengan semangat Zurra menarik sebuah buku tentang cerita putri dan pangeran yang telah puluhan kali dibacakan untuknya.

Langit merebahkan diri di antara dua balita yang begitu antusias menunggunya pulang setiap hari. Dengan mata membulat dan mulut setengah ternganga, dua balita itu menikmati suara ayahnya.

Bagi Langit, Zurra dan Kalla sudah lebih dari cukup. Meski beberapa waktu yang lalu Jingga sempat down karena divonis tak bisa hamil lagi, Langit merasa semua itu bukan masalah. Istrinya telah memberinya dua orang anak yang sehat dan pintar. Apalagi yang akan dituntutnya dari sang istri?

Menjelang pukul 10 malam, Langit berjingkat-jingkat keluar kamar anak-anaknya dan menyetel lampu tidur. Ia tak sabar menuju kamar demi mendapati istrinya yang pasti telah berpakaian menggoda.

“Mima …” panggil Langit saat mengayun pintu kamar. Ia melihat Jingga yang tadi tidur membelakangi pintu, kini menggeliat berbalik menatapnya.

“Udah tidur?” tanya Jingga soal anak-anaknya.

“Udah dong … kan Didinya yang ngedongeng. Mereka lebih suka denger suara aku,” jawab Langit tertawa. “Jadi gak me time-nya?” tagih Langit saat duduk di tepi ranjang.

Jingga bergulung melingkarkan tangannya memeluk perut sang suami. “Mau …” jawab Jingga dengan suara parau.

“Kamu udah ketiduran. Pasti capek banget yah jaga anak-anak.” Langit membelai pipi Jingga yang kembali menutup matanya.

“Capek, tapi aku seneng. Mereka tumbuh sehat dan bahagia.” Jingga menjawab masih dengan mata terpejam dan tangan yang melingkari sekeliling perut suaminya.

“Lusa aku jadi berangkat ya … kamu bener nggak apa-apa?” tanya Langit lagi. “Kalo kamu keberatan, aku gak apa-apa.”

“Gak apa-apa,” sahut Jingga. “Yang lain pada ikut?” Jingga bertanya soal sahabat-sahabat suaminya.

“Ikut,” kata Langit. “Dean barusan ngirim kabar kalo dia oke.” Langit menyusun bantal dan merebahkan tubuh di sebelah istrinya.

“Jangan macem-macem,” kata Jingga meletakkan telapak tangan di pipi suaminya. “Entar aku ke rumah Bunda aja,” kata Jingga.

“Aku anterin …” sambung Langit. “Makasi ya, udah kasi aku pergi bareng temen-temen. Miminya Zurra dan Kalla memang yang terbaik. Aku janji gak bakal macem-macem. Ini semua demi nemenin Toni.”

Satu kebohongan kecil baru saja terlontar dari mulutnya. Semua demi menemani Toni. Sejak Toni menjadi duda, namanya kerap dipakai sebagai alasan mereka semua berkumpul mengurusi hal-hal tak penting. Nama Toni jadi sering dibawa-bawa meski kadang pria keturunan Amerika itu tak ikut hadir.

Karena saking seringnya nama Toni disebut-sebut, pria itu mungkin sering tercekik-cekik saat makan.

Langit benar-benar tak ada niat apapun menemui Siska. Kehadiran Siska di Sukabumi pun masih fifty-fifty. Mungkin belakangan ini, ia hanya sedikit … penat.

“Aku sayang kamu,” kata Langit memeluk istrinya. Sekilas pemikiran tadi langsung membuatnya disergap rasa bersalah.

Langit merasakan tangan Jingga membelai wajahnya dengan lembut. Tatapan wanita itu masih sama. Tatapan teduh yang membuatnya selalu merasa pulang ke rumah. Jari telunjuk Jingga melangkah ke sisi cambangnya. Naik turun berulang meninggalkan sensasi menggelitik yang jarang bisa ia tahan.

Langit menangkap tangan itu dan mengecupnya. Dengan tarikan lembut di belakang pinggang istrinya, Langit menjatuhkan kecupan di bibir wanita itu. Mata mereka memejam. Menyambut satu sama lain melepaskan kerinduan waktu bercumbu yang sering mereka lewatkan akhir-akhir ini.

Ia bisa merasakan napas Jingga mulai kasar dan tergesa-gesa. Dengan tubuh yang semakin menempel erat, Langit berguling ke atas tubuh istrinya. Ciuman mereka semakin panas. Jingga memejamkan mata dan mendongak seakan meminta kecupan di lehernya.

Masih berpakaian lengkap, mereka menikmati sensasi bersentuhan itu seolah mengenang masa awal mereka berbuat nakal.

***

Jumat sore. Dean memasang wajah muram berdiri di teras rumahnya menunggu kedatangan teman-temannya.

“Widi jangan nangis … Bapak juga sebenarnya nggak mau ikut ke Sukabumi. Ini om Toni yang maksa,” kata Dean mengecupi pipi Widi yang merengek saat melihat bapaknya berpakaian rapi dan menyeret sebuah koper kabin.

Padahal acara outing kantor itu di pegunungan. Bukannya malah membawa ransel, Dean bersikukuh pada Winarsih ransel akan membuat pakaiannya kusut. Ia mengatakan kalau acara outing kantor Toni pasti di sebuah resor mewah.

Winarsih ikut berdiri di teras menggandeng lengan Dita dan Dirja yang tak henti bertanya akan pergi ke mana bapaknya.

“Bapak gak lama, pokoknya jangan nakal ya … Jaga Ibu. Tidur sama Ibu. Dirja awasi Ibu jangan macem-macem,” kata Dean melemparkan tatapan jahil pada Winarsih yang langsung mencibir.

Tak lama berselang, mobil SUV berukuran besar masuk melintasi teras lobby. Kedua sisi kiri kaca mobil langsung terbuka memperlihatkan Toni yang berada di belakang kemudi dan Rio di sebelahnya. Di jok belakang Langit sedang melambai-lambai pada tiga balita yang akan ditinggalkan bapaknya. Dean menurunkan Widi dari gendongannya.

“Ya udah, aku pergi dulu ya, Win …” Dean menangkup kedua pipi Winarsih dan menciumi pipi istrinya berkali-kali.

Meski Winarsih terlihat menjauhkan wajahnya karena malu dicium di bawah tatapan tiga orang pria dari dalam mobil, ia akhirnya harus pasrah saat Dean mencium bibirnya cukup lama.

Ciuman itu terhenti saat Toni berteriak, “Udah Woi!”

Hal itu bisa disimpulkan kalau Toni tak ada mencium bibir siapapun saat akan berangkat tadi.

“Ya udah … aku nggak lama-lama,” kata Dean lagi memasang wajah malas-malasan. “Kenapa sih nggak berangkat sendirian aja? Males banget nemenin lo!" seru Dean pada Toni.

Ketiga pria lain yang mendengar ucapan Dean barusan hanya menaikkan alis dan melengos.

“Hatiku semua, aku tinggalkan di rumah Bu Win … suamimu pergi gak bawa hati,” kata Dean saat melambai-lambai.

Ketika mobil sudah melaju meninggalkan halaman, Toni tertawa terkekeh-kekeh.

“Halah … ‘suamimu pergi gak bawa hati’. Tapi bawa anu. Harusnya yang lo tinggalin itu anu lo. Itu lebih bahaya soalnya.” Toni kembali terbahak.

Sementara itu, di teras rumah sepeninggal Dean dan teman-temannya Bu Amalia tiba di sebelah Winarsih. Matanya menatap mobil yang menghilang di balik pagar tinggi.

“Mau ke mana katanya?” tanya Bu Amalia.

“Sukabumi Ma,” jawab Winarsih. “Outing kantornya mas Toni,” sambung Winarsih lagi.

“Outing—outing, kayak remaja aja kelakuannya.” Bu Amalia masih memandang pagar dengan wajah kesal. “Awas aja dia …” gumam Bu Amalia kemudian mengulurkan tangannya pada Dita.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

El aisya

El aisya

ngakak 😂😂

2024-04-04

0

Iriana Sudesy

Iriana Sudesy

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

anu harusnya ditinggal

2024-02-06

1

Myue89

Myue89

Toni maning Toni maning. Kesian bangett 😁

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dean Danawira Hartono
2 2. Tony Setyo Anderson
3 3. Balada Perdukunan
4 4. Rio Haryanto Oey
5 5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6 6. Rangga Langit Kelana
7 7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8 8. Jurus Terakhir Dean
9 9. Bukan Rahasia Kelam
10 10. Tak Terlalu Spektakuler
11 11. Misi Mengamati (1)
12 12. Misi Mengamati (2)
13 13. Kerja Sama Tim
14 14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15 15. Keributan Lebih Dulu
16 16. Akhirnya Perkelahian
17 17. Resor Gratis
18 18. Anak Sulung Badung
19 19. Perjanjian Damai
20 20. Bujukan Dean
21 21. Akhir Misteri (1)
22 22. Akhir Misteri (2)
23 23. Untaian Isi Hati
24 24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25 25. Adu Ketahanan Mental (1)
26 26. Adu Ketahanan Mental (2)
27 27. Saran Dari Ahli
28 28. Memastikan Sesuatu
29 29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30 30. Rasa Dari Masa Lalu
31 31. Bukti Lipstik Waterproof
32 32. Cerita Teman Hidup
33 33. Bingkisan Panitia Outing
34 34. Teror Ucapan Bingkisan
35 35. Feedback Bingkisan
36 36. Man to Man
37 37. Ulah Para Sekretaris
38 38. That's Why We Adore Him
39 39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40 40. Andaikan Kau Datang Kemari
41 41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42 42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43 43. Untuk Kita Kembali Lagi
44 44. Aku Tak Biasa
45 45. Kantor Pengacara Tersohor
46 46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47 47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48 48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49 49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50 50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51 51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52 52. Heboh Sekompi
53 53. Modus Mulus
54 54. Tamu Makan Siang
55 55. Bertemu Nyonya Rumah
56 56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57 57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58 58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59 59. Pertengkaran Anak Asuh
60 60. Jauh Dari Rencana
61 61. Kurang Konsentrasi
62 62. Ternyata Selama Ini
63 63. Menuju Penyelesaian
64 64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65 65. Dari Toni Untuk Wulan
66 66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67 67. Sebuah Akhir
68 68. Makan Siang Bersama
69 69. Hasil Rapat
70 70. Sesuai Janjiku
71 71. Acara Sabtu Pagi
72 72. Di Luar Rencana
73 73. Kekacauan Lainnya
74 74. Adu Ilmu
75 75. Asih Sebenarnya
76 76. Hidup Tetaplah Misteri
77 77. Cieeee
78 78. Di Dalam Mobil
79 79. Dua Kantong Bingkisan
80 80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81 81. Tragedi
82 82. Bubar
83 83. Tentang Aku dan Kamu
84 84. Kita dan Anak Adopsi
85 85. Urusan Kita
86 86. H Minus Dua
87 87. Malam Gaduh
88 88. Percakapan IGD
89 89. Tembakan Santoso
90 90. Permintaan Toni
91 91. Suprise
92 PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93 92. P3K
94 93. Memenuhi Janjiku Padamu
95 94. Hadiah Dari Sahabat
96 95. Jamuan Makan Malam
97 96. Keahlian Lama
98 97. Semangat Baru
99 98. Tunggu Kami
100 99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101 100. Kado Untuk Mami
102 101. Menjelang Kebahagiaan
103 102. Kelahiran Handaru
104 103. Kabar Dari Santoso
105 104. Arisan Impian
106 105. Misteri Cuti
107 106. Menuju Sidang
108 107. Paparan Alasan
109 108. Kado Pernikahan
110 109. Menatapi Hasil Sidang
111 110. Dari Musdalifah
112 111. Kebahagiaan Untuk Asih
113 112. Hari Keluarga Anderson
114 113. Menjenguk Bayi
115 114. Obat Untuk Mami
116 115. Menjelang Arisan Besar
117 116. Arisan Besar
118 117. Akhirnya, Keluarga.
119 118. Puncak Masa Keemasan
120 119. Takdir
121 120. Keluarga Besar (1)
122 121. Keluarga Besar (2) TAMAT
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Dean Danawira Hartono
2
2. Tony Setyo Anderson
3
3. Balada Perdukunan
4
4. Rio Haryanto Oey
5
5. Akibat Kesalahan Satu Malam
6
6. Rangga Langit Kelana
7
7. Azas Keseimbangan dan Demokratis
8
8. Jurus Terakhir Dean
9
9. Bukan Rahasia Kelam
10
10. Tak Terlalu Spektakuler
11
11. Misi Mengamati (1)
12
12. Misi Mengamati (2)
13
13. Kerja Sama Tim
14
14. Menebus Kenangan Pertanyaan
15
15. Keributan Lebih Dulu
16
16. Akhirnya Perkelahian
17
17. Resor Gratis
18
18. Anak Sulung Badung
19
19. Perjanjian Damai
20
20. Bujukan Dean
21
21. Akhir Misteri (1)
22
22. Akhir Misteri (2)
23
23. Untaian Isi Hati
24
24. Aku Hanya Rakyat Biasa
25
25. Adu Ketahanan Mental (1)
26
26. Adu Ketahanan Mental (2)
27
27. Saran Dari Ahli
28
28. Memastikan Sesuatu
29
29. Dimanfaatkan Sekali Lagi
30
30. Rasa Dari Masa Lalu
31
31. Bukti Lipstik Waterproof
32
32. Cerita Teman Hidup
33
33. Bingkisan Panitia Outing
34
34. Teror Ucapan Bingkisan
35
35. Feedback Bingkisan
36
36. Man to Man
37
37. Ulah Para Sekretaris
38
38. That's Why We Adore Him
39
39. Aku Masih Seperti Yang Dulu
40
40. Andaikan Kau Datang Kemari
41
41. Jawaban Mana Yang 'Kan Kuberi
42
42. Adakah Jalan Yang Kau Temui
43
43. Untuk Kita Kembali Lagi
44
44. Aku Tak Biasa
45
45. Kantor Pengacara Tersohor
46
46. Potongan Kisah Masa Lalu (1)
47
47. Potongan Kisah Masa Lalu (2)
48
48. Potongan Kisah Masa Lalu (3)
49
49. Asal Muasal Sekretaris Setia (1)
50
50. Asal Muasal Sekretaris Setia (2)
51
51. Asal Muasal Sekretaris Setia (3)
52
52. Heboh Sekompi
53
53. Modus Mulus
54
54. Tamu Makan Siang
55
55. Bertemu Nyonya Rumah
56
56. Pernah Kumencintaimu, Tapi Tak Begini
57
57. Cintai Dia Yang Mencintaimu
58
58. Mengingatkan Dirimu Akan Sesuatu
59
59. Pertengkaran Anak Asuh
60
60. Jauh Dari Rencana
61
61. Kurang Konsentrasi
62
62. Ternyata Selama Ini
63
63. Menuju Penyelesaian
64
64. Tak Kubiarkan Kau Tak Bahagia
65
65. Dari Toni Untuk Wulan
66
66. Awal dan Akhir Bagi Wulan
67
67. Sebuah Akhir
68
68. Makan Siang Bersama
69
69. Hasil Rapat
70
70. Sesuai Janjiku
71
71. Acara Sabtu Pagi
72
72. Di Luar Rencana
73
73. Kekacauan Lainnya
74
74. Adu Ilmu
75
75. Asih Sebenarnya
76
76. Hidup Tetaplah Misteri
77
77. Cieeee
78
78. Di Dalam Mobil
79
79. Dua Kantong Bingkisan
80
80. Mengurai Simpulan Masa Lalu
81
81. Tragedi
82
82. Bubar
83
83. Tentang Aku dan Kamu
84
84. Kita dan Anak Adopsi
85
85. Urusan Kita
86
86. H Minus Dua
87
87. Malam Gaduh
88
88. Percakapan IGD
89
89. Tembakan Santoso
90
90. Permintaan Toni
91
91. Suprise
92
PENGUMUMAN PEMENANG GIVE AWAY
93
92. P3K
94
93. Memenuhi Janjiku Padamu
95
94. Hadiah Dari Sahabat
96
95. Jamuan Makan Malam
97
96. Keahlian Lama
98
97. Semangat Baru
99
98. Tunggu Kami
100
99. Jangan Terlalu Lama Terlelap
101
100. Kado Untuk Mami
102
101. Menjelang Kebahagiaan
103
102. Kelahiran Handaru
104
103. Kabar Dari Santoso
105
104. Arisan Impian
106
105. Misteri Cuti
107
106. Menuju Sidang
108
107. Paparan Alasan
109
108. Kado Pernikahan
110
109. Menatapi Hasil Sidang
111
110. Dari Musdalifah
112
111. Kebahagiaan Untuk Asih
113
112. Hari Keluarga Anderson
114
113. Menjenguk Bayi
115
114. Obat Untuk Mami
116
115. Menjelang Arisan Besar
117
116. Arisan Besar
118
117. Akhirnya, Keluarga.
119
118. Puncak Masa Keemasan
120
119. Takdir
121
120. Keluarga Besar (1)
122
121. Keluarga Besar (2) TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!