“Kamu kenapa?” tanya Guo Lin Xu heran.
“Aku baik-baik saja,” jawab Yang Fei yang tetap memaksakan dirinya untuk berjalan dengan lurus meski tangan kirinya sambil berpegangan pada batang pohon.
“Kamu yakin?” tanya Guo Lin Xu lagi.
“Iya,” sahut Yang Fei sambil mengangguk pelan.
“Astaga, sudahlah. Jangan paksa dirimu! Kita istirahat dulu di sini,” kata Guo Lin Xu sembari duduk di bawah pohon.
“Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Guo Lin Xu saat melihat Yang Fei duduk di sebelahnya sembari meringis.
“Tidak-” jawab Yang Fei. Namun, belum selesai ia bicara, Guo Lin Xu sudah menyelanya karena melihat ada darah di kaki kiri Yang Fei.
“Apa kamu gila? Kapan ini terjadi?” tanya Guo Lin Xu dengan nada tingginya. Yang Fei tidak merespon pertanyaan itu.
“Ini harus segera diobati! Kalau tidak bisa infeksi dan nantinya akan sangat berbahaya,” jelas Guo Lin Xu. Ia menyuruh Yang Fei meluruskan kaki kirinya dan mengarahkan tangannya ke atas kaki kiri Yang Fei untuk menyembuhkannya dengan kekuatan tenaga dalamnya yang selama ini ia latih.
“Kenapa kamu tidak bilang apa-apa?” Guo Lin Xu masih saja ceramah sembari menyembuhkan luka Yang Fei.
Yang Fei sebenarnya tadi tidak sengaja menginjak tali saat berjalan, sepertinya memang adalah jebakan yang sudah disiapkan Raja Banteng untuk menangkap mereka. Saat ia menginjak talinya, tiga pisau mengarah pada kakinya sehingga ia kewalahan dan pada akhirnya kakinya teriris sampai mengeluarkan darah. Namun, ia tidak berencana memberi tahukan hal ini pada Guo Lin Xu.
“Lin Xu, mereka masih mengejar kita. Lebih baik jika kita lanjutkan saja perjalanannya daripada mereka menangkapmu karena aku,” jelas Yang Fei saat Guo Lin Xu mulai tenang.
“Mereka tidak bisa menangkapku. Jika mereka memang bisa melakukannya, mereka seharusnya sudah melakukannya dari dulu,” sahut Guo Lin Xu.
“Tapi lebih baik jika kamu tetap waspada. Aku tidak mau kamu terluka,” kata Yang Fei. Guo Lin Xu yang mendengar itu mulai merasakan debaran kencang di jantungnya. Ia berusaha mengendalikan emosinya supaya Yang Fei tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini.
“Kenapa? Kalaupun aku terluka, kamu juga tidak akan merasakan lukanya. Jadi, tidak perlu khawatirkan itu,” jawab Guo Lin Xu dengan tatapan kosongnya yang mengarah lurus ke depan.
“Kamu tidak mengerti. Mereka adalah orang yang membunuh orangtuaku. Sekarang, mereka juga mau membunuhku. Mungkin sekarang aku bisa lari, tapi pada akhirnya aku tetap harus menghadapinya dan bertarung dengan Raja Banteng sampai titik darah terakhirku,” lanjutnya.
“Apa kalian berdua tidak bisa berdamai saja?” tanya Yang Fei sambil menatap wajah cantik Guo Lin Xu.
“Bisa, tapi jika begitu aku yang akan dirugikan,” jawab Guo Lin Xu datar.
“Tapi setidaknya, mereka tidak akan membunuhmu ‘kan?” sahut Yang Fei.
“Kemungkinan tidak. Tapi, Raja Banteng adalah orang yang sangat gila. Dia bisa membunuhku kapan saja yang dia mau jika aku berdamai dan menurut dengannya. Jika aku mengalah dan memilih berdamai, sama saja bahwa aku pasrah dalam menjalani hidupku,” kata Guo Lin Xu sambil menghela napasnya. Yang Fei tahu apa yang dialami oleh Guo Lin Xu saat ini bukan hal yang mudah, ia tidak mau membahas tentang Raja Banteng lagi.
“Ah, aku mau tanya. Apa kamu juga akan pergi ke Gunung Xuan Zheng untuk menemui Guru Besar Duan Xing?” sahut Yang Fei. Guo Lin Xu sempat diam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab pertanyaan itu.
“Benar,” jawab Guo Lin Xu.
“Benarkah? Kamu juga akan menemaniku menemuinya?” tanya Yang Fei antusias.
”Apa menemui seorang Guru saja kamu harus ditemani?” balas Guo Lin Xu.
“Tidak. Tapi, aku akan lebih senang lagi jika kamu mau temenin aku,” sahut Yang Fei sambil terkekeh pelan.
“Kamu lebih tua dari aku, jangan manja!” seru Guo Lin Xu ketus sembari bangkit berdiri. Ia lalu berjalan dengan cepat.
“Kamu mau ngapain?” tanya Yang Fei.
“Tentu saja tinggalin kamu,” sahut Guo Lin Xu sambil terus berjalan.
“Eh, tunggu aku!” teriak Yang Fei sambil menyusul langkah wanita itu.
Bersambung……
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments