"Ibu.. Ibu sadarlah, Bu!" panggil seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun.
"Fei er, kamu tidak melupakan pesan ibu 'kan, Nak?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara serak. Ada air mata yang terus mengalir di kedua pipi wanita itu.
"Tidak, Bu." remaja itu menjawab ibunya sambil menangis tersedu-sedu. Ia tidak menyangka pamannya akan membunuh ibunya juga setelah ayahnya dilukai dan meninggal karena dibunuh pamannya di usianya yang masih 7 tahun.
"Fei er, ingatlah untuk menemui kakakmu, dan pergi bersama kakakmu menemui Guru Besar Duan Xing di Gunung Xuan Zheng, ya?" tanya wanita itu masih menangis.
"I..Iya, Bu. Fei er akan terus mengingat pesan ibu kepada Fei er." jawab remaja laki-laki itu sambil menangis juga.
"Anak baik. Kamu lihat kotak berwarna coklat di sebelah sana? Buka kotak itu dan ambillah seruling di dalamnya. Itu akan menjadi senjata untukmu." kata wanita itu.
"Tapi, Bu.." sahut remaja laki-laki itu.
"Fei er, ibu sudah tidak kuat lagi. Ibu mohon, tinggalkan tempat ini sekarang juga! Atau kamu bisa ikut terbakar disini, Nak!" kata wanita paruh baya itu mulai panik karena anaknya tidak juga mau pergi dari rumah yang hampir terbakar seluruhnya.
"Bu, aku akan mengeluarkan ibu dulu!" teriak remaja laki-laki itu sambil berusaha keras mengangkat ibunya dan memadamkan api menggunakan jubah yang dimilikinya.
"Fei er...ibu sangat senang bisa bersama denganmu selama 14 tahun. Hanya kamu yang ibu punya. Jadi, sekarang pergilah. Pergi dan menjauhlah sebisa mungkin dari pamanmu." kata wanita itu.
"Ibu.." teriak remaja laki-laki itu sambil menangis keras.
"Pergilah, ya?" tanya wanita itu sekali lagi. Kemudian, wanita itu meninggal.
"Huhu..Ibu." tangis remaja laki-laki itu terdengar menggema ke seluruh rumah.
Remaja laki-laki itu bernama Yang Fei. Wanita paruh baya yang meninggal adalah ibunya. Pamannya melukai ibunya lalu membakar rumah Yang Fei sehingga remaja itu terpaksa hidup mengembara.
Paman, apa sebenarnya dosa yang telah orangtuaku lakukan sampai mereka harus dibunuh oleh tanganmu sendiri? tanya Yang Fei dalam hatinya.
Empat tahun kemudian
"Bocah itu..Apa kalian sudah mendapatkan kabar tentangnya?" tanya seorang laki-laki yang sudah berumur 55 tahun. Meskipun laki-laki itu sudah bisa dibilang cukup tua, tetapi ia masih jago bertarung. Ia adalah paman yang membunuh Ibunya Yang Fei empat tahun yang lalu.
"Maaf, tuan. Kami... Kami belum dapat menemukan apapun." jawab kedua orang suruhannya.
"Bodoh! Ini sudah empat tahun! Dan.. kalian masih tidak bisa menemukan kabar apapun tentangnya?" seru Yang Jie, nama dari lelaki paruh baya itu.
"M-maafkan kami, tuan. Kami berjanji akan segera mendapat kabar tentangnya." sahut kedua orang suruhannya dengan gagap.
"Bagaimana bisa aku mempercayai kalian berdua lagi? Mencari satu bocah saja kalian tidak mampu! Apalagi nanti jika harus menangkapnya?" tanya Yang Jie.
"M-maaf, tuan." jawab salah seorang suruhannya, Bai Xue.
"Hah, sudahlah! Kalian hanya bisa mengucapkan kata maaf saja!" sahut Yang Jie kesal.
"Apa yang kalian lakukan? Sana pergi cari bocah itu lagi!" seru Yang Jie yang kesal karena orang suruhannya malah melamun bukannya mencari Yang Fei, keponakannya.
"Baik, tuan." sahut mereka berdua.
"Huh.. Kenapa tuan masih ingin menemukan bocah bernama Yang Fei itu? Memangnya apa yang spesial dari bocah itu sampai tuan sangat ingin bertemu dengannya? Kita sudah mencarinya selama empat tahun tapi tetap tidak dapat kabar apapun. Menurutmu, kita harus mencarinya kemana lagi?" tanya Bai Xue kepada saudaranya Bai Ming setelah mereka berdua keluar dari kediaman Yang Jie.
"Kudengar, bocah itu adalah keponakannya. Bocah itu kehilangan kedua orangtuanya di usia yang masih sangat muda. Mungkin kedua orangtuanya dibunuh oleh tuan sehingga bocah itu mungkin saja merantau entah kemana. Mungkin itulah sebabnya kita jadi kesulitan menemukan bocah itu." sahut Bai Ming.
"Kau benar. Sekarang, bagaimana kita akan menemukannya?" tanya Bai Xue.
"Entahlah. Kita bahkan tidak tahu bagaimana rupa bocah itu yang sekarang. Ciri fisik yang tuan jelaskan tentang bocah itu 'kan sudah empat tahun yang lalu. Setidaknya, bocah itu pasti sudah mengalami masa pubertas. Akan jauh lebih sulit bagi kita untuk menemukannya sekarang." jawab Bai Ming.
"Huh.. Lantas kita harus bagaimana? Sudah empat tahun kita berusaha mencarinya. Namun, tetap saja bocah itu tidak ada." sahut Bai Xue sambil menghela napas panjang.
"Mau bagaimana lagi? Ya cari! Walaupun kita tidak tahu bocah itu dimana tapi selama empat tahun ini kita belum cukup untuk mengelilingi seluruh negara ini." timpal Bai Ming.
"Baiklah. Ayo!" kata Bai Xue.
"Ayo!" sahut Bai Ming.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Norayolayora
suka cerita yang langsung to the poin. semangat~~
2021-09-06
1