"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Guo Lin Xu yang langsung menghentikan langkahnya sambil menatap wajah Yang Fei lagi.
“Apa? Aku adalah Yang Fei,” jawab Yang Fei.
“Tidak, maksudku, siapa orangtuamu? Kenapa ibumu bisa memberimu seruling itu?” sahut Guo Lin Xu menjelaskan maksud dari pertanyaannya yang sebelumnya.
“Seumur hidupku, aku hanya mengenal Ibuku. Aku tidak tahu siapa Ayahku. Ibuku bernama Xiao Ting,” jawab Yang Fei.
“Aku juga tidak tahu kenapa seruling itu ada bersama Ibu selama bertahun-tahun,” gumam Yang Fei.
“Apa ibumu ini memiliki status di dunia persilatan?” tanya Guo Lin Xu kepo. Ia seharusnya tidak perlu mencampuri ini, tapi karena ia sangat penasaran maka akhirnya ia tanyakan juga.
”Apa itu dunia persilatan?” Yang Fei malah balik bertanya dengan wajah polosnya.
(Aku lupa kalau dia tidak tahu apa-apa soal ini.) kata Guo Lin Xu dalam hati.
“Hmm, itu dunia… julukan bagi orang-orang yang bisa berkelahi. Bukan, maksudku adalah… julukan bagi orang-orang yang memiliki kekuatan tenaga dalam,” jawab Guo Lin Xu agak gugup.
“Oh,” sahut Yang Fei sambil menganggukan kepalanya pelan.
(Aku harus mulai berhati-hati pada setiap kalimat yang akan aku keluarkan dari mulutku saat berbicara dengannya. Dia benar-benar sangat polos. Sebenarnya berapa usianya?) tanya Guo Lin Xu dalam hati.
“Ngomong-ngomong, usiamu berapa tahun?” tanya Guo Lin Xu.
“Aku berusia dua puluh satu tahun ini. Kalau kamu, berapa usiamu?” sahut Yang Fei.
“Oh, aku berusia dua puluh lima tahun,” jawab Guo Lin Xu dengan santainya.
(Dia lebih tua dariku ternyata. Bagus juga mengerjainya sedikit.) kata Guo Lin Xu dalam hati.
“Hah? Senior, maafkan aku. Aku tidak tau kalau kamu lebih tua dariku! Wajahmu terlihat masih seperti remaja,” jelas Yang Fei apa adanya. Wajah Guo Lin Xu memang masih imut seperti remaja karena usianya juga baru delapan belas tahun.
“Aku berusia delapan belas tahun!” seru Guo Lin Xu sambil tersenyum bahagia.
“Apa?” sahut Yang Fei kaget.
“Usiaku yang sebenarnya memang delapan belas. Tadi itu, aku cuma bohong,” kata Guo Lin Xu sambil tertawa kencang.
“Kenapa kamu harus bohong?” tanya Yang Fei sambil mengerutkan dahinya. Guo Lin Xu mengangkat bahunya sambil tetap tertawa kencang.
“Berarti aku tetap bisa memanggilmu Lin Xu?” tanya Yang Fei.
“Terserah kamu, aku sudah puas mengerjaimu tadi,” sahut Guo Lin Xu sambil tertawa puas. Ia tertawa sambil berjalan dengan sedikit melompat-lompat karena senang. Namun, langkahnya terhenti setelah beberapa saat ia sadar bahwa Yang Fei terus menatapnya sambil tersenyum sejak tadi. Ia merasa ada yang aneh dari dirinya saat ia bertatapan dengan Yang Fei. Ada debaran asing yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya sampai ia segera memalingkan wajahnya supaya Yang Fei tidak melihat wajahnya yang tersipu malu saat ini.
“Berarti kamu cuma tumbuh besar berdua dengan Ibumu? Di mana?” tanya Guo Lin Xu yang langsung mengalihkan topik pembicaraan supaya ia bisa menghindar dari tatapan pria di hadapannya ini.
“Iya, aku juga punya seorang kakak laki-laki, tapi aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku tumbuh besar di Desa Shui,” jawab Yang Fei.
“Hah? Desa apa katamu?” sahut Guo Lin Xu terkejut. Ia tidak percaya atas kalimat yang baru saja ia dengar.
“Desa Shui,” balas Yang Fei.
(Aneh, itu desa yang terdaftar sebagai desa terlarang dalam Kitab Xiang Zhi. Kenapa mereka berdua malah tinggal di sana?) tanya Guo Lin Xu dalam hati.
“Oh, apa Ibumu sekarang baik-baik saja di sana?” tanya Guo Lin Xu.
“Tidak, dia sudah meninggal,” jawab Yang Fei lirih.
“Maaf, aku tidak bermaksud mengingatkanmu pada kejadian itu,” kata Guo Lin Xu.
“Tidak apa-apa, itu sudah ditentukan oleh takdir. Aku dan Ibuku hanya manusia biasa yang bisa mati kapan saja,” sahut Yang Fei sambil menunduk lesu. Guo Lin Xu jadi merasa bersalah karena kalimatnya mengingatkan Yang Fei atas kematian ibunya. Ia berusaha mencari-cari kalimat yang bisa membuat Yang Fei semangat lagi.
“Kita, para manusia, memang bisa mati kapan saja. Tapi, selama kita masih hidup, itu berarti kita masih diberi waktu untuk melakukan hal yang kita sukai dan memberikan yang terbaik pada diri sendiri, orang-orang di sekitar kita, dan juga pada Yang Maha Kuasa di atas sana,” kata Guo Lin Xu untuk memberi semangat kepada Yang Fei yang terlihat lemas saat ini.
“Kamu benar. Terima kasih, Lin Xu,” sahut Yang Fei sambil tersenyum tipis. Guo Lin Xu mengelus pelan punggung Yang Fei selama beberapa saat karena itu yang dilakukan oleh gurunya untuk menghiburnya setiap kali ia merasa sedih.
Tidak terasa, mereka sudah berjalan dan mengobrol selama beberapa jam tanpa istirahat sama sekali. Yang Fei yang tidak memiliki kekuatan apa pun tentunya merasa sangat kelelahan sampai ia berjalan dengan sangat pelan supaya bisa menghemat energi yang tersisa di dalam tubuhnya.
“Kamu kenapa?” tanya Guo Lin Xu heran.
Bersambung……
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
ricky suitela
up
2022-03-03
1