“Kamu mau ngapain?” tanya Yang Fei.
“Tentu saja ninggalin kamu,” sahut Guo Lin Xu sambil terus berjalan.
“Eh, tunggu aku!” teriak Yang Fei sambil menyusul langkah wanita itu.
“Kamu…” Guo Lin Xu baru saja akan membentak Yang Fei lagi, namun Yang Fei segera mencegahnya.
“Simpan kekesalanmu dulu untuk sekarang. Kamu bisa melampiaskannya padaku nanti,” sahut Yang Fei.
“Melampiaskan? Aku tidak sejahat itu! Tapi karena kamu yang bilang maka aku akan melakukannya nanti,” balas Guo Lin Xu sambil tersenyum sinis.
“Hahaha, coba saja,” kata Yang Fei menantang.
“Apa Gunung Xuan Zheng masih jauh dari sini?” tanya Yang Fei penasaran.
“Jauh,” jawab Guo Lin Xu ketus.
“Seberapa jauh itu sebenarnya?” balas Yang Fei.
“Tidak terlalu jauh dari sini,” kata Guo Lin Xu.
“Kamu selalu saja bertanya, hati-hati besok kamu tidak bisa seperti itu lagi,” imbuhnya dengan penuh penekanan.
“Kenapa? Kamu mau memotong lidahku?” tanya Yang Fei sambil terkekeh.
“Untuk apa aku memotong lidahmu yang tidak bisa dijual?” seru Guo Lin Xu kesal.
“Jadi, otakmu cuma memikirkan uang?” tanya Yang Fei lagi.
“Berisik, lebih baik kamu diam sebelum aku bertindak,” sahut Guo Lin Xu dengan nada tinggi dan raut wajah yang terlihat marah.
“Ok, ok, aku akan diam. Aku minta maaf,” kata Yang Fei yang langsung mengatupkan mulutnya.
*****
Pagi hari di Gunung Xuan Zheng
“Kita sudah sampai!” teriak Guo Lin Xu.
“Tempat ini Gunung Xuan Zheng?” tanya Yang Fei sambil melihat ke sekelilingnya. Gunung ini sangat luas dan indah. Sampai akhirnya, kedua matanya berhenti pada pemandangan yang ada di deepannya. Ada sebuah pintu besar yang dikelilingi oleh tenaga dalam di sekitarnya.
“iya,” jawab Guo Lin Xu sambil tersenyum manis karena senang. Senyuman Guo Lin Xu tadi membuatnya terpesona sampai dirinya hanya bisa mematung di tempatnya berdiri saat ini.
“Ayo masuk!” imbuhnya sambil menarik lengan Yang Fei untuk melewati pintu itu. Guo Lin Xu dapat melewati pintu itu dengan mudahnya karena terdapat tanda pengenal yang berbentuk seperti giok di bajunya. Mereka berdua terus berjalan sampai akhirnya memasuki pintu aula utama. Di sana, ada seorang guru yang usianya sudah sangat tua sedang membaca sebuah buku.
“Salam, Guru!” ucap Guo Lin Xu dengan jelas dan lantang. Ia juga memberi salam dengan tangan kirinya yang mengepal dan tangan kanan yang lurus di samping tangan kirinya karena memang sudah seperti itu tradisi dalam menyapa orang lain di dalam dunia persilatan.
“Lin Xu? Siapa pria yang datang bersamamu?” tanya gurunya itu sembari mengamati Yang Fei dari bawah sampai atas.
“Salam, Guru! Saya Yang Fei. Saya datang kesini atas perintah dari Guru Besar Duan Xing. Saya diminta untuk datang ke sini saat saya dewasa,” kata Yang Fei yang langsung mengikuti cara Guo Lin Xu menyalami guru yang ada di hadapannya ini.
“Seruling itu, kamu dapat dari mana?” tanya guru itu sambil mengamati seruling yang ada di kantong baju Yang Fei.
“Ibu saya yang memberikannya kepada saya, Guru,” jawab Yang Fei.
“Ah, ternyata kamu bayi itu… Selamat datang di sini! Saya Guru yang kamu cari itu,” kata Guru Besar Duan Xing sambil tersenyum.
“Mulai hari ini kamu akan menjadi muridku. Hari ini, kamu akan kuajari apa saja yang harus kamu lakukan selama di sini. Kamu paham?” tanya Guru Besar Duan Xing.
“Saya paham, Guru,” jawab Yang Fei sambil mengangguk.
“Ibumu baik-baik saja?” tanya Guru Besar Duan Xing penasaran.
“Ibuku sudah meninggal, Guru,” jawab Yang Fei apa adanya. Raut wajah Guru Besar Duan Xing terlihat sedih. Ia terdiam beberapa saat sampai akhirnya dirinya membuka percakapan lagi.
“Kakakmu, bagaimana kabarnya? Kenapa dia tidak ikut bersamamu?” tanya Guru Besar Duan Xing.
“Maaf, Guru. Saya tidak bisa menemukan di mana Kakak saya berada. Jadi, saya tidak mengajaknya ke sini. Saya pun bisa sampai di sini karena bantuan dari Lin Xu,” jelas Yang Fei.
“Baiklah, kamu bisa berlatih dulu di sini baru mencari Kakakmu nanti,” kata Guru Besar Duan Xing.
“Baik, Guru,” sahut Yang Fei.
“Sekarang ikuti aku untuk mengelilingi tempat ini!” perintah Guru Besar Duan Xing sembari berjalan keluar dari pintu aula utama, Yang Fei sudah mengekori langkah Guru Besar Duan Xing namun tiba-tiba guru barunya ini berhenti dan berbalik badan.
“Lin Xu, kamu juga ikut,” imbuh Guru Besar Duan Xing sambil menggerakan tangan kanannya untuk mengajak Guo Lin Xu ikut dengannya dan Yang Fei.
“Kenapa Guru? Aku ‘kan sudah mengenal seluruh tempat ini dengan baik,” balas Guo Lin Xu dengan dahinya yang berkerut karena kebingungan.
“Kamu harus selalu menemaninya selama ia masih tinggal di sini,” sahut Guru Besar Duan Xing sembari menunjuk ke arah Yang Fei.
“Baiklah, Guru,” jawab Guo Lin Xu pasrah. Ia mengikuti Gurunya dan Yang Fei untuk mengelilingi seluruh wilayah Gunung Xuan Zheng.
Bersambung……
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
anggita
Guo Lin Xu 😘 Yang Fei
2023-10-05
2