Siska. Wanita manis berambut sebahu mengenakan training olahraga berwarna hitam, baru saja tiba di gawang pintu restoran. Kepalanya celingukan mencari sesuatu dan ia melemparkan pandangan pada Toni yang masih berbicara dengan Tasya di sisi kiri pintu masuk.
“Siska!” terdengar seorang wanita lainnya yang memanggil dari belakang. Siska yang telah melangkah masuk ke restoran menghentikan langkahnya.
“Eh, Devy!” pekik Siska. “Sialan, gue cariin dari tadi.”
Devy tertawa-tawa memeluk bahu Siska. Sejurus mereka berdua melemparkan tatapan pada Toni dan Tasya yang obrolannya seketika terhenti.
“Ton, duluan ya …” kata Siska sedikit mengangguk pada Toni. Ia sekilas melihat tatapan mata wanita di hadapan Toni begitu tajam ke arah mereka.
“Serem amat pacarnya,” kata Devy pada Siska.
“Gak tau juga itu siapanya Toni,” jawab Siska kembali menoleh ke belakang. Ia melangkahkan kakinya menuju meja tempat di mana Dean, Langit dan Rio sedang menonton opera sabun dari jarak jauh.
“Hei … sorry. Telat banget ya? Maklum sibuk banget, panitia ...” kata Siska berbasa-basi.
“Gak kok, kita masih baru di sini.” Langit seketika menyambar ucapan Siska begitu cepat.
“Eh, sebelumnya … kenalin ini temen gue. Panitia outing juga, namanya Devy.” Siska menarik lengan Devy agar temannya itu sedikit maju untuk berjabat tangan dengan mantan teman-teman SMA-nya.
“Aku Devy,” kata Devy mengulurkan tangannya pada Rio lebih dulu. Rio seperti tersihir saat memandang Devy. Bisa dikatakan, Devy memang cantik sekali. Rambutnya lurus sebahu, kulitnya putih bersih dengan bentuk tubuh sangat bagus. Sweater kuning cerah yang membalut tubuhnya semakin menonjolkan warna kulitnya yang bagus.
“Ehem!” Dean berdeham untuk menyadarkan Rio. Syukurnya Rio langsung menyambut jabat tangan itu.
“Aku manggil apa nih?” tanya Devi menoleh pada Siska. “Panggil 'Mas' aja ya …” ucap Devy.
“Mas juga boleh,” sahut Rio. Dean mengernyitkan dahinya memandang Devy dan Rio bergantian.
“Aku Devy, Mas.” Devy mengulurkan tangannya pada Dean. Ia masih berdiri di sebelah Siska yang tersenyum mengembang pada Langit.
Dean masih mengernyit. Kemudian tangannya terjulur menyambut tangan Devy. Dengan raut serius, Dean mengatakan, “Panggil Pak Dean aja.”
“Oh, baik Pak.” Devy melontarkan tawa kecil.
Di kejauhan, sepertinya topik pembicaraan Toni dan Tasya telah berakhir. Toni terlihat berjalan mendekat ke meja teman-temannya.
“Udah pada makan?” tanya Toni memandang Dean, Langit dan Rio bergantian.
“Kenapa? Cemas dengan keadaan kita?” sindir Dean.
Kemudian ….
“Pak, ini seragamnya.” Musdalifah yang sejak tadi tak terlihat, kembali muncul tiba-tiba di belakang Dean.
Dean kembali terlonjak memegang dadanya dan menoleh ke belakang. “Kamu lain kali dateng dari depan ya. Jangan suka tiba-tiba muncul,” tegur Dean. Rio dan Langit kembali terkikik-kikik.
“Itu seragam outbound?” tanya Toni pada sekretarisnya. Musdalifah mengangguk. “Bagikan,” pinta Toni.
“Seragam apa?!” Dean setengah memekik. “Outbound? Kita disuruh ikut outbound? Ogah! Gak mau gue.” Dean menggeleng-geleng sambil menyilangkan tangan di depan dada.
“Terserah mau dipake atau enggak. Bagiin aja, Mus …” pinta Toni.
“Ya udah, masih pada mau ngobrol di sini? Gue mau balik ke kamar nih. Gue mau nelfon bini gue dulu. Mau video call manja-manja. Gue balik ke kamar dulu,” kata Dean bangkit dari duduknya.
“Eh iya, bener lho. Besok kan, masih acara. Kita juga balik duluan ya. Besok full banget." Siska merangkul bahu temannya.
Langit sedikit melempar raut kekecewaan, tapi kemudian rautnya cepat berubah biasa kembali. “Ya udah, kita balik semua. Masih bisa ngobrol besok,” kata Langit.
“Iya bener, gue juga udah capek.” Devy membalas rangkulan tangan Siska. Sedangkan Rio seperti menikmati menatap wajah Devy berlama-lama.
“Kamarnya yang sebelah mana?” tanya Langit pada Siska saat mereka beriringan keluar dari restoran. Dengan menumpangi lift yang sama, semua langkah kaki mereka sepertinya menuju ke arah yang sama.
“Yang mana ya …” Siska berbelok ke kanan dan berjalan lurus. “Nah! Ini kamarnya,” ucap Siska berdiri di seberang kamar yang Rio dan Dean tempati.
“Oh, di sini juga …” ucap Toni berjalan melewati teman-temannya karena kamarnya terletak di pojok kanan.
“Vy, kuncinya ….” Siska mencolek lengan Devy yang masih tersenyum-senyum memandang pria-pria tampan tanpa istri di depannya. Devy merogoh tas tangannya dan menyerahkan kunci pada Siska.
“Ya udah, see you tomorrow (sampai ketemu besok) ya …” ucap Langit melambai.
Dean baru saja memutar anak kunci, saat tiba-tiba seorang wanita melewati mereka semua.
“Permisi …” ucap Tasya menatap Siska dan Devy bergantian. Ia kemudian tersenyum dan mengangguk pada Rio, Dean dan Langit. Tasya berhenti di seberang kamar Langit dan mengeluarkan kunci dari dalam tasnya.
Di kejauhan, Toni sedang melemparkan tatapan penuh arti pada ketiga sahabatnya.
Dan tiba-tiba ….
“Seragamnya saya taruh di mana, Pak?”
Suara Musdalifah kembali terdengar dari belakang Dean. Rio yang sebenarnya juga terkejut dengan kehadiran sekretaris Toni, segera mengambil beberapa paper bag dari tangan Musdalifah.
“Oke, ini seragamnya saya terima. Terima kasih, Mbak Ifa …” ucap Rio tersenyum dan mengangguk. Ia khawatir Dean akan mendamprat sekretaris Toni yang punya ilmu menghilang itu.
Siska dan Devy tertawa-tawa kemudian menutup pintu kamar. Langit yang baru saja menyurutkan senyumnya pada Siska, kini berdiri memandang Dean dan Rio.
BRAKK
Pintu kamar Tasya baru saja dibanting. Toni hanya memandang pintu kamar wanita itu dan meringis menoleh pada tiga sahabatnya.
“Makin banyak tersangka,” ucap Dean. “Gue masuk dulu. Mau video call muka anak-anak gue waktu tidur. Abis itu … gue analisa satu-satu.”
"Devy itu cantik banget ya," gumam Rio.
Langkah Dean terhenti untuk menoleh Rio yang berada di balik punggungnya.
"Lo gak pernah muji perempuan lain, selain Jennifer Yo ..." ucap Dean.
Rio terdiam.
To Be Continued
...Denah kamar...
Jadi, kira-kira ... siapa yang minta handuk pada Toni?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
dyul
nah kan.... jadi tersepona sama perempuan lain
2025-01-12
0
dyul
mbak mus kayak Jailangkung 😂
2025-01-12
0
dyul
nah.... si Rio.... udah mulai neh, ngeliat perempuan lain lebih keche, rasional nya ilang, mknya ati2 kl laki cinta banget, yg udah2 menghilang di akhir, kecuali pakde😂
2025-01-12
2